PENGURAPAN MENUJU PENOBATAN: KASUS DAUD
Oleh: Mangasi Sihombing
Satu ketika bani Israel silau terhadap bangsa-bangsa lain disekitarnya yang diperintah oleh raja. Mereka menolak kebaikan Tuhan menuntun mereka melalui hambanya, Imam Samuel. Samuel mengemukakan konsekwensi memiliki seorang raja, bahwa mereka akan dikenakan pajak, putra-putra mereka akan dijadikan tentara dan lain-lain hal yang memberatkan. Mereka bersikeras. Tuhan akhirnya memerintahkan Samuel mencari kandidat, dan pilihan jatuh kepada Saul. Dia diurapi dan jadilah Saul dinobatkan menjadi raja. Awalnya Saul setia terhadap petunjuk-petunjuk Tuhan melalui Samuel. Lama-kelamaan dia merasa terkekang, ingin lebih merdeka dalam tidak-tanduk. Naluri kekuasaan memang selalu menghendaki kebebasan, karena disitu nampak harga diri, yaitu egoisme.
Tuhan memandang tidak baik Israel berdampingan dengan bangsa Amalek yang dulu melawan dan mencegat kedatangan bangsa Israel masuk dan menduduki tanah Kanaan. Israel dihadang dengan korban yang banyak. bukan hanya tentara yang jatuh tapi juga anak-anak dan wanita-wanita yang hamil. Dalam kontestasi terhadap Amalek, Saul diperintahkan Tuhan untuk memusnaskan seluruh orang Amalek dan mengharamkan semua harta mereka termasuk ternak-ternaknya. Karena perang itu adalah perangnya Tuhan, maka sudah dari awal Israel dipastikan meraih kemenangan gemilang. Tapi Tuhan melihat Saul tak seluruhnya melaksanakan perintah. Maka Samuel datang ke lapangan untuk menyakskan sendiri keadaan. Ditemukannya raja Amalek, Gak diikat jadi tawanan, ternak-ternak tambun yang disita Saul dengan alasan untuk kurban sesembahan di mezbah Tuhan. Karena pelanggaran itu, maka Samuel dengan gamblang menyatakan pada Saul bahwa Tuhan Allah Israel telah menolaknya sebagai raja. Tak berati bahwa sejak detik itu Saul lengser dari tahta.
Ketidak-setiaan Saul telah memaksa Imam Agung Samuel memenggal dengan tangan sendiri raja Amalek, karena perintah Tuhan memang harus terlaksana. Samuel-pun diperintahkan Tuhan untuk mencari calon raja baru, dan pilihan jatuh pada seorang anak remaja, penggembala, putra bungsu Isai, orang Bethlehem. Dia diurapi, tapi tak berarti dia langsung duduk di singgasana kerajaan di istana menggantikan Saul. namun di mata Tuhan dan imam Samuel dia sudah dinobatkan dan roh Tuhan sudah di dalam dirinya. Adakah yang akan bisa mengalahkan Daud atau melecehkannya ? Pasti tidak!
Tuhan membawa Daud ke tengah konfrontasi Israel vis a vis bangsa Philistin. Israel sungguh dihantui oleh seorang panglima Philistin, Goliat, yang berfisik raksasa, yang suaranya mengglegar di area tempur mengutuki Israel dan Tuhan Israel. Saul dan tentaranya kecut, takut menghadapi Goliat. Tapi penghujat ini dirobohkan Tuhan dengan tangan Daud si anak ingusan itu hanya dengan satu kali libasan batu umban ke dahi Goliat. Ini membangkitkan semangat Saul dan tenteranya mengejar dan menghabisi pasukan Philistin. Apakah sang pahlawan Daud langsung didaulat bangsa Israel jadi raja? Tidak! Saul masih duduk di tahta dan akan terus mecari akal untuk membunuh Daud yang sedang dalam proses langkah Tuhan mendudukkannya menggantikan Saul.
Tuhan menurunkan roh jahat ke dalam diri Saul untuk menggelorakan nafsunya membunuh Daud. Tapi Daud yang di dalam perlindungan Tuhan akan selalu berhasil lolos dari maut itu. Itulah skenario yang Tuhan lakukan dalam mematangkan diri Daud menjadi pemimpin yang bertanggung-jawab. Saul sendiri melakukan pengejaran langsung untuk menghajar Daud, dan Daud terpaksa bergerilya menyelamatkan diri. Ada kesempatan-kesempatan baik bagi Daud untuk menghabisi nyawa Saul, tapi dia tak akan melakukan yang jahat terhadap Saul. Kita faham bahwa sejak Daud diurapi Tuhan menjadi raja, sesungguhnya raja Saul sudah menjadi seorang diantara warga Daud yang harus dilindungi oleh Daud. Setiap warga Israel telah berada dalam tanggung-jawab Daud termasuk Saul yang harus dilindungi hak hidupnya. Daudpun didaulat rakyat menjadi raja di istana hanya setelah kematian raja Saul.
Saya teringat pada presiden kita, almarhum Abdulrahman Wahid alias Gusdur yang pernah berkata bahwa harga satu nyawa warganegara Indonesia sama dengan NKRI. Jadi adalah merupakan hak dan kewajiban seorang kepala negara untuk melindungi setiap warganegara, besar dan kecil, tua dan muda termasuk yang sedang dalam kandungan ibunya.
Betul dan benar, seorang kepala negara harus ingat dan senantiasa melaksanakan kewajiban itu. Inilah panggilan bagi kita untuk senantiasa tetap sadar dan mengerti bahwa hak-hak dan kewajiban warganegara itu sama tanpa mengenal perbedaan asal-usul, suku, warna kulit, jenis dan warna kulit. Negara harus menghormati dan menegakkannya, dan karenanya harus melawan dan mencegah setiap aksi teror, intoleransi, dan persekusi dalam bentuk apapun.
Mengingat kita dalam bulan Mei, mari sejenak melayangkan mata hati kita terhadap kejadian Bulan Mei 1998, bagaimana kondisi dan situasi yang dihadapkan kepada masyarakat atau warganegara kita pada saat itu. Juga layak kiranya kita merenungkan siatuasi saat ini dimana seluruh bangsa dan pemerintah kita menghadapi dampak serangan Covid 19 terhadap hak-hak kita semua.
(Bacaan: 1 Samuel 17 ayat 40-58)
Ditulis ulang, Jakarta, 4 Juli 2020.