WL Tambing paling kanan depan saat menghadiri Sidang Umum PBB bersama Menteri Pendidikan Syarif Thayeb
Aliansi Pemuda Toraja Berencana Kaji dan Usulkan WL Tambing Jadi Pahlawan Nasional
Toraja Utara – Rantepao, Suarakristen.com
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Aliansi Pemuda Toraja Indonesia (DPP APTI) Indra Gunawan Pabutungan mengungkapkan Willem Linggi Tambing (WL Tambing) adalah Pahlawan Daerah bagi Kedua Pemerintah Kabupaten Toraja (Tana Toraja dan Toraja Utara) di masa awal setelah Kemerdekaan Indonesia.
Indra berpendapat langkah selanjutnya, WL Tambing dapat diusulkan oleh Kedua Pemerintah Kabupaten Toraja (Tana Toraja dan Toraja Utara) mendapatkan gelar Pahlawan Nasional Republik Indonesia.
“Saat ini Toraja sudah memiliki satu orang pahlawan Nasional, yakni Pong Tiku. Pahlawan yang bergerilya menghadapi Belanda sebelum Indonesia merdeka” ungkap Indra
Pemerintah Kabupaten Tana Toraja mengangkat Pong Tiku sebagai pahlawan nasional pada tahun 1964 dan dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia melalui Dekret Kepresidenan 073/TK/2002 pada tanggal 6 November 2002.
“Minggu lalu, secara pribadi sudah sempat diskusi internal dengan salah satu pengurus, kami berencana membuat FGD dan seminar mengenai dua tokoh pahlawan daerah Toraja setelah Kemerdekaan yang sudah mulai dilupakan Generasi Muda yakni Brigjen Mesach Frans Karangan dan Willem Linggi Tambing” tutur Indra.
Indra mengungkapkan bahwa Buku Biografi Brigjen Mesach Frans Karangan sudah diluncurkan pada Mei 2021 di Tongkonan Kepala Gading Jakarta, buku Biografi itu dibuat oleh Sili Suli. Jenazah Frans Karangan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Buntu Lepong Rantepao. Nama Frans Karangan sudah diabadikan Jalan di Kota Rantepao ke arah Tikala.
“Tokoh Frans Karangan secara garis besar, perjuangannya sudah dapat kita lihat pada Buku Biografi dan tempat lokasi istirahat terakhirnya. Sedangkan tokoh WL Tambing masih belum ter publikasi dengan rapih” jelas Indra
Willem Linggi Tambing (Pong Tambing) Lahir di Madandan Tana Toraja, tanggal 17 Februari 1923, dan meninggal pada tanggal 06 Maret 1995 usia 72 tahun, lahir dari pasangan Sampe Bunga dan Rut. WL Tambing lulus di Hollandsch Inlandsche School (HIS) setingkat SD, kemudian masuk di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (Mulo-B) Makassar, setingkat SMP dan Algemeene Middelbare School (AMS-B) Makassar, setara SMA.
WL Tambing adalah orang Toraja pertama yang menduduki eselon tinggi dalam jabatan pemerintahan sebagai Kepala Pemerintah Negeri (KPN) pada tahun 1952 dan orang Toraja pertama yang duduk di DPR RI (tahun 1955) dari Partai Kristen Indonesia (Parkindo), dan WL Tambing juga dianggap sebagai pendiri/pelopor berdirinya Kabupaten Tana Toraja (tahun 1957).
Pada tahun 1955, Indonesia melaksanakan pemilihan umum pertama untuk memilih anggota DPR dan Anggota Konstituante. Partai Kristen Indonesia (Parkindo) salah satu peserta pemilu 1955. Parkindo memperoleh suara 1.003.326 suara dengan persentase sebesar 2,66% sehingga memperoleh 8 Kursi di DPR. Kedelapan Anggota DPR tersebut adalah Albert Mangaratua Tambunan, Johannes Leimena, Huibert Senduk, Melanchton Siregar, Marthinus Caley, Christoffel Joseph Mooy, Manuel Sondakh, dan Willem Linggi Tambing.
WL Tambing berjuang melalui jalur Politik. Pada saat itu di wilayah Toraja terdapat tiga kekuatan Politik yakni PARKINDO (Partai Kristen Indonesia), PNI (Partai Nasional Indonesia) dan PKI (Partai Komunis Indonesia). Peran besar WL Tambing didaerah melalui PARKINDO mampu menyatukan Elite Tradisional dan Masyarakat Kristen Toraja dalam menghadapi peristiwa 1952, 1953, 1958 hingga 1965.
Khususnya saat peristiwa 1958 di Toraja, WL Tambing bersama Rendra Sarungallo (Anggota Konstituante) berjuang di pusat menyakinkan pemerintah pusat bahwa wilayah Toraja adalah bagian dari NKRI dan jiwa nasionalisme Masyarakat Toraja jangan di ragukan.
Willem Linggi Tambing sangat peduli terhadap pentingnya pendidikan, saat menjadi anggota DPR, WL Tambing mengupayakan berdirinya SMEA Kristen Makale, SMA Negeri 1 Rantepao dan SGO yaitu Sekolah Menengah di Daerah Toraja.
Indra menjelaskan melihat peran WL Tambing tersebut sehingga WL Tambing dapat dianggap pahlawan bidang politik dan pahlawan bidang pendidikan bagi Daerah Kedua Kabupaten Toraja. APTI akan coba membentuk tim kajian kalangan pemuda Toraja dari bidang ilmu Sosial, Budayawan, Theologi, Hukum bahkan Teknologi untuk mengkaji maupun membuat FGD, Seminar hingga Naskah Akademik (Jurnal).
WL Tambing diketahui memiliki lima orang anak kandung yakni (1) Bara Langi Tambing; (2) Saba Mangosa Tambing; (3) Tulak Allo Tambing; (4) Tiku Rapa’ Tambing; dan (5) Somba’ Bara’ Allo Tambing.
“Langkah awal terlebih dahulu, sambil membentuk anggota tim kajian dan panitia. Tiga bulan kedepan kami akan coba berkomunikasi dengan pihak keluarga WL Tambing, pihak Gereja seperti PGIW Sulselbara, Ormas dan LSM, Organisasi Pemuda dan Kemahasiswaan Daerah, Lembaga Pendidikan Tinggi dan Budayawan.” terang Indra.
***