Jadikan Menyanyi sebagai Gaya Hidup Normatif Kristen!

0
10341

Hotben Lingga

a singing faithIman Kristen adalah iman yang selalu memuji-muji Tuhan,-iman yang tidak bisa dipisahkan dari menyanyi/nyanyian. Tidak ada iman di dunia ini yang menyanyi seperti iman Kristen menyanyi. Agama Kristen tentunya memang bukan satu-satunya agama yang menggunakan musik. Peran spiritual musik secara universal memang ada pada hampir semua agama, dimanifestasikan dalam praktek-praktek hampir semua agama. Agama-agama lain juga menyanyi dan memiliki beragam bentuk musik, tetapi tidak ada iman yang penuh getaran, menyanyi dengan penuh suka-cita seperti agama Kristen. Kita memiliki lagu-lagu pujian yang terbaik dibandingkan dengan tradisi iman yang lain di bumi ini. Ada lebih banyak lagu tentang Yesus daripada tentang tokoh-tokoh atau tema-tema lain, bahkan tentang lagu-lagu dengan tema cinta. Ini merupakan salah satu keunikan dari agama Kristen dan agama Yahudi, sebagai a singing faith.

Iman yang biblikal adalah iman yang menyanyi. Dari sejak awal Kekristenan, menyanyi telah memainkan peran utama dalam ibadah Kristen. Bahkan, dalam masa-masa Perjanjian Lama, menyanyi/lagu-lagu merupakan cara untuk mendeklamasikan sejarah Israel. Lagu pertama yang dicatat dalam Alkitab (dalam Keluaran 15) adalah lagu Nabiah Miriam yang merayakan kemenangan Allah dan kekalahan tentara Mesir di Laut Merah. Nyanyian itu untuk mengingatkan orang tentang siapa Tuhan itu, apa yang telah Dia lakukan dan apa yang Dia janjikan untuk dilakukanNya di masa depan. Musik di dalam Alkitab selalu positif, menyatakan kasih, suka-cita, perayaan, kemenangan, ucapan syukur, kekaguman, pujian, penyembahan dan hormat bagi Tuhan. Musik di dalam Alkitab tidak pernah digunakan untuk hal-hal dan tujuan negatif.

Memang tak seorangpun yang tahu kapan musik pertama kali dimulai. Hampir setiap kebudayaan di bumi selalu memiliki musik. Dalam Alkitab kitab Ayub 38 dikatakan bahwa ketika  Tuhan meletakkan dasar-dasar bumi, para malaikat menyanyi dan bersorak suka-cita, ini sebelum Tuhan menciptakan manusia. Kolose 1:16 berkata “Karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa, segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.” Tuhan Yesus yang menciptakan musik. Musik yang Ia ciptakan sangat misterius. Jadi musik diciptakan oleh Allah dan untuk Allah. Bahkan Allahnya Alkitab adalah Allah yang mau/gemar bernyanyi dan bersorak-sorai  bersama umatNya. (Zefanya 3:17).”

Menyanyi merupakan perintah Alkitab. Alkitab memerintahkan kita untuk menyanyi bagi Tuhan. Tuhan memerintahkan umatNya untuk menyanyi. Tuhan ingin kita menyanyikan lagi-lagu puji-pujian untukNya. Ini bukan pilihan atau anjuran, tetapi perintah. Tidak peduli bagus atau tidak bagus suara kita, tidak peduli berapa usia kita, kita harus menyanyi memuji Tuhan. Tidak ada prasyarat-prasyarat. Lagu gereja harus dinyanyikan setiap orang. Dalam Perjanjian Lama, menyanyi merupakan perintah penting dalam setiap ibadah di dalam rumah Tuhan. Kaum Lewi diperintahkan untuk menyanyi dan memimpin umat dalam pujian; dan jemaat diharapkan untuk untuk ikut dalam nyanyian tersebut. Ada banyak ayat Mazmur yang memerintahkan umat untuk menyanyi (Maz. 64:4; 96:1-2; 105:2; 149:1). Rasul Paulus mendorong Gereja Perjanjian Baru untuk menyanyi (1 Kor 14:26; Ef 5:19; Kol 3:16). “Dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam Mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati. (Ef 5:19). Jadi karena perintah biblikal ini, kekristenan menjadi iman yang menyanyi. Dari sejak zaman Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sampai sekarang, Gereja Tuhan telah selalu dan akan selalu menjadi iman yang menyanyi. Masalahnya bukanlah pada suara kita (apa kita punya suara bagus atau tidak?), tetapi pada lagu kita (apa kita punya lagu yang biblikal untuk dinyanyikan?).

