Keto. Foto: Kampus Universitas Kristen Petra
REKONSTRUKSI PENDIDIKAN KRISTEN PROTESTAN!
Oleh: Hotben Lingga
Tuhan Yesus memerintahkan kita untuk mendidik anak-anak kita di dalam ajaran dan nasihatNya (Ef. 6:4), memuridkan dan mengajari bangsa-bangsa (Mat. 28:19-20), mengajarkan FirmanNya dengan rajin (Ul. 6:6-8), dan bertumbuh di dalam anugerah dan pengetahuan akan Dia (2 Pet. 3:18). Kita sebagai umat Kristen harus melaksanakan perintah Tuhan ini dengan serius. Kita harus mempromosikan serta memajukan pendidikan Kristen sesuai dengan perintah Tuhan tersebut. Kita percaya bahwa pendidikan Kristen adalah bagian dari misi gereja untuk memenuhi perintah Tuhan. Agar melalui pendidikan Kristen kita membawa orang untuk bersekutu dengan Tuhan dan firmanNya. Melalui pendidikan Kristen (yang dilakukan dengan prestasi pendidikan, pengembangan intelektual, interaksi sosial, pengasuhan rohani dan tuntunan-tuntunan) kita ingin menuntun anak-anak pada pertumbuhan dan perkembangan di dalam Tuhan. Sehingga kita menghasilkan generasi penerus yang beradab, prospektif, berguna dan berbakti bagi gereja, masyarakat dan bangsa kita.
Pendidikan Kristen sangat penting bagi masa depan Gereja. Tanpa pendidikan Gereja akan semakin menurun/mundur. Gereja dan sekolah/pendidikan saling bergantung satu sama lain. Kita yang mengasihi gereja yang Kristus beli dengan darahNya sendiri harus memberi perhatian ekstra bagi penyelenggaraan pendidikan Kristen. Karena pendidikan Kristen yang sejati sangat tak ternilai harganya. Pendidikan bisa menciptakan lingkungan yang menghormati dan takut akan Tuhan. Pendidikan bisa meletakkan dasar disiplin, nilai-nilai moral, dan etika kerja yang akan mempersiapkan orang untuk hidup. Karena itu, pendidikan Kristen adalah panggilan dan tanggung-jawab suci gereja.
Sejarah telah menunjukkan, Kekristenan merupakan kontributor terbesar dan pelopor kelahiran dan kemajuan ilmu pengetahuan modern. Kekristenan merupakan kekuatan yang luar biasa untuk pendidikan. Kebanyakan bahasa-bahasa dunia disusun pertama-kali dalam tulisan oleh misionaris-misionaris Kristen. Buku pertama dalam kebanyakan bahasa dunia adalah Alkitab. Kekristenan telah menjadi kekuatan terbesar untuk memajukan/mempromosikan literasi (kemelekan/melek huruf) di seluruh dunia sepanjang sejarah. Kekristenan merevolusi pendidikan dengan membuatnya tersedia kepada semua kelompok dan jender. Orang Kristen yang pertama sekali menganjurkan pendidikan umum. Semua sekolah, negeri atau swasta, sekuler atau religius, kolese dan universitas kebanyakan berakar dalam model pendidikan Kristen.Rasa haus dan pengejaran pengetahuan tentang Tuhan dengan cara sistematis, filosofis dan mendalam memunculkan fenomena universitas di seluruh dunia. Iman Kristenlah yang memunculkan gagasan tentang pendidikan tinggi.
Dari sejak awalnya orang-orang Kristen sudah mendirikan sekolah-sekolah. Mereka yang ingin menjadi anggota gereja Kristen harus mengikuti program belajar Firman Tuhan (katekisasi) selama dua atau tiga tahun. Pada abad kedua Masehi, Justinus Martyr mendirikan sekolah-sekolah katekisasi di Efesus dan Roma. Klemen mendirikan sekolah unggul di Aleksandria. Pemimpin-pemimpin Kristen terkemuka seperti Origenes dan Athanasius merupakan lulusan sekolah Aleksandria. Sekolah di Aleksandria mengajarkan doktrin, matematika, kedokteran dan tata-bahasa. Menjelang abad keempat Masehi, Gereja dan sekolah-sekolah katedral yang diurus para pastor/rohaniwan, mengajarkan doktrin Kristen, tata-bahasa (gramatika), retorika, logika, aritmetika, musik, geometri dan astronomi.
