Oleh: Pdt. Weinata Sairin
Hidup manusia ditengah dunia yang luas, garang, keras penuh tantangan memerlukan panduan, pedoman, petunjuk seingga manusia tetap tidak kehilangan jati dirinya. Sejak awal setiap orang telah dibekali begitu banyak ‘materi pembinaan’ oleh orang tua, pemuka agama/lembaga keagamaan, lembaga pendidikan. Tapi materi seperti itu akan selalu di up date dan dielaborasi sehingga tetap mampu menjawab tantangan zaman.
Dari pengalaman empirik memang ada berbagai bentuk ‘pembinaan’ yang dilakukan terhadap seseorang untuk membekalinya menuju kedewasaan. Dalam keluarga, seseorang mendapatkan nasihat dari orang tua, sekaligus juga contoh dan teladan dari mereka. Orangtua biasanya tidak merasa cukup dengan memberi nasihat verbal-semantik kepada anaknya tetapi juga contoh konkret dan teladan dari diri mereka sendiri.
Narasi verbal dan contoh teladan amat jelas dialami oleh setiap orang dalam komunitas keagamaan. Dalam komunitas itu peran pemuka/tokoh.agama amat penting. Merekalah yang memberi teladan dalam banyak hal bagaimna mewujudkan kehidupan yang menaati perintah agama. Bagaimana keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dipraktikkan dalam realitas konkret. Para pemuka agama itu dengan tekun dan sabar mengingatkan umat melalui percakapan pastoral bagaimana menghidupi kehidupan ini dengan baik, bahkan menuntun umat berjalan pada jalan lurus yang Ia tetapkan. Narasi verbalistik semantik dan keteladanan telah menjadi identitas para pemuka agama dalam membina umat.
Pepatah yang dikutip dibagian awal tulisan ini menyatakan bahwa teladan itu lebih efektif ketimbang perintah. Dalam dunia pendidikan para guru tidak pernah lelah memberi perintah dan teladan kepada para peserta didik. Jika para orangtua, pemuka agama, para guru bersinergi dan berkolaborasi dalam memberi pendidikan bagi anak-anak maka sesuatu yang bermakna akan terjadi pada anak-anak.
Mari beri teladan bagi anak-anak kita!
Selamat berjuang. God bless.