Baca juga  “Tebusan Dosa” Kisah Tegarnya Perjuangan Seorang Ibu dalam Balutan Drama Pencarian Anak

Karena itu, Alkitab penuh dengan musik, lagu/nyanyian, refrein-refrein dan pujian yang dinyanyikan berulang-ulang. Alkitab penuh dengan senandung pujian kepada Tuhan. Kehidupan Kristen bergema/menggema melalui nyanyian. Kehidupan yang kita dapatkan dalam Kristus naik dan keluar dalam nyanyian/lagu.

Seruan para Rasul agar kita senantiasa menyanyi memuji Tuhan menggambarkan/merefleksikan satu cara penting orang Kristen mengungkapkan kehidupan yang penuh dengan Roh Kudus. Nyanyian merupakan manifestasi penting persekutuan Kristen (koinonia) untuk menggambarkan kehidupan yang dipenuhi oleh Roh Kudus. Menyanyi  merupakan bentuk vital dari pujian kita. Menyanyi itu sebuah bentuk doa. St.Agustinus berkata,’Orang yang menyanyi itu berdoa dua kali’.”

Mengapa Tuhan menciptakan musik? Mengapa Alkitab memerintahkan kita untuk menyanyi memuji Tuhan? Tuhan menciptakan musik agar kita memuliakan dan mengagungkan Dia. Allah adalah Tuhan yang ajaib dan Maha-Agung. Dia layak menerima pujian, penyembahan dan pemujaan kita. Tuhan merancang musik sebagai salah satu cara untuk menyembahNya. Menyanyi membantu kita untuk memuji Tuhan dan membantu kita memproklamasikan kasih, kuasa dan kedaulatan Tuhan. Maz 147:7 berkata,”Bernyanyilah bagi Tuhan dengan nyanyian syukur.” Jadi, nyanyikanlah syukurmu kepada Tuhan.

Tuhan menciptakan musik untuk:

  • Membantu kita masuk ke dalam hadirat Tuhan (Maz 22:3)
  • Memuliakan Tuhan: untuk memproklamasikan siapa Dia dan keterpesonaan kita padaNya (Maz 69:30)
  • Memuji Tuhan atas apa yang telah Dia lakukan bagi kita (Maz 150)
  • Menyembah Tuhan: agar kita menundukkan diri dan menyerahkan hidup kita kepadaNya (2 Taw 29:28)
  • Mempersembahkan dan memberikan korban pujian sebagai persembahan bagi Tuhan (Ibr 13:15)
  • Menenangkan dan menyembuhkan emosi (1 Sam 16:23).
  • Untuk menguatkan iman kita dan memperbaiki sesama kita. Tuhan ingin kita menyanyikan lagu untuk sesama kita, lagu yang akan mengajar kita satu sama lain dan memberi semangat pada kita. Salah satu cara untuk memelihara iman kita agar tetap utuh adalah dengan menyanyi kepada Tuhan. Ketika hati kita sedang dingin, kita perlu diperbaharui dan dikuatkan kembali melalui menyanyi memuji Tuhan. Mendengarkan musik dan menyanyikan pujian bagi Tuhan bisa menyegarkan jiwa kita.
  • Mengajarkan Firman Tuhan dan mempelajari ayat-ayat Alkitab. (Kol 3:16)
  • Perayaan atau pesta (Kej 31:27)
  • Menyanyikan lagu-lagu cinta (Nyanyian Salomo)

