Oleh: Hotben Lingga , Jakarta, Suara Kristen.
“Gereja-gereja dan umat Kristen di Indonesia menyambut gembira Sidang Raya Christian Conference of Asia (CCA) ke-14 diselenggarakan di Jakarta, Indonesia. Kita bangga menjadi tuan rumah Sidang Raya CCA yang ke-14 ini, karena dari sejarah kelahirannya, CCA digodok dan dilahirkan di Indonesia, yaitu di Parapat, Sumatra Utara, pada tahun 1957. Penyelenggaraan Sidang Raya CCA ke-14 di Indonesia ini merupakan suatu kehormatan bagi gereja-gereja dan bangsa kita. Karena kita dipercaya (kembali) menjadi tuan rumah Sidang Raya CCA. Dan kita diberi kesempatan untuk memyatakan kepada dunia bahwa Indonesia merupakan negara yang bisa menjadi model bagi harmoni, kerukunan dan toleransi antar umat beragama dan contoh dalam hal kebebasan beragama. Sidang Raya CCA ke-14 ini juga merupakan mandat dan pesan bahwa gereja-gereja dan umat Kristen di Indonesia diberi tanggung-jawab besar oleh Tuhan untuk menghadirkan damai sejahera, syalom, kasih Allah dan harmoni sosial, secara holistik, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di Asia pada umumnya” demikian disampaikan Sukur H. Nababan, Ketua Panitia Sidang Raya CCA ke -14, dalam konferensi pers yang diadakan di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta (20/5/15). Hadir dalam konferensi pers tersebut adalah ketua umum PGI Pdt. Dr. Henriette Lebang ,Sekum PGI Pdt.Gomar Gultom dan Dr. Binsar Pakpahan.
Lebih jauh dijelaskan Sukur Nababan, tema Sidang Raya CCA ke-14 ini adalah “Living Together in the Household of God”. Acara ini akan diikuti sekitar 440 perwakilan anggota gereja dan lembaga-lembaga mitra dari 28 negara. Sidang Raya CCA diadakan mulai tanggal 20 sampai dengan 27 Mei 2015. Gereja Huria Kristen Batak Protestant (HKBP) menjadi tuan rumah dan penyelenggara Sidang Raya ini.
Sementara itu, ketua umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Pdt. Dr. Henriette Lebang, menyatakan, Sidang Raya CCA yang akan dilaksanakan selama enam hari tersebut akan mengulas karya CCA, menentukan arah program kerja, mengubah anggaran dasar CCA dan memilih anggota-anggota baru pengurus CCA. Sidang Raya ini juga akan membahas isu-isu yang relevan bagi kesaksian gereja-gereja di Asia. Kita akan mendorong gereja-gereja untuk menjadi kekuatan dan tenaga penggerak untuk hidup bersama-sama dengan semua komponen masyarakat yang majemuk dalam rumah-tangga Allah.
Tegas pendeta yang akrab dipanggil Eri Lebang ini, Sidang Raya Christian Conference of Asia (CCA) ke-14- ini akan menjadi kesempatan bagi gereja-gereja di Asia untuk merayakan persekutuan mereka sebagai gereja Asia. Sidang Raya CCA akan merefleksikan pergumulan, tantangan dan situasi kekristenan di Asia. Gereja harus tetap setia dan berkomitmen kepada Allah dan FirmanNya, di tengah-tengah tantangan dan pergumulan masyarakat plural Asia saat ini. Salah satunya adalah bagaimana di tengah keadaan yang memprihatinkan, ketegangan, konflik, kerusakan lingkungan, dan kehidupan yg sudah tidak saling menghargai, gereja-gereja di Asia dengan komponen bangsa, bersama-sama mengupayakan budaya damai, saling menerima dan saling menghargai supaya terpenuhilah rumah tangga Allah sebagai tempat tinggal, tempat kediaman bersama yang nyaman, yang mensukacitakan, dan membuat semua orang mengalami rahmat Allah.
Hal senada juga diungkapkan Pendeta Gomar Gultom, M.Th., Sekum PGI. Menurutnya, tema SR CCA ke-14 ini sangat relevan dengan kondisi Indonesia, dan negara-negara Asia pada umumnya, yang hidup di tengah-tengah masyarakat plural. Gereja-gereja di Asia dipanggil untuk bisa bersaksi dan berkarya di tengah-tengah masyarakat yang sangat heterogen/jamak dalam banyak aspek, seperti agama, suku-bangsa, bahasa, budaya dan adat-istiadat. Gereja tidak boleh bersikap menutup diri dan menutup mata terhadap realitas sosial yang ada. Tetapi harus terbuka, pro-aktif dan intensif menjalin komunikasi dan kerja-sama atau sinergi dengan semua komponen masyarakat dalam membangun kehidupan bersama yang harmonis, adil, aman dan sejahtera.
Christian Conference of Asia atau Dewan Gereja-gereja Asia adalah kumpulan dan organisasi gereja-gereja Kristen Protestan dan Ortodoks di Asia, yang bersifat ekumenis, yang menghimpun 17 Dewan Gereja Nasional dan lebih dari 100 aliran Gereja di 21 negara, yaitu, Aotearoa Selandia Baru, Australia, Bangladesh, Bhutan, Burma, Kamboja, Hong Kong, India, Indonesia, Iran, Laos, Japan, Korea, Malaysia, Nepal, Pakistan, Philippines, Sri Lanka, Taiwan, Thailand, dan Timor Leste.