AGERE VOLENTEM SEMPER MEDITARI DECET. YANG PUNYA KEINGINAN UNTUK MELAKUKAN HARUSLAH IA SELALU MERENUNGKANNYA.

0
1155

Oleh: Pdt. Weinata Sairin

Manusia yang hidup, segar belum uzur dimakan usia pastilah punya keinginan. Ya manusia sudah pasti memiliki kemauan. Ada banyak istilah yang bisa menjadi sinonim dari ‘keinginan’ dengan kandungan makna dan konotasi masing-masing. Keinginan bisa disebut, kemauan, hasrat, cita-cita, ambisi, kerinduan tergantung siapa yang menggunakan dan apa konteksnya.

Kemauan, hasrat juga amat dipengaruhi oleh usia, kultur, etnik dan mungkin juga sistem kepecayaan. Hasrat dan keinginan orang muda tentu saja berbeda dengan hasrat dan kerinduan mereka yang usia lanjut. Latar belakang pendidikan, strata sosial, gender bisa saja mempengaruhi keinginan seseorang.

Jika keinginan itu adalah sebuah cita-cita atau semacam ambisi yang sejak awal sudah dirancang pastilah seseorang akan memperjuangkannya dengan sekuat tenaga. Ia akan mengikuti proses pendidikan dengan sebaik-baiknya, ia bahkan siap berkurban agar proses mencapai cita-cita itu berjalan dengan lancar..

Dari pengalaman konkret kita bertemu dengan dua bentuk atau pola bagaimana seseorang itu merumuskan cita-citanya. *Pola kesatu*, adalah sang anak sendiri yang menetapkan apa cita-cita dia nanti jika sudah dewasa. Penetapan itu dilakukan beradasarkn proses interaksi dengan kawan-kawannya dan atau diskusi dengan guru, atau dengan membaca buku-buku yang mengisahkan orang-orang sukses di masalalu.

*Pola kedua*, adalah tatkala orangtua dengan semangat otoriter dan di warnai obsesi tertentu menetapkan bagi anaknya bahwa ia harus menjadi tentara, atau gubernur tanpa mempertimbangkan minat anaknya. Dua pola ini masih ada dalam berbagai pengalaman empirik dengan berbagai dinamikanya, walaupun dalam kasus-kasus tertentu bisa terjadi “win.win solution” ketika ada kombinasi antara pola satu dan pola dua.

Apapun keinginan atau cita-cita yang telah ditetapkan atau dirumuskan, perenungan tentang bagaimana proses mencapai cita cita itu, kompleksitas yang akan dihadapi dan bagaimana kosekuensi logis dari jabatan/profesi ketika cita-cita itu sudah tercapai. Kalkulasi dan perhitungan yang rasional argumentatif harus benar-benar diberikan perhatian.

Perenungan kontemplatif dan perumusan kalkulatif menjadi amat penting agar tak ada semacam tangis penyesalan di masa datang. Dalam konteks itu bisa juga dipikirkan.semacam Plan A atau Plan B untuk mengantisipasi kemungkinan adanya kegagalan dalam mewujudkan sebuah cita-cita.

Pepatah yang dikutip dibagian awal mengingatkan kita agar selalu merenungkan jika kita punya hasrat untuk melakukan sesuatu. Melakukan yang positif apalagi yang negatif yang merugikan orang banyak memerlukan perenungan.

Mari lakukan yang positif dalam hidup ini, yang sesuai dengan perintah agama dan tidak melawan hukum.

Selamat berjuang. God bless.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here