Salah satu dari antara banyak inovasi dalam pendidikan Kristen adalah bahwa sekolah-sekolah Kristen bersifat inklusif dan universal, mengajar semua orang, sekolah untuk semua kalangan dan semua jenis kelamin. Bangsa Yunani dan Romawi sebelum kelahiran Kristus secara formal tidak mendidik kaum perempuan. Hanya anak laki-laki dari kelas atas/tertentu (golongan kaya) yang dapat mengikuti pendidikan. Kekristenan yang merevolusi pendidikan dengan membuatnya terbuka dan tersedia kepada semua golongan dan kepada kedua jenis kelamin. St. Agustinus bahkan menyatakan bahwa wanita Kristen harus dididik dengan lebih baik daripada filsuf-filsuf laki-laki yang bukan Kristen!
Nama universitas diciptakan dan berkembang dari konteks iman/lingkungan Kristen. Kata universitas berasal dari bahasa Latin “Uni Veritas” yang berarti “Satu Kebenaran”. Rahib-rahib dan misionaris-misionaris Kristen yang memuridkan Eropa yang mendirikan universitas-universitas pertama di Paris, Oxford dan Cambridge, mengoleksi buku-buku dan menyalin naskah-naskah. Para rahib diminta untuk membaca buku setiap hari. Universitas lahir dari pusat-pusat misi biara/gereja. Dari biara yang pertama sekali dibangun di Monte Cassino pada tahun 528 M, dibangunlah sistim perpustakaan yang rumit/besar. Karena begitu banyaknya buku yang dikoleksi Ordo Benediktin, misalnya, sampai-sampai perpustakaan mereka disebut Gudang Senjata Gereja, mirip dengan gudang senjata istana. Universitas-universitas yang pertama, di Paris, Oxford dan Cambridge di abad 13 mengajarkan ilmu teologia, hukum dan kedokteran. Dosen-dosen pertama universitas adalah biarawan-biarawan gereja yang sudah lama berkeyakinan bahwa Umat Kristen sudah diberi mandat dan rasio untuk mempelajari, mengeksplorasi dan menaklukkan alam semesta. Dengan meneliti Kitab Suci dalam naskah Yunani asli, teks-teks klasik dalam bahasa Latin, kombinasi aktivitas manual dan intelektual, membedah mayat manusia untuk penelitian forensik, mempelajari dan mengembangkan ilmu filsafat dan studi anatomi, maka para rahib menjadi ilmuwan-ilmuwan yang berdedikasi bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Bandingkan, walaupun bangsa Yunani dan Romawi mempunyai banyak filsuf, penyair dan pemikir-pemikir yang hebat sebelum era Kristus, mereka tidak memiliki lembaga pendidikan yang permanen, tidak memiliki perpustakaan-perpustakaan, perkumpulan sarjana atau pelajar, dan tidak ada lembaga penelitian akademis dan metode induktif diabaikan atau ditolak.
Penemuan terbesar dalam bidang pengetahuan, mesin cetak, oleh Johannes Gutenberg juga hasil dari iman Kristen. Buku pertama yang dicetak oleh mesin cetak Gutenberg adalah Alkitab.
Pendidikan untuk kaum tuli dipelopori oleh orang Kristen. Pendidikan untuk orang buta dipelopori oleh orang Kristen. Abjad Braille dikembangkan oleh seorang Kristen yang berdedikasi, Louis Braille, agar bisa memampukan orang buta untuk membaca dengan jari-jarinya.
Setiap cabang dan tingkat pendidikan dipelopori oleh orang-orang Kristen yang mempercayai Alkitab. Konsep tingkat pendidikan berjenjang pertama sekali diperkenalkan oleh seorang Protestan (Lutheran) Jerman, Johan Sturm, di abad 16 Masehi. Orang Lutheran yang lain, Frederick Froebel, memperkenalkan sekolah Taman Kanak-Kanak. Sir Alexander Graham Bell yang membuat bahasa isyarat.Sungguh luar biasa dan tak tertandingi kontribusi umat Kristen dalam perkembangan sains dan pendidikan.
