Oleh: Pdt. Weinata Sairin
Hidup manusia tidak berlangsung dalam ruang yang hampa dan steril. Hidup manusia berlangsung ditengah dunia, dengan kegaduhan dan kehebohan yang mengelilinginya. Manusia menghidupi dunia dalam rawapaya, dunia yang penuh dengan gemuruh sekularisasi, dunia dengan wajah garang, sangar, dengan wajah berbalut dendam. Dalam beberapa waktu terakhir dunia menampilkan wajah yang menakutkan. Betapa tidak? Ada terorisme, ada pembunuhan tanpa sebab, ada penculikan, ada kekerasan dan kejahatan sesksual, ada perdagangan wanita, ada berbagai jenis konflik, kejahatan yang setiap saat hadir dalam pentas kehidupan manusia.
Manusia memangsa sesamanya, manusia telah kehilangan hakikat kediriannya sebagai makhluk ciptaan Allah yang mulia. Realitas ini terjadi hampir mrnyeluruh, mencakupi hampir semua bagian dunia. Agama-agama mengajarkan cinta kasih, kasih sayang, penguatan tali silaturahim, sikap respek antar manusia. Namun kesemua ajaran agama yang amat positif itu pada tataran praksis tidak mampu memberi arah bagi kehidupan umat manusia. Nilai-nilai luhur agama seakan terggolek dalam ranah tekstual dan sakral namun kehilangan pengaruhnya pada wilayah operasional.
Disini kita memang berhadapan dengan problem agama yang klise, yang terjadi terusmenerus dalam ruang sejarah. Ya tatkala agama,atau ajaran agama, tidak berada dalam posisi yang menyatutubuh dengan seluruh aktivitas manusia. Tatkala ajaran agama tidak menjadi roh dan darah yang mengaliri kedirian manusia.
Realitas dunia yang dipenuhi dengan berbagai problem dan tantangan, dengan aneka kejahatan dan berbagai bentuk kriminalitas acap membuat hidup tidak lagi nyaman dan indah. Hidup dikuasai kecemasan dan ketakutan, bahkan ada orang yang kehilangan gairah untk hidup. Pepatah yang dikutip dibagian awal tulisan ini menegaskan bahwa antusiasme adalah aset yang paling besar.
Antusias bermula dari kata Yunani “entheos” yang berarti “Tuhan menyertai”. Antusiasme adalah kegairahan, semangat yang berapi-api terhadap sesuatu yang ingin dicapai. Hidup baru benar-benar sebuah hidup jika ada antusiasme. Orang yang memiliki antusiasme tidak pernah bisa tunduk pada keputusasaan, pesimisme. Sebagai umat beragama kita harus memiliki antusiasme untuk melanjutkan kehidupan dan memberi yang terbaik bagi banyak orang.
Selamat berjuang. God bless.