Oleh: Pdt. Weinata Sairin
Kehidupan yang kita jalani ini sebenarnya adalah sebuah rangkaian peristiwa, yang hadir dan mengalir dari saat ke saat, dari waktu ke waktu. Muara dari semua itu adalah sebuah sejarah yang berkisah tentang hal-hal suka atau duka yang pernah tertoreh dalam kehidupan seseorang. Seseorang dalam kapasitasnya masing-masing terbuka dan bisa membuat sejarah. Bahkan dalam kasus-kasus tertentu dan sesuai dengan kapasitas masing-masing seseorang bisa membelokkan sejarah, mengoreksi sejarah sehingga sejarah benar-benar mengacu kepada tujuan nasional sebagaimana yang telah dirumuskan dalam UUD NRI 1945.
Dalam sebuah masyarakat yang maju maka setiap saat bahkan dalam hitungan detik, bagi aktivis dan tokoh ternama, sebuah peristiwa itu datang menghampiri. Peristiwa itu bisa sesuatu yang berwarna sukacita namun bisa juga yang sebaliknya. Setiap hari peristiwa itu hadir menginterupsi kehidupan seseorang dan menimbulkan dampak bagi setiap orang. Tentu setiap orang berbeda beda cara mebanggapi peristiwa yang terjadi, utamanya yang berkaitan langsung dengan pribadinya.
Ada yang sama sekali abai terhadap suatu peristiwa walaupun peristiwa itu berhubungan langsung dengan dirinya. Ia menganggap bahwa tugas yang sedang ia jalankan jauh lebih penting dan lebih besar dari peristiwa itu. Ada juga orang yang amat concern dengan sebuah peristiwa bahkan ia ikut larut dalam peristiwa itu, bahkan sampai meninggalkan pekerjaannya, dan akhirnya ia sakit.
Sebagai umat beragama kita dengan mohon kekuatan dan ketabahan dari Tuhan Yang Maha Esa selalu memahami peristiwa yang datang menerpa kita sebagai bagian dari proses pembelajaran. Kita menganggapnya sebagai “ujian iman” agar iman kita makin kuat dan tangguh ditengah dinamika zaman. Menarik sekali ungkapan Epictetus diawal tulisan ini yang mengingatkan kita agar kita tidak terbelenggu pada peristiwa itu an sich tapi pada ” apa reaksi kita terhadap peristiwa itu”.
Epictetus tidak ingin mengajak kita untuk menyederhanakan sebuah peristiwa atau merelatifkannya apalagi melupakannya. Ia mendidik kita untuk bisa menafsir, memberi makna terhadap sebuah peristiwa itu, dan bereaksi secara cerdas terhadap peristiwa itu. Agaknya pikiran Epictetus tidak terlalu mudah dan sederhana namun baik jika kita mencoba mempraktekkannya dalam dunia nyata.
Selamat Berjuang! God Bless!