Jadi, adalah fakta dan kebenaran yang tak terbantahkan bahwa kekristenan yang melahirkan sains modern. Revolusi ilmiah dimulai dengan Reformasi Protestan dan Alkitab memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan penemuan ilmiah. Orang-orang yang mempercayai Alkitab yang mengembangkan setiap cabang utama ilmu pengetahuan. Pada dasarnya Alkitab yang menciptakan sains. Ketika kita masuk ke dalam mobil, menghidupkan mesin, menyalakan lampu, menyetir ke rumah sakit, menerima obat bius sebelum operasi, dan menjalani operasi yang dilakukan dengan baik dalam lingkungan yang bebas kuman, kita harus ingat bahwa dunia berhutang kepada orang-orang Kristen.
Dunia tidak boleh lupa akan akar Kristen dari pendidikan universal untuk semua golongan dan jender, dan kontribusi Kristen yang tiada duanya pada kemelekan sedunia, pendidikan berjenjang dan pendidikan tinggi. Sudah waktunya bagi para guru, dosen, guru besar memandang kembali kepada Yesus Kristus, guru terbesar di dunia, pada Alkitab, buku paling hebat yang pernah dihasilkan, dan kepada iman Kristen yang telah menginspirasi dan mempelopori setiap cabang utama pendidikan.
Akan tetapi, sangat menyedihkan sekali, sejak Teori Evolusi dicetuskan oleh Charles Darwin pada pertengahan abad ke 19, maka semua filsafat dan ideologi yang dilahirkan oleh Teori Evolusi telah membajak negara-negara, pendidikan, lembaga pendidikan, filsafat pendidikan dan pemikiran manusia modern (khususnya di Eropa dan AS) yang dulu didominasi oleh pemikiran Kristen. Akibat “Sabotase” dan “Pembajakan” oleh para evolusionis, humanis sekuler dan kaum atheis ini, sampai saat ini masih banyak lembaga pendidikan yang begitu bermusuhan terhadap kekristenan. Celakanya lagi, banyak universitas-universitas paling terkenal di dunia ini, yang dilahirkan oleh gereja/kekristenan, yang menjadi anti-kristen. Mereka telah “dibutakan, dilumpuhkan” dan hilang ingatan akan akar Kristen dari pendidikan universal untuk semua golongan dan jender, dan kontribusi Kristen yang tiada duanya pada kemelekan sedunia, pendidikan berjenjang dan pendidikan tinggi. Sudah waktunya bagi para guru, dosen, guru besar memandang kembali kepada Yesus Kristus, guru terbesar di dunia, pada Alkitab, buku paling hebat yang pernah dihasilkan, dan kepada iman Kristen yang telah menginspirasi dan mempelopori setiap cabang utama pendidikan.
Sudah saatnya ilmuwan-ilmuwan Kristen, Protestan khususnya, untuk melakukan serangan balik kepada para evolusionis, humanis sekuler dan atheis yang membajak lembaga-lembaga pendidikan yang dibangun oleh gereja. Dan merebut kembali daerah-daerah kekuasan yang telah direbut musuh Injil, mengambil kembali “benteng benteng pertahanan” dan “pusat-pusat kekuasaan sains” yang dilahirkan oleh kekristenan. Dan merebut kembali masyarakat, budaya dan semua ciptaan untuk Tuhan Yesus Kristus Sekaligus menghancurkan serta meremukkan teori-teori sains palsu yang tidak ilmiah dan ideologi-ideologi destruktif yang sudah menipu banyak umat manusia, orang Kristen khususnya. Universitas-universitas yang dibangun para Protestan seperti Universitas Harvard, Princeton, Yale, Columbia, Dartmouth, Brown, Cornel, Chicago, Rutgers, MIT, Caltech, Boston, USC, Syracuse, Vanderbilt, Duke, Ohio, Marburg, Geneva (Jenewa) dan banyak lagi harus direvolusi ilmiah kembali oleh Iman Kristen yang alkitabiah dan revolusi sains Kristen gelombang kedua! Salib Kristus yang dulu terpasang (yang diturunkan para anti-kris) di tiap ruangan sekolah dan universitas yang dibangun Gereja harus dinaikkan (dipasang) kembali!
