Bogor, Suarakristen.com
Keinginan mengedukasi masyarakat dengan cara membagi ilmu atau mentransfer ilmu dengan tidak hanya membuat panggung cerita visi misi adalah pilihan wanita cerdas yang satu ini. Tentunya dengan mengedukasi masyarakat akan memberikan efek manfaat ekstra bagi masyarakat. Pelatihan menulis untuk mengetahui manfaat menulis yang baik dan bagaimana cara berpikir kreatif itulah yang disuguhkan calon legislatif Suci Mayang Sari, S.T, Ars,. M.M. Calon