Senior GMKI Maruarar Sirait Ajak Seluruh Komponen Bangsa Cegah Politik Identitas di Pemilu 2024

0
224

 

 

Senior GMKI Maruarar Sirait Ajak Seluruh Komponen Bangsa Cegah Politik Identitas di Pemilu 2024

 

Jakarta, Suarakristen.com

 

 

Akhir-akhir ini, isu politik indentitas sering dipakai sejumlah politisi untuk berkampanye. Melihat fenomena  tersebut, DPP Taruna Merah Putih menggelar diskusi publik bertema “Bahaya dan Antisipasi Politik Identitas Menghadapi Pemilu 2024”, di Kantor DPP Taruna Merah Putih, Jalan Prof Mohammad Yamin Nomor 1 Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (23/12/22).

 

Acara yang berbarengan dengan Syukuran Hari  Ulang Tahun ke 53 Maruarar Sirait ini diikuti sekitar 150 orang dari pelbagai organisasi mahasiswa, senior-senior alumni Kelompok Cipayung, dan pelbagai ormas lainnya.

 

Karena itu, sejumlah elemen bangsa mengingatkan agar pertarungan memperebutkan kekuasaan di Pemilu 2024 mengarusutamakan platform, gagasan, dan ide. Politik identitas yang mewarnai sejak Pilkada DKI Jakarta, hendaknya tidak terjadi. Sebab, amat membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa.

Dalam kata sambutannya, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Taruna Merah Putih (TMP) Maruarar Sirait mengingatkan kader PDIP harus mengusung perdamaian di atas segalanya. Mengutamakan politik kebangsaan, menempatkan kepentingan negara di atas segalanya. Bukan untuk kelompok dan pribadi.

“Di 2024, kita yakin PDI Perjuangan hatrick Pileg dan Pilpres. Itu bukan untuk PDI Perjuangan, tetapi kemenangan untuk rakyat,” ungkap Bang Ara Sirait, salah satu Tokoh Nasional yang juga alumni GMKI.

Hadir sejumlah perwakilan Organisasi Kepemudaan (OKP) seperti GMKI, PMII, HMI, GMNI, Hikmabudi, PMKRI, Hima Persis, Ansor, dan sejumlah perwakilan OKP lainnya. Serta sejumlah kader PDIP dari berbagai tingkatan.

Ara menyerukan agar di Pemilu 2024 tidak lagi ada politik identitas. PDIP bertekad hatrick tidak dengan mengusung politik identitas. “Sehingga rakyat semakin damai rukun dan sejahtera. Gotong royong lah yang akan terus kita tradisikan,” tegasnya.

Baca juga  Forum Penyelamat Demokrasi dan Reformasi (F-PDR) Meyakini Hakim MK Gunakan Hati Nurani dan Akal Sehat

Ungkap Ara lagi,  sebenarnya masyarakat sudah memegang erat nilai Pancasila. Masyarakat di daerah amat menerima perbedaan. Ara mencontohkan, dirinya menang tiga periode dengan suara terbanyak di Daerah Pemilihan Jawa Barat IX yang meliputi Kabupaten Majalengka,Kabupaten Subang, dan Kabupaten Sumedang.

“Saya Batak, Kristen Protestan, menang tiga periode dengan ratusan ribu suara di daerah dengan mayoritas Islam. Jadi saya menemukan, rasakan, dan alami nilai Pancasila di dapil saya. Pancasila bukan hanya ide dan gagasan. Harus berbagi, berbuat dengan hati dan tindakan dimulai diri sendiri kepada sesama,” pungkasnya.

Ara menyatakan dirinya tidak akan maju dalam Pemilu 2024. Ara mendorong anak-anak muda lebih banyak berkiprah di kancah politik. Anak muda harus memberi dampak positif.

“Saya nggak maju nyaleg. Kita tahu waktunya datang dan waktunya mendorong dari belakang. Regenerasi harus diteruskan. Harus bermanfaat bagi rakyat dan jangan lupa pada partai yang membesarkan,” ungkapnya.

 

Sementara itu, Pendiri Syaiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Prof Dr Saiful Mujani mengungkapkan politik identitas sumbernya adalah belum mampunya mentransformasi identitas sosial ke identitas politik. Identitas politik masih jadi subordinasi dari identitas sosial.

Dia mencontohkan identitas sosial di Amerika Serikat yang sudah bertransformasi. Joe Biden dan Barack Obama bukan dilihat sebagai Katolik dan orang Afro, tetapi sebagai politisi Demokrat. Di Inggris, Perdana Menteri saat ini tidak dilihat orang etnik India tetapi dari partai konservatif.

“Di Indonesia, orang tidak Islam, tidak akan berani nyapres. Bung Ara bakal mikir seribu kali kalau mau jadi Presiden atau Gubernur Sumut. Karena beliau bukan Islam,” paparnya.

Ke depan, dilihat dari kekuatan politik formal di tingkatkan elite, mestinya Indonesia optimistis tak akan pecah karena politik identitas di 2024. Namun, diingatkan, selama tidak ada perbedaan yang mendasar platform antara calon satu dengan yang lain, maka akan muncul politik identitas.

Baca juga  Spektakuler! Ini Daftar Lengkap Artis yang Meramaikan HSS Series 5 Jakarta di GBK

“Kalau sama-sama bodoh, nol platform, maka akan muncul dan dipakai politik identitas ini. Terutama agama yang skalanya nasional. Perlu penegakan aturan yang tegas dari penyelenggara pemilu menindak politik identitas,” tambahnya.

Sementara itu, Ketua DPP PDIP Djarot Syaiful Hidajat memuji Ara lewat TMP-nya yang terus berjuang mewujudkan nilai keadilan dan persamaan bersama seluruh elemen tanpa pandang suku dan agama. Dia yakin, Indonesia akan lolos melewati 2024 jika menghindari politisasi agama.

“Jangan menggunakan agama untuk memecah belah bangsa. Mereka yang menentang kebenaran, menularkan kebencian dan adu domba, itulah nurani buruk, tidak bermoral, dan kejahatan yang sebenarnya,” tegasnya.

Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo atau Romo Benny menambahkan politik identitas terjadi karena tak ada aturan main yang jelas. Diingatkan, manipulasi agama, suku, dan ras, jelas mengancam kesatuan.

“Kedepankan politik gagasan. KPU dan Bawaslu harus tegas terhadap pelanggaran pemilu jenis ini. Tindak yang pakai simbol agama, yang pakai rumah ibadah jadi arena black campaign. Tim suksesnya harus terdaftar. Pantau mereka di media sosial maupun di masyarakat,” sarannya.

Sementara itu, masing-masing OKP memberikan pandangan dan solusi terkait bahaya politik identitas dalam Pemilu 2024. Salah satunya, menyarankan penguatan institusi partai politik dan penindakan hukum yang tegas kepada para pelanggar kampanye identitas.

“Kita sudah belajar pada sebelumnya. Politik identitas sisa konfliknya sampai sekarang. Seluruh elemen harus menarasikan ulang persatuan dan kesatuan bangsa,” kata Raihan Ariatama Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) Periode 2021-2023.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here