Rekonstruksi Pendidikan Kristen Protestan
Bagi para Reformator Protestan, seperti Martin Luther, John Calvin dan reformis lainnya, -pendidikan merupakan medan peperangan ideologi (pemikiran) dan bersifat religius (bersama Kristus atau di luar Kristus). Para Reformator menolak gagasan bahwa pendidikan bersifat netral. Bagi para reformator, ide atau gagasan dan pikiran mempunyai konsekuensi. Tindakan mengalir dari pola pemikiran. Karena itu para Reformator sangat mementingkan aspek pendidikan yang berpusatkan kepada Alkitab dan Kristus dan menekankan agar gereja yang mengontrol pendidikan. Tujuan pendidikan bagi Reformator adalah mendidik anak-anak agar takut akan Tuhan, hidup kudus dan mengalami keselamatan kekal. Luther menekankan tanggung-jawab orang tua dalam bidang pendidikan. Martin Luther, Bapa Gereja kita, bahkan telah memperingatkan bahwa sekolah dan pendidikan bisa menjadi “pintu gerbang yang besar ke neraka” Kata Luther “Saya sangat takut sekali sekolah bisa menjadi pintu gerbang yang besar ke neraka kecuali kalau sekolah bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mengajarkan Kitab Suci, memahatkan Firman Tuhan pada hati kaum muda. Saya menasehatkan agar tak seorangpun yang memberikan anaknya dididik di tempat dimana Firman Tuhan tidak diajarkan/tidak berdaulat. Setiap lembaga manusia yang tidak didiami/dikuasai oleh Firman Tuhan pasti menjadi rusak”.
Apa yang dikhawatirkan oleh Luther hampir 500 tahun yang lalu kini terjadi. Filsafat Evolusionisme dan humanisme sekuler yang anti Tuhan telah menjadi “sapi suci” dan “sesembahan/dewa” bagi banyak ilmuwan/masyarakat di Eropa dan AS. Kaum sekularis, materialis dan humanis anti Tuhan secara sistematis dan konspiratif mempropagandakan agenda anti Kristen melalui dunia pendidikan dan pandangan hidup (worldview). Dan agenda mereka telah berhasil dan saat ini semakin agresif menyerang gereja dan kekristenan, khususnya pendidikan Kristen! Sejak pertengahan abad 19 sampai saat ini, ratusan juta manusia yang dididik dengan sistim/nilai pendidikan yang atheistis ini (di Eropa Timur oleh Sosialisme-Komunisme/Materialisme-dialektis/Marxisme; di Eropa Barat dan AS Liberalisme/Humanisme Sekuler) telah dimurtadkan dan dicuci otaknya menjadi generasi yang skeptis, agnostis, pemberontak dan anti Tuhan/gereja. Tidak aneh di Eropa dan AS saat ini terdapat ratusan juta orang (eks Kristen) yang sudah menjadi atheis, pendukung seks bebas, nudisme, homoseksualitas/lesbianisme, pro aborsi, kecanduan pornografi dan ketergantungan pada narkoba yang tersebar secara luas/massif. Satu dari 10 tindak kriminal yang disertai dengan kekerasan terjadi di sekolah-sekolah dan bayangkan, setiap hari ada minimal 7000 siswa/pelajar AS yang putus sekolah (karena terlibat kasus kejahatan, kehamilan di luar nikah, broken home, kena penyakit kelamin, kecanduan rokok dan narkoba, kecanduan pornografi, stress, bodoh, malas dll), -berarti sekitar 1 juta siswa putus sekolah setiap tahunnya! Lebih dari 700.000 siswa lulusan sekolah negeri (yang menganut sistim pendidikan evolusinisme anti-Tuhan) di AS dikategorikan bodoh (tidak bisa membaca, menulis dan mengerjakan matematika yang sederhana). Ini membuktikan bahwa sistim pendidikan sekuler (kaum humanis-atheis-materialis-evolusionis) yang anti Tuhan telah gagal total dan rusak dan hanya menghasilkan generasi buta aksara, merendahkan standar moral masyarakat, menyebarluaskan penyakit kelamin dan menciptakan generasi muda yang lemah intelektual, bodoh, tanpa harapan, tanpa moral, tanpa hukum dan hanya menjadi “sampah masyarakat”! Statistik menunjukkan bahwa para pelajar yang mempelajari agama Kristen dan nilai-nilai Kristen di sekolah kemungkinan besar jauh lebih sedikit yang terlibat dalam kegiatan illegal seperti minum-minuman keras, seks bebas dan membawa senjata.
