Pastor atau Pendeta?

0
6123

Oleh: Paul Titihalawa

 

Belakangan ini muncul serpihan-serpihan “curhat” oleh sebagian umat yang juga kapabel atas isu “eklesiologi” dengan cuitan “apologitatif” di “medsos” atau mungkin juga di kalangan “anggota” gereja mengenai “isu” pengggunaan istilah “pastor” oleh para “pendeta” di lingkungan gereja Protestan, khususnya di lingkungan gereja tertentu dari gereja-gereja beraliran “kharismatik”.

Sebagian umat merasa “kaget” dan “bingung” ketika gembalanya tidak lagi di panggil “pendeta”, tapi “pastor”.

Selama ini “pikiran” umat telah “nyaman” atau “terindoktrinasi” bahwa predikat “pastor” adalah pemimpin pada sebuah jemaat lokal dalam gereja “Katholik”, sedangkan sebaliknya “pendeta” adalah pemimpin pada sebuah jemaat lokal di gereja “Protestan”.

Memang tidak lazim atau tidak terlalu “familiar” ketika seorang tokoh agama Protestan, khususnya seseorang yang memiliki jabatan khusus sebagai “pendeta”, kini dipanggil dengan sebutan “pastor”, atau sebaliknya “andaikata” seorang “pastor” dipanggil “pendeta”.

Mencermati realitas tersebut, muncul beberapa pertanyaan, yakni:
Adakah kesamaan dan kebedaan antara “pastor” dan “pendeta”, dan dari kedua istilah itu, manakah yang lebih alkitabiah, ilmiah dan bergengsi, serta
Apa yang menjadi alasan yang kuat sehingga terjadi “pergeseran” penggunaan istilah “pendeta” menjadi “pastor” di kalangan Karismatik Protestan?

A. Artikulasi

Ketika seseorang memanggil atau menyebut diri sebagai “pastor”, padahal dia seorang “pendeta”, maka dia telah menyentuh ruang “artikulasi”, yakni perintah artikulasi mewajibkannya mewujudkan “kesesuaian” antara “ucapan” dan “kenyataan”.

Apabila “ucapan” tidak sesuai dengan “kenyataan”, yakni jika dia seorang “Pendeta” , tapi menyebut diri sebagai “Pastor”, maka Orang itu/Lembaga/Organisasi/Gereja, berkewajiban menjelaskan kepada umat esensi realitas tersebut agar tidak menghadirkan “kebingungan” publik beragama.

B. Budaya
Organisasi

Dalam tradisi gereja-gereja Protestan di Indonesia (berbeda dengan gereja Inggris/Eropa), jabatan “pendeta” hanya di kenal di kalangan Protestan, sedangkan jabatan “pastor” di kalangan Katolik, bahkan tentang jabatan tersebut telah diputuskan dan dirumuskan ke dalam ad/art masing-masing gereja.

Salah satu “kekuatan” sebuah organisasi ialah “konsistensi” dalam merealisasi ad/art secara berkesinambungan

Dengan Demikian, “konsistensi” dalam menghidupkan “artikulasi” seputar penggunaan istilah jabatan “pendeta” atau “pastor”, telah memposisikan “jabatan” tersebut sebagai sebuah “branding”, yang juga berdampak pada daya “serap” umat atas nilai “jual” produk Diri/Organisasi/Gereja Anda.

Semua orang tahu bahwa mobi-mobil pabrikan Jepang memiliki kualitas yang nyaris sama, tapi dengan “branding” berbeda, yang satu Toyota dan satunya “Daihatsu”, keduanya nyaris dikejar walau nilai jualnya berbeda, toyota sedikit lebih mahal dari daihatsu.

B. Inkulturasi

Sepintas tidak ada perbedaan arti antara “pendeta” dan “pastor”, tapi sesungguhnya keduanya telah “dibungkus” oleh aturan organisasi yang berbeda.

Adanya “pergeseran” penggunaan istilah dari “pendeta” menjadi “pastor”, menunjukkan bahwa kaum Protestan Karismatik sementara mengalami apa yang disebut “inkulturasi”.

Inkulturasi dalam bahasa bengkel otomotif ialah “kanibal”, yakni tidak ada masalah walaupun jenis mesin mobil berbeda, tapi jika mesin itu bisa menghidupkan mobil yang rusak.

Tapi ingatlah bahwa Inkulturasi tidak bisa “menggeser” suatu “originalitas”, walaupun dalam proses inklturasi atau “kanibalisasi”, telah melahirkan istilah “KW1”, yakni kualitas yang palsu, dipercaya hampir menyamai kualitas yang asli.

D. Kesimpulan

Akhirnya saudara /i, marilah kita belajar untuk “konsisten” dalam menjalankan “perintah” anggaran dasar (ad) dan anggaran rumah tangga (art) yang telah disepakati sebagai standar “kepemimpinan” yang telah ditetapkan oleh gereja dimana saudara berada.

Jalankan perintah organisasi ad/art gereja saudara. Jika organisasi gereja menggunakan istilah “pendeta”, sebagai jabatan bagi seorang gembala, ya itulah saudara, mana mungkin “avanza” dibilang “xenia”, walaupun sama-sama mobil.

SHALOM!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here