Ecclesia Reformata, Semper Reformanda Secundum Verbum Dei
Suatu slogan dari Bapa-Bapa Reformasi Gereja pada Abad 16 – 17 yang telah berjuang agar Gereja-gereja kembali kepada Kebenaran Firman Tuhan yang benar, demi Kedaulatan Allah Tritunggal.
ecclesia reformata, semper reformanda secundum verbum Dei dari bahasa Latin iaitu ( (The Church Reformed, Always Reforming According To The Word of God) Gereja Reformed, Sentiasa Melakukan pembaharuan, menurut Firman Tuhan )
Kalimat ini bukan sahaja kalimat yang Kuno, tetapi kalimat sentiasa relevan agar kita dan gereja kembali kepada Firman Tuhan.
Gereja memang senantiasa dalam pembaharuan, dan bukan sahaja gereja, bahkan kehidupan kita sendiri selalu ada pembaharuan, namun apalah artinya pembaharuan tanpa menurut dan sesuai dengan Firman Tuhan?
“Ecclesia reformata, semper reformanda est” pertama kali dipopulerkan oleh seorang teolog, dalam tulisan devosional, yang bernama Jodocus van Lodenstein (1620-1677). Waktu Lodenstein mengatakan kalimat ini, yang ada dalam pikirannya adalah: bahwa reformasi yang terjadi di zaman Luther, Calvin, Zwingli, dan sebagainya yang telah reformasikan doktrin Gereja yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan, Namun Reformasi ini seharusnya terus berjalan masuk ke dalam kehidupan dan praktik nyata dalam diri umat Allah. Reformasi bukan cuma reformasi doktrin, bukan cuma reformasi dari ketidak-mengertian lalu jadi mengerti, tetapi sebaliknya bahwa “mengerti” maksudnya adalah kita melakukannya di dalam kehidupan, sehingga ada transformasi nyata yang terjadi dalam hidup orang percaya. Oleh sebab itulah memakai istilah semper reformanda, yang berarti reformasi belum selesai, reformasi harus berjalan terus.
Kalimat “Ecclesia reformata, semper reformanda est” bukan mengatakan bahwa Gereja Reformed me-reformasi dirinya sendiri melainkan di-reformasikan oleh Tuhan. Ini kelihatan seperti hal sederhana, tapi inilah esensi dari Protestant Christianity, bahwa yang mereformasi Gereja sebetulnya adalah Tuhan, bukan kita. Ini the Reformed way, teosentrik. Roh Kudus mereformasi Gereja melalui kekuatan kuasa firman, bukan Gereja punya keinginan untuk mereformasi dirinya sendiri. Ini hal yang pasif. Tulisan Luther selalu menekankan ‘pasif’ ini.
Gereja memerlukan Roh Kudus untuk mereformasikan Gereja, dan begitu juga dalam kehidupan kita, kita perlukan Roh Kudus untuk memimpin kita dalam mereformasikan diri kembali kepada Tuhan.
1 Korintus 3:9-11 (AVB) Kami sama-sama pekerja Allah, dan kamu ibarat ladang Allah. Kamu juga boleh diumpamakan sebagai bangunan Allah.
Dengan kasih kurnia Allah, aku sebagai pembina yang mahir telah meletakkan asas bangunan itu, lalu orang lain membina bangunan di atas asas itu. Setiap orang yang membina perlu berhati-hati.
Kerana tiada siapa yang dapat meletakkan asas selain asas yang telah tersedia, iaitu Yesus Kristus.