Mereka yang telah menerima Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat pribadi pasti memiliki hati yang penuh pengucapan syukur memuji Tuhan karena mengalami kasih penebusan/penyelamatan Kristus; mengalami pertemuan pribadi dengan Kristus; karena bisa mengenal dan berinteraksi dengan satu-satunya Allah yang hidup dan sejati. Tidak ada yang bisa membuat kita lebih sadar akan kasih dan kehadiran Allah dalam hidup kita selain dengan menyanyi dan memuji Tuhan. Tidak ada yang bisa membuat kita sadar akan kehadiran Allah dengan lebih cepat daripada menyanyikan pujian-pujian kepada Allah. Salah satu cara paling penting untuk mengucapkan syukur dan terima-kasih adalah dengan menyanyi. Alkitab berkata,”Bernyanyilah bagi Tuhan dengan nyanyian syukur!” (Maz 147:7a). Karena sangat banyak orang yang mengasihi Yesus maka ada lebih banyak lagu tentang Yesus yang pernah dikarang umat manusia, daripada tentang tokoh-tokoh dan topik-topik lain di dunia ini.

Baca juga  “Tebusan Dosa” Kisah Tegarnya Perjuangan Seorang Ibu dalam Balutan Drama Pencarian Anak

Kekristenan bukanlah soal agama. Kekristenan adalah tentang hubungan kasih-sayang. Kekristenan adalah tentang hubungan dengan Tuhan,-Tuhan sangat mengasihi kita sehingga Dia mengutus AnakNya untuk mati bagi kita, dan Dia ingin kita membalas cinta-kasih Tuhan. Kita menyatakan ucapan terima-kasih dan kasih kita kepada Tuhan melalui nyanyian. Salah satu cara kita untuk menyatakan kasih kita adalah dengan menyanyi bagiNya. Belajar berterima-kasih dan bersyukur kepada Tuhan atas apa yang telah Ia karuniakan kepada kita merupakan bagian penting perjalanan rohani kita. Kalau kita menyatakan kasih kita untuk Tuhan, ini disebut penyembahan. Jadi bagaimana caranya kita selalu mengungkapkan ucapan syukur pada Tuhan sebagai bagian penting hidup kita? Seberapa sering kita menyanyikan ucapan terima-kasih dan kasih kita kepada Tuhan? Setiap jamkah? Setiap harikah? Secara teraturkah? Atau kadang-kadang saja?

a singing faith2Gereja harus selalu menjadi gereja yang menyanyi, karena lagu-lagu pujian kita merupakan ungkapan curahan hati kita yang bersuka-cita. Tetapi menyanyi jangan hanya dibatasi di dalam ibadah gereja saja, tetapi harus menjadi gaya hidup normatif sehari-hari umat Kristen. Karena kita bisa menyanyi di mana saja, kita bisa mengungkapkan kasih kita kepada Tuhan dimana juga. Itu berarti kita bisa menyembah Tuhan di kamar mandi. Kita bisa menyembahNya pada saat bekerja di kebun, pada saat menyuci piring, menyuci baju, atau pada saat dalam perjalanan ke kantor.

Gereja yang dipenuhi Roh Kudus akan menjadi gereja yang penuh penyembahan. Orang Kristen yang penuh dengan Roh Kudus akan menjadi orang Kristen penuh penyembahan. Tuhan akan memanifestasikan kehadiran dan kemuliaanNya dengan cara yang unik kalau umatNya datang berkumpul menghormati namaNya dan memujiNya. Alkitab berkata,”Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam namaKu, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.”  (Mat 18:20). Alkitab juga berkata bahwa Tuhan bersemayam dan tinggal dalam puji-pujian umatNya (Maz 22:3).

Tuhan telah mengaruniakan kepada umatNya bakat musik yang hebat. Apakah melalui karunia menyanyi, memainkan alat musik, menciptakan lagu atau menjadi guru musik; tugas dan kesenangan kita adalah untuk menggunakan talenta-talenta pemberian Tuhan itu untuk kepujian bagiNya. Kita masing-masing diberi kesempatan dan talenta untuk menyaksikan kasih dan kebaikan Tuhan melalui kuasa pelayanan musik.

Musik sebenarnya hanya merupakan getaran. Untuk menciptakan musik kita hanya perlu menggetarkan udara. Akan tetapi bagi kita musik lebih dari sekedar getaran, lirik dan melodi. Karena musik berasal dari hati, jiwa dan perasaan kita. Musik merupakan teologi, filsafat dan ideologi kita. Kita menyanyikan Firman Tuhan. Kita menyanyikan teologia. Kalau kita masuk surga, di sana akan ada musik dan menyanyi.

