WE CAN DRAW LESSONS FROM THE PAST BUT WE CANNOT LIVE IN IT (Lyndon Jhonson)

0
1396

Oleh: Pdt. Weinata Sairin

Manusia hidup dalam sejarah, bahkan manusia itulah sang pembuat sejarah. Menurut literatur, sejarah, history, adalah masa lampau umat manusia; sejarah adalah ” sajaratun” (Arab) yaitu “pohon dan keturunan”; sejarah adalah “istoria” (Yunani) belajar. Sejarah adalah proses historis yaitu rangkuman peristiwa yang terjadi dimasa lampau dan kemudian membentuk sebuah sejarah.

Dalam seluruh proses itu manusialah yang menjadi figur sentral. Ia menghidupi sejarah, ia mencipta sejarah, ia juga yang bisa mengarahkan sejarah. Disitulah letak keunikan dan keunggulan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah termulia. Itulah sebabnya sejarah adalah kejadian masa lampau yang tak boleh dilupakan karena tanpa adanya rangkaian kejadian masalampau itu kita tidak bisa menghidupi zaman kekinian seperti yang kita hidupi sekarang ini.

Benar apa yang dinyatakan Ibnu Khaldun bahwa sejarah adalah catatan mengenai masyarakat umat manusia atau peradaban dunia tentang perubahan-perubahan terjadi pada watak masyarakat dizamannya. Perubahan watak masyarakat yang terjadi disuatu zaman itu juga yang dicatat dalam sejarah. Dengan cara itu manusia yang hidup pada era berikutnya memahami dengan baik kualitas manusia dalam merespons zamannya.

Cukup menarik bahwa pidato Bung Karno tanggal 17 Agustus 1966 diberi judul *Jangan sekali-kali mninggalkan sejarah* yang kemudian terkenal dengan akronim “JAS MERAH”. Dalam pidato dengan gaya seorang orator mumpuni Bung Karno mengingatkan agar setiap warga bangsa jangan ada yang a historis yang tak mau tahu tentang sejarah bangsa. Oleh karena itu dalam memberikan kritik terhadap pemerintahan Demokrasi Terpimpin, harus tahu sejarahnya. Demokrasi Terpimpin itu ada riwayat historisnya, yaitu ada Demokrasi Liberal tahun 1950 – 1959 yang tidak sesuai dengan kultur bangsa Indonesia.

Pengetahuan, pemahaman dan “sense of history” amat penting baik bagi pribadi maupun sebuah komunitas apapun bentuknya. Dengan mengetahui sejarah kita akan lebih cerdas dalam menuju masa depan. Kita tidak akan terperosok kedalam lubang yang sama atau terantuk pada batu yang sama.

Sebagai warga bangsa kita memang tidak a historis, kita tahu sejarah terbentuknya bangsa ini. Semua elemen bangsa tanpa mempersoalkan keberbedaan Sara telah berjuang hingga titik darah penghabisan bagi kemerdekaan negeri ini. Semuanya berjuang, tidak ada penumpang gelap atau penumpang tanpa karcis dalam gerbong NKRI, seperti yang dituduhkan seorang pejabat orde baru.

Kita semua belajar dari sejarah sebab itu kita bersatu walau kita berbeda. Pepatah yang dikutip diawal bagian ini amat penting yaitu agar kita belajar dari sejarah tetapi jangan hidup dimasalalu. Jangan ditawan dan dipenjara oleh sejarah. Kita belajar dari sejarah tapi kita berjalan kedepan menuju horison baru. Kita srmua berdoa kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberkati langkah kita.

Selamat berjuang. God bless.

Weinata Sairin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here