Jakarta, Suarakristen.com – Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia memperingati Sumpah Pemuda dengan melakukan Seminar Nasional bertemakan “Pemuda sebagai Penjaga Pancasila dan Pembangun Peradaban”. Seminar ini dilaksanakan sekaligus dengan peluncuran buku Pancasila Rumah Bersama dan Aplikasi Android GMKI Sinergi di Gedung Joeang 45, pada hari Senin (30/10).
Dalam seminar tersebut, Suroto, Ketua Umum Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis Indonesia (AKSES) menyampaikan bahwa di sektor ekonomi, pemerintahan Jokowi-JK masih lebih banyak memberikan ruang pada investasi asing, sementara koperasi yang merupakan wujud ekonomi kerakyatan masih dianaktirikan.
“Ketimpangan ekonomi masih sangat besar. Ada sekelompok kecil orang yang terlalu kaya sementara di sisi lain terdapat sedemikian banyak rakyat kita yang terlalu miskin. Anak muda harus berani membangun sistem demokrasi ekonomi Pancasila sehingga pemerataan ekonomi dapat terwujud. Salah satunya adalah mengelola potensi pertanian dengan berbasiskan pada koperasi,” ujar Suroto.
Suroto juga menyatakan bahwa tanah masyarakat saat ini dikuasai oleh segelintir kelompok orang sehingga kaum muda harus melakukan perlawanan dalam mengembalikan tanah menjadi milik rakyat.
“Koperasi merupakan perusahaan futuristik dengan menempatkan manusia di atas materi. Dalam koperasi kita melakukan redistribusi pendapatan bukan akumulasi pendapatan,” tambahnya.
Sementara itu, Presiden dan peneliti Bandung Fe Institute, Hokky Situngkir mengatakan bahwa data Indonesia saat ini lebih banyak dikuasai oleh _hacker_. Padahal kedaulatan bangsa salah satunya diwujudkan melalui kedaulatan di dunia maya. Sehingga kita dapat meredam berbagai informasi hoaks, dan lainnya.
“Saat ini sistem nilai orang Indonesia telah bergeser dari budaya aslinya salah satunya ditandai dengan hilangnya bahasa. Maka kami mengembangkan program untuk menginvetarisir keanekaragaman masakan, batik, bahasa, bahkan sambal. Dengan adanya data, kita akan berdaulat dalam menjaga dan membangun peradaban Indonesia,” kata Hokky.
Di sisi lain, Sekjend DPP Partai Solidaritas Indonesia, Raja Juli Anthoni menyampaikan bahwa isu primordial dan politik identitas saat ini telah menghantui perpolitikan Indonesia.
“Isu SARA dan primordial mengalahkan kinerja yang baik. Maka penduduk Indonesia harus lebih aktif dalam narasi melawan hoaks,” ujarnya.
Untuk itu, dia menyarankan perlu adanya penguatan masyarakat sipil (civil society) dan partai politik, serta membangun pendidikan kewarganegaraan (civic education) sehingga rakyat akan cerdas melihat dinamika politik yang terjadi di tengah bangsa.
Pembicara terakhir, Edward Tanari, Sekretaris Jenderal Perkumpulan Senior GMKI menyampaikan bahwa pemuda harus menjadi solusi bagi persoalanP bangsa yang terjadi saat ini. Tugas ini harus dilakukan dengan bertanggungjawab.
“Pemuda tidak hanya menjadi penikmat peradaban, melainkan menjadi pelaku dan pembangun peradaban. Pemuda harus berkarakter Indonesia, yakni nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila,” ujarnya.
Menurut Edward, ada banyak bidang di tengah masyarakat yang harus diisi oleh pemuda. Mulai dari bidang ekonomi, sosial, pendidikan, politik, pemerintahan, dan lainnya.
“Yang utama, pemuda harus selalu berpedoman kepada Pancasila. Dan pemuda juga harus melakukan perannya dengan baik dan bertanggungjawab sehingga kita dapat mencapai Indonesia yang kita cita-citakan,” pungkasnya.