Jakarta, Suarakristen.com
Oleh: Pdt. Gomar Gultom, M. Th.
Hotel Raffles Jakarta 3 Maret 2017.
Raja Salman memasuki ruang pertemuan bersama Presiden Joko Widodo. Setelah tiba di tempatnya, para tokoh agama diberi kesempatan menyalami Raja Salman dan Presiden Joko Widodo.
Pertemuan dibuka dengan pidato singkat Raja Salman yang, antara lain, berisikan:
1. Raja Salman menghargai bagaimana bangsa Indonesia mengelola keragaman dalam kerukunan;
2. Raja juga mengajak kerjasama dan dialog antar umat beragama demi mencapai toleransi. Semua agama harus dapat menjamin hak-hak azasi manusia;
3. Raja mengajak semua umat untuk bersama-sama memerangi radikalisme, kekerasan dan ekstrimisme; sebaliknya aktif untuk dialog antar umat beragama;
4. Berharap agar semua pimpinan agama yang hadir mendapat petunjuk Ilahi.
Selanjutnya Presiden Jokowi memulai dengan mengatakan, antara lain:
1. Memberitahukan yang hadir ini adakah wakil dari Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Buddha dan Khonghucu. Kehadiran para pimpinan agama ini merupakan representasi kemajemukan Indonesia;
2. Harmoni menjadi acuan bagi masyarakat Indonesia di tengah keragaman ini dan para pemimpin agama ini merupakan teladan dari toleransi dan saling menghargai satu sama lain;
3. Kerukunan dan saling menghargai ini merupakan aset Indonesia dan menjadi sumbangan bagi perdamaian dunia.
Kemudian Presiden Joko Widodo bertindak sebagai moderator yang mempersilakan perwakilan dari setiap agama menyampaikan sambutannya.
Secara umum Mgr Suharyo (Katolik), Suhadi (Buddha), Uung Sendana (Khonghucu) Wisnu Bayu Tenaya (Hindu), Henriette Lebang (Kristen) dan Azyumardy Azra (Cendekiawan Muslim) mengungkapkan rasa syukur dan berterima kasih atas kunjungan Raja Salman ke Indonesia. Ia juga menyampaikan penghargaan atas pertemuan ini.
Mgr Suharyo menyebutkan pertemuan ini sebagai sesuatu yang simbolik dan bisa menjadi tonggak sejarah.
Henriette Lebang mengharapkan peran agama-agama dapat membangun spiritualitas otentik yang menyegarkan dan menebar keadilan dan perdamaian. Peran Raja Salman, bersama para pemimpin negara lainnya, penting dalam rangka membangun peradaban dunia.
Henriette juga mengharapkan agar kerjasama RI dan Saudi Arabia meningkat dengan saling menopang dalam memberi perlindungan bagi yang lemah, terutama para pekerja lintas negara.
Azumardy Azra mengatakan bahwa pertemuan ini bukan hanya bermakna bagi RI dan Saudi Arabia, tetapi juga bagi masyarakat dunia.
Azumardy menyambut imbauan Raja dalam menghadapi radikalisme dan teror, seraya mengharapkan agar pusat dialog Arab Saudi yang ada di Wina bisa bekerja bersama pusat-pusat dialog yang ada di Indonesia. Menurutnya, hal ini penting bagi moderasi Islam, sebagai sumbangan bagi peradaban dunia, sehingga Islam sungguh-sungguh sebagai Rahmatan lil alamin.
Acara berlangsung 1 jam dan diakhiri dengan foto bersama.
Jakarta, 3 Maret.2017
Pdt Gomar Gultom, MTh
Sekum.PGI.