United Nation DESA dan
Kementerian PPN/BAPPENAS Adakan GSDR 2019 dan Workshop
Untuk mencari langkah-langkah percepatan pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di Asia dan Pasifik
Jakarta, Suarakristen.com
Empat tahun sudah pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) yang diDeklarasikan Kantor Pusat PBB bulan September 2015 di New York.
Laporan Spesial Perkembangan Pencapaian TPB yang disusun Sekretaris Jenderal PBB bulan Juli 2019 baru-baru ini menyatakan bahwa meskipun terdapat kemajuan di beberapa tujuan
seperti penurunan kemiskinan ekstrim dan kematian anak, akses listrik di negara-negara miskin, maupun kesetaraan jender serta produktivitas tenaga kerja, namun secara umum
pencapaian TPB secara global memburuk sejak tahun 2015
pencapaian TPB juga terjadi, namun tidak secepat yang diinginkan.
Namun demikian, Di Asia Pasifik meskipun Gambaran capaian tersebut di atas juga didukung oleh laporan dari Tim Independen Global Scientist (IGS) yang berisi wakil dari 15 negara yang dipilih oleh PBB berdasarkan usulan
negara anggota. Laporan disusun dengan mengadakan assessment dari berbagai riset para ilmuwan yang ada.
Diperlukan cara pandang dan pelaksanaan secara system:
Melaksanakan 17 Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan secara sistem dan memilih kebijakan dan langkah yang memiliki “co-benefit” bukan yang memiliki trade-off.
Berbeda dengan MDG yang hanya memiliki 8 tujuan dan menitik beratkan pada pembangunan manusia, maka TPB difokuskan pada tujuan membangun kemajuan kesejahteraan sosial, kesejahteraan ekonomi, dengan tetap melestarikan lingkungan hidup
dengan 17 Tujuan dan 169 target yang terukur. Dalam laporan GSDR tersebut dinyatakan bahwa antar 17 Tujuan dan 169 Target ini saling memiliki trade-off namun terdapat pula co-benefit.
Hasil pelaksanaan pembangunan berkelanjutan selama ini, peningkatan
kesejahteraan ekonomi ternyata diikuti dengan memburuknya kond isi lingkungan hidup.
Hasil assessment menunjukkan bahwa tanpa memperhatikan interkoneksi antar tujuan dan target, maka capaian TPB tidak akan dilakukan tepat waktu.
Enam (6) “entry point” Transformasi untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Untuk dapat mencapai tujuan dengan tepat sasaran dan waktu, laporan ini menyarankan 6 (enam) entry point untuk melakukan transformasi pembangunan berkelanjutan, yaitu: (a)
Human wellbeing and copabilities; (b) Sustainable and just economies; (c) Food System and Nutrition Pattern;; (d) Energy decarbonization and universal access; (5) Urban and Peri-
urban development; (6) Global Environmental Commons.
Hasil assessment ilmuwan tersebut menyataan bahwa terdapat 4 pengungkit (levers) untuk melakukan transformasi yaitu: (a) tata kelola; (b) ekonomi dan pendanaan; (c) perilaku dan aksi bersama serta (d) ilmu pengetahuan dan teknologi berperan penting dalam 6 entry point transformasi tersebut di atas
lmu pengetahuan: kunci untuk pembangunan berkelanjutan
Terdapat tiga langkah dalam untuk meningkatan peran ilmu pengetahuan dalam transformasi menuju pembangunan berkelanjutan.
Agenda 2030: Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dijadikan “kompas bersama” untuk peningkatan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Langkah ini penting karena ilmu
pengetahuan merupakan “agen perubahan” (i) Sustainability Science.
Pada saat ini sedang berkembang sus toinability science, yang diketahui dapat membantu untuk mengelola “trade
off yang pasti akan ada dalam setiap pengambilan keputusan kebijakan publik. Inisiatif untuk mengembangkan sustainability science perlu segera dilakukan. (ii) Kemitraan untuk
Transformasi.
Peran Pemerintah untuk melembagakan science-policy-society dalam
rangkaian proses sejak co-designing, pelaksana an serta pemantauan pembangunan berkelanjutan untuk dapat mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan tepat waktu.
Secara global, kerjasama di antar ilmuwan antar negara perlu ditingkatkan untuk mengatasi kesenjangan kemampuan ilmiah di negara-negara sedang berkembang. masyarakat juga perlu diajak berpikir ilmiah dan di pihak lain ilmu pengetahuan perlu didekatkan ke masyarakat.
Terakhir, Untuk Aksi Bersama, Laporan ini juga merumuskan 20 Coll to Actions, baik yang secara spesifik ditujukan untuk 6 (enam) entry points for transformation, maupun untuk mendorong agar perubahan aksi untuk percepatan TPB tidak bersifat parsial, namun bersifat
transformatif, yaitu: (1) Organisasi multilateral, Pemerintah dan Otoritas publik secara eksplisit menggunakan SDGS sebagai kerangka kerja untuk programming, planning and
budgetary procedure untuk mempercepat pelaksanaan Agenda 2030; (2) Semua pelaku harus berjuang untuk mengkoordinasikan seluruh upaya dan memprioritaskan keselarasan
kebijakan dan konsistensi antar pelaku dalam melaksanakan “faktor2 pengungkit perubahan” dalam melaksanakan transformasi melalui 6 entry point yang disarankan. (3).
Untuk negara-negara: Setiap negara dan wilayah perlu mendisain dan melaksanakan peta
jalan yang terintegrasi (integrated pathways) untuk pembangunan berkelanjutan yang sesuai dengan prioritas dan kebutuhan yang spesifik, yang berkontribusi terhadap
transformasi secara global.
Workshop kali ini untuk mendiskusikan langkah konkrit melaksanakan transformasi, dan mengidentifikasi Kemitraan untuk Transformasi untuk saling membantu, meningkatkan
kemampuan, khususnya di wilayah Asia dan Pasifik; agar Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan yang tercakup dalam Agenda 2030 dapat tercapai tepat waktu.
Jakarta 19 November 2019
IGS for GSDR 2019
United Nation DESA,
Kementerian PPN/BAPPENAS
(Hotben)