Oleh: P. Adriyanto
Banyak CEO dan jajaran manajemen yang di bawahnya tumbang karena korporat yang mereka pimpin menunjukkan trend yang eratik dan menjurus pada kebangkrutan.
Ada banyak faktor yang mempengaruhinya seperti kondisi perekonomian, persaingan, peraturan pemerintah dan lain-lain, namun faktor utama yang paling menentukan adalah krisis internal manajemen. Sering mereka kehabisan akal, bagaimana melakukan leverage/mendongkrak kembali kinerja perusahaan.
Banyak upaya yang.mereka lakukan seperti melakukan crashed grooming program, penggantian anggota direksi dan manajemen, menghire top notch consultant, dan lain-lain, namun hasilnya tetap tidak dapat membangkitkan kembali perusahaan yang sudah miring.
Untuk membangun tim manajemen yang solid, diperlukan waktu dan usaha untuk membangunnya.
Ada empat pilar yang harus dibina dan terus diperkuat untuk menjadikan tim manajemen bekerja secara profesional sehingga selalu memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan perusahaan.
Ke-empat pilar tersebut sesuai pengamatan saya adalah:
# *Pilar I: Beriman kepada Tuhan*
Dengan iman yang kokoh, seluruh anggota organisasi akan menunjukkan:
* motivasi dan produktivitas kerja yang tinggi karena mereka *mencintai* pekerjaan mereka. Mereka punya keyakinan bahwa melakukan suatu pekerjaan dengan penuh tanggungjawab adalah merupakan ibadah.
* Tingkat kebersamaan dan kohesivitas yang tinggi karena mereka merasa ada kebersamaan nasib dan kebersamaan untuk menyongsong masa depan yang lebih baik.
* Mekanisme kontrol antar karyawan juga berjalan dengan baik, sehingga akan sangat menekan terjadinya fraud/kecurangan.
* Timbul *sense of ownership* sehingga di samping menghambat terjadinya fraud juga mereka akan mementingkan efisiensi, di mana penjualan digenjot dan biaya ditekan serendah mungkin. Timbul *cost consciousness* (kesadaran biaya) yang tinggi di semua lapisan karyawan, tanpa manajemen harus melakukan cost control atau *cost down strategy* yang intensif.
* Timbul iklim saling mempercayai antara manajemen dan karyawan (trustworthiness yang tinggi).
* CEO dan jajaran manajemen mempunyai kerendahan hati (humility) seperti yang ditunjukkan oleh CEO yang berprediiat *level 5 executive*
Para eksekutif yang memiliki kerendahan hati ini, tidak pernah menonjolkan diri. Menurut mereka, kesuksesan salah merupakan kinerja bersama. Para pemimpin ini tidak menonjolkan kharisma untuk memotivasi. Mereka juga menyiapkan future leader untuk meraih kesuksesan yang lebih besar.
Level 5 executive ini juga menunjukkan professional will yang tinggi.
* Beri waktu kepada semua karyawan untuk menjalankan ibadah sesuai agama masing-masing. Ada bisa yang cenderung menghalangi para karyawan untuk beribadah dan tanpa disadarinya, perusahaannya semakin mundur dari saat ke saat.
# *Pilar II : Leadership Competencies*
Seorang pemimpin yang hebat tidak hanya berkemampuan untuk mencetak profit melalui revenue yang tinggi, tapi ia harus bisa menciptakan *arti/makna (meaning)* bagi kehidupan seluruh anggota organisasi yakni apa yang disebut sebagai *spiritual goals* untuk meningkatkan nilai-nilai individu dari seluruh karyawan.
Apakah kompetensi itu??
*_”Karakteristik, pengetahuan dan sikap yang secara konstan harus dimiliki oleh seseorang (pemimpin) untuk mencapai kinerja yang tinggi/keberhasilan.”_*
Leadership Competencies sesuai dengan Laporan HBR (Harvard Business Review) tentang hasil pembahasan global para executives tentang tantangan yang mereka hadapi untuk mempertajam kepemimpinan mereka:
* *Visi*
* *Kerendahan hati*
* *Energi*
* *Intuisi*
* *Perspektif*
* *Keyakinan*
* *Pembelajaran*
* *Gairah*
Ke delapan kompetensi di atas adalah merupakan *soft competencies* yang tidak mudah diidentifikasi dan dinilai dalam jangka pendek karena seumpama gunung es (iceberg) merupakan bagian yang tersembunyi di bawah permukaan laut.
Soft competencies yang lain adalah perilaku (behavior), motive, self concept (konsep diri), dan sifat-sifat pribadi.
Hard competencies adalah pengetahuan dan ketrampilan yang mudah diidentifikasi dan dinilai.
*Bersambung*