PENGHARAPAN DI TENGAH PENDERITAAN
Oleh: Pdt. Lundu H.M.Simanjuntak
(Ratapan 3:6)
Ia menempatkan aku di dalam gelap seperti orang yang sudah lama mati.
Kitab Ratapan ditulis Yeremia sebagai ungkapan kepedihan hatinya yang mendalam atas kehancuran Yerusalem: tembok-tembok kota yang runtuh dan pembuangan orang-orang ke Babel. Sambil duduk ia menangis dan meratapi Yerusalem. Betapa indahnya dulu kota Yerusalem, tetapi sekarang telah hancur dan bangunan rata dengan tanah.
Penderitaan yang dilihat langsung Yeremia itu menimbulkan ratapan kepedihan yang mendalam. Allah menghalau dan membawa aku ke dalam kegelapan yang tidak ada terangnya (2).
Ia menempatkan aku di dalam gelap seperti orang yang sudah lama mati” (6). Sungguh, hukuman Allah berat.
Namun demikian Yeremia tetap yakin akan pertolongan Allah dan kasihNya tetap nyata setiap saat. Penderitaan yang dirasakannya tidak membuatnya putus asa tetapi sebaliknya justru membuat semakin tekun dan berharap kepada Allah saja.
Ayat ini mengingatkan dan mengajari kita untuk terus dan selalu berharap kepada Allah saja. Apa alasan kita berharap kepada Allah dan menantikanNya?
Kita diingatkan bahwa “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaanMu” (22-23). Tuhan juga telah berjanji bahwa Ia sekali-kali tidak akan membiarkan dan meninggalkan kita (Ibrani 13:5b).
“Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: ‘Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut terhadap tantangan apapun dalam hidupku.
Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?'” (Ibrani 13:6), karena “TUHAN adalah bagianku,” (24). Setiap orang percaya telah dimeteraikan dengan Roh Kudus sebagai tanda milik Kristus, yang berarti Tuhan adalah jaminan kita.
Di tengah penderitaan yang berat, penulis ratapan memiliki pengharapan pada kebaikan Allah. Ia meyakini bahwa kasih setia Tuhan tak berkesudahan dan rahmat-Nya tak habis-
habis (22), bahkan dengan iman dia bisa berkata, “Tuhan adalah baik bagi orang yang berharap kepadaNya, bagi jiwa yang mencari Dia (25).
Oleh karena itu, “adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN” (26). Melihat adanya pengharapan dalam Tuhan, penulis mengajak kita menyelidiki apa yang telah mereka lakukan
selama ini … serta mengajak umat Allah untuk bertobat dan berpaling kepada Tuhan karena mereka telah mendurhaka dan memberontak kepada Allah (40-42).
Walau saat ini kita mengalami rasa takut dan derita yang besar karena covid-19, bahkan nampaknya kita sekarang sedang mendapatkan hukuman karena dosa kita, bahkan air mata kita bercucuran, kita tetap saja berserah dan berharap hanya kepada Allah. Di tengah kesedihan dan penderitaan itu, timbul kepercayaan pada keadilan Allah, bahkan kita mulai sadar bahwa Tuhan dekat saat kita memanggil namaNya (bdk.43-60).
Saat ini yang pasti kita sedang mengalami penderitaan dan kesedihan karena harus di rumah terus hampir 1 bulan disebabkan wabah pandemi virus covid-19. Oleh karenanya, mari saudaraku berharaplah kepada Allah di tengah penderitaan karena kasih setiaNya tetap tersedia bagi orang yang selalu berharap kepadaNya, Amen.
Doa:
Ya Allah, di tengah penderitaanku, hanya padaMu aku berharap pertolongan, Amen.
SELAMAT PAGI
DAN
SELAMAT BERAKHIR PEKAN DI RUMAH
(Pdt. Lundu H.M.Simanjuntak-Pdt HKBP Ressort Cipayung Cilangkap-Jaktim)