Dengan sangat mementingkan perhatian, pengembangan dan kontrol gereja dalam bidang pendidikan, para Reformator dan generasi penerusnya telah melahirkan semangat dan roh untuk memajukan pendidikan yang alkitabiah. Sejarah mencatat bahwa para Protestan sangat berperan dalam perkembangan ilmu pengetahuan/pendidikan. Universitas Heidelberg, Marburg, Wittenberg, Jenewa, Halle dan lain-lain merupakan universitas di Eropa yang menjadi basis perkembangan ilmu pengetahuan dan Protestantisme sedunia pada zaman Reformasi. Salah satu universitas tertua di dunia, Universitas Cambridge, menjadi pusat persemaian Reformasi Protestan. Karena itu, setelah Reformasi Protestan, peran (pendidikan) Katolik berkurang drastis! Para Protestan di AS mendirikan ratusan universitas yang kelak menjadi universitas terbaik di dunia saat ini. Para misionaris Protestan yang berkarya di Korea, Jepang, China dan Indonesia mempelopori pendidikan modern, yang pertama membangun sekolah dan universitas modern di Asia! Universitas-universitas dan sekolah yang dibangun para misionaris Protestan kelak sangat berkontribusi bagi kemajuan pendidikan bangsa dan masyarakat. Beberapa Universitas Protestan di Indonesia juga termasuk universitas tertua yang dibangun di Indonesia. Dengan “Politik/Strategi Pendidikan” Gerakan misionaris Kristen Protestan di abad 19, 20 dan 21 mempelopori ratusan ribu sekolah di seluruh Afrika, Asia, Kepulauan Pasifik, Amerika Latin, AS dan Eropa, menyelenggarakan pendidikan bagi puluhan juta orang, bahkan di hutan rimba yang terpencil, mendidik suku-suku bangsa yang bahkan belum mempunyai bahasa tulis.
Sekarang adalah saatnya kita bangkit, merebut kembali supremasi Kristen Protestan dalam dunia pendidikan. Kita percaya, iman Kristen Protestan adalah iman yang paling rasional, beradab, penuh kebajikan, produktif, kreatif, humanis sejati dan paling relevan bagi umat manusia. Kita percaya sistim dan nilai pendidikan Kristen yang dibangun di atas dasar Alkitab/Firman Tuhan adalah sistim pendidikan yang terbaik bagi manusia modern, yang bisa menciptakan open society, tatanan sosial, kebudayaan, peradaban yang beradab, damai, penuh kasih, menghormati kebebasan beragama, menghormati kebebasan akademis, kebebasan pers, kebebasan berpikir/berpendapat/berekspresi, hak-asasi manusia, kesetaraan jender, tidak diskriminatif dan tidak destruktif/manipulatif, dan tidak teroris terhadap keberadaan orang/kelompok lain! Seperti kata Luther, sistim dan nilai pendidikan di luar Alkitab adalah korup/rusak. Maka kita tidak boleh mebiarkan anak-anak kita dan generasi kita dan generasi mendatang menjadi generasi yang terhilang, dididik dengan sistim pendidikan yang tidak biblikal,- seperti yang dialami oleh kekristenan Barat dalam beberapa abad terakhir ini. Kita harus berperang secara intelektual melawan “roh/semangat zaman sekarang” yang anti Tuhan/anti Kristen yang mendominasi dunia modern. Kita harus mempersiapkan prajurit-prajurit, pemikir-pemikir, pemimpin-pemimpin, ilmuwan-ilmuwan besar, peraih-peraih Hadiah Nobel yang benar-benar takut akan Tuhan, jenius di dalam Tuhan untuk meruntuhkan benteng-benteng pertahanan musuh di dunia akademis (meruntuhkan filsafat humanisme sekuler/darwinisme sosial, teori evolusi Darwin dan atheisme). Karena itu, kita harus meninjau ulang, mereformasi dan merekonstruksi sistim pendidikan Kristen kita, apakah benar-benar sesuai dengan Firman Tuhan? Kaum Protestan Injili di AS sudah membangun ratusan universitas yang besar untuk melakukan peperangan worldview dalam dunia pendidikan. Tetapi usaha itu belum maksimal dan belum berhasil merebut kembali kendali di dunia pendidikan. Kita umat Kristen Protestan, khususnya dari kalangan Protestan Injili harus bangkit (kembali) untuk terlibat dalam peperangan rohani secara global intelektual dalam dunia pendidikan ini. Kita harus segera membangun banyak pusat-pusat pendidikan Protestan yang baru, sekolah-sekolah dan universitas-universitas Protestan yang baru dan besar agar bisa menjadi benteng pertahanan, senjata perang yang paling kuat bagi iman kita, anak-anak kita dan generasi mendatang! Untuk kemuliaan Allah dan kemajuan bangsa! Amin! (DBS)