Oleh: Pdt. Weinata Sairin
Manusia hidup ditengah waktu. Ia berada didalam waktu. Ia menghidupi sejarah, bahkan ia juga sejatinya mencipta sejarah. Sejarah adalah untaian dan rangkaian episode-episode yang dicipta manusia dengan beragam aktivitas didalamnya. Manusia tertawa renyah, menumpahkan airmata, berjalan tertatih-tatih, tergopoh-gopoh, terkapar dan tersungkur ditepi-tepi kehidupan, terkapar nanar tanpa makna, marah, skeptis, cemas dan terkulai tiada nafas.
Hidup manusia sebagai makhluk Allah termulia dipenuhi beragam kegiatan. Is bukan sosok yang diam dan monoton, ia adalah figur yang kreatif dan dinamik. Aktivitas dan kegiatannya mengacu pada banyak hal dan diinspirasi banyak aspek. Ada aspek agama, spiritualitas. Ajaran agama yang ia anut dan yang menjadi bagian integral dari kediriannya memberi arah dan tuntunan dalam seluruh kehidupan manusia.
Secara umum manusia Indonesia adalah manusia yang menganut berbagai agama, msnusia yang saleh dan tekun mrnjalankan perintah agama. Mereka hidup saling menghormati satu sama lain tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, afiliasi politik, aliran keagamaan. Memang masih ada sebagian warga masyarakat yang kualitas dan tingkat keberagamaannya masih belum optimal.
Mereka masih dicekam sikap ambivalensi dalam beragama, mereka dibelenggu keberagamaan
yang parsial dan temporer, kebergamaan yang formalistik dan seremonial; keberagamaan yang tidak membuah dalam tindak nyata. Hidup manusia dan aktivitasnya juga diinspirasi oleh kompetensi dan profesionalismenya. Berbekal kompetensi itu manusia mengukir karya terbaik dibidangnya masing masing, berkontribusi bagi kemanusiaan dan peradaban. Dalam konteks ini pendidikan memberi makna penting dan strstegis bagi manusia. Pendidikan, edukasi tidak saja menjadikan manusia mandiri tetapi juga memampukan manusia berkontrubusi dan berkarya direntang sejarah.
Karya, aktivitas, kontribusi manusia berlangsung melewati siang, malam, hari, minggu, bulan, tahun dan tertoreh dalam lembar-lembar sejarah. Hari hari dan malam malam dijalani dengan tekun setia oleh manusia dengan memberi garis bawah bahwa setiap hari, setiap malam memiliki rahasianya sendiri dan itu sepenuhnya milik Tuhan dan berada diluar kategori pemikiran manusia.
Itulah sebabnya manusia selalu berharap datangnya hari baru. Hari baru membawa harapan baru; hari baru diharapkan Ada novum, Ada sesuatu yang baru, Ada perspektif baru, ada horison baru.
Pepatah yang dikutip diatas memberi gambaran kepada kita bahwa apa yang akan terjadi nanti malam belumlah pasti. Ya dimalam hari bisa terjadi bsnyak hal. Bisa Tuhan memanggil kita, merecall kita, mengganti jabatan kita, kawan dekat kita kena OTT KPK, dan sebagainya.
Pada malam hari masih ada banyak yang akan terjadi. Oleh karena itu kita semua dalam posisi stand by, posisi siaga 1; dalam bahasa agama posisi itu menempatkan kita dalam posisi yang bersandar kepada Tuhan, beriman teguh kepada Tuhan.
Mari kita terus berkarya, memberi yang terbaik bagi banyak orang sambil menanti datangnya “malam”.