Baca juga  “Tebusan Dosa” Kisah Tegarnya Perjuangan Seorang Ibu dalam Balutan Drama Pencarian Anak

Pada Abad Pertengahan, musik gereja/rohani tidak berkembang karena menyanyi tidak dijadikan bagian penting/sentral dari ibadah. Jemaat yang beribadat juga tidak banyak menyanyikan lagu pujian di dalam ibadah. Musik dan puji-pujian didominasi paduan suara yang kebanyakan terdiri dari para rahib atau imam. Jemaat tidak dilibatkan dalam puji-pujian, karena semua lagu dinyanyikan dalam bahasa Latin, yang hanya dimengerti para klerus. Karakteristik musik gereja di zaman pra reformasi adalah semua lagunya dinyanyikan dalam bahasa Latin, sehingga jemaat tidak mengerti arti dan makna lagu. Hanya para klerus yang mengerti arti lagu. Musik paduan suara juga seringkali rumit dan sukar untuk dimengerti. Dalam kehidupan sehari-hari jemaat juga tidak diajarkan dan didorong untuk menyanyi memuji Tuhan. Menyanyi tidak dijadikan budaya popular.

Baru pada saat terjadi Reformasi Protestan, ada revolusi dan pembaharuan besar-besaran dalam dunia musik. Reformasi Protestan membuat perubahan dan pembaharuan besar dalam musik gereja. Protestantisme menjadikan menyanyi dan musik sebagai budaya populer. Partisipasi jemaat dalam menyanyi dan pengembangan musik meningkat secara drastis. Lagu-lagu baru diciptakan dan dianjurkan untuk dinyanyikan dalam bahasa lokal oleh seluruh umat, baik di dalam ibadah gereja maupun dalam kehidupan sehari-hari. Musik dikembangkan dan dimodifikasi. Reformasi Protestanlah yang  menciptakan musik vokal dengan klasifikasi/inovasi soprano, alto, tenor dan bass.

Martin Luther, Bapa Protestantisme, menekankan pentingnya musik dan menegaskan ada kuasa di dalam musik (lagu puji-pujian).  Luther mengajarkan bahwa puji-pujian orang percaya bisa mengusir setan. Bagi Luther, selain untuk memuji dan memuliakan Allah Tritunggal, musik juga merupakan alat (senjata) untuk peperangan rohani melawan setan dan roh-roh jahat. Musik bagi Luther merupakan sarana mengajarkan kebenaran Firman Tuhan (doktrin); sarana untuk pembinaan/penguatan iman; sarana penginjilan dan sarana untuk kebangunan rohani jemaat. Menurut Luther, Setan tahu ada kuasa dalam setiap pujian kepada Tuhan, sehingga ia berusaha menipu kita agar tidak menyanyikan lagu puji-pujian kepada Tuhan. Sedang bagi Calvin, musik sungguh merupakan “buah-buah roh yang menyenangkan dan lezat”. Sejak Luther sampai sekarang, musik menjadi salah satu aspek paling penting dalam ibadah dan kehidupan jemaat. Dengan musik, teologia kita dinyanyikan dan juga dibaca.

Reformasi juga berarti kebangunan dan kelahiran musik rohani. Reformasi berkobar dalam iman yang hidup dan penuh dengan kuasa Allah, dalam Mazmur, himne-himne (nyanyian pujian untuk Tuhan), lagu-lagu rohani dan eksplorasi iman yang alkitabiah karena revitalisasi kotbah ekspositoris. Kebangunan dan kemajuan musik rohani yang hebat selalu melahirkan dan mengiringi kebangunan rohani di seluruh dunia. Iman membawa orang untuk memuji Tuhan.

Jadi, putarlah lagi-lagu rohani kesayangan Anda dan carilah siaran siaran radio Kristen yang memutar lagi-lagu rohani yang baik juga. Gunakan gadget HP/Tablet Anda untuk menikmati lagu puji-pujian dan untuk menyanyi. Dan, bernyanyilah bersama-sama. Gereja harus juga selalu mereformasi musiknya dengan Firman Tuhan agar bisa tetap berkembang, bergema, relevan dan bisa menjadi garam dan terang bagi dunia dan masyarakat; agar bisa mempengaruhi bangsa-bangsa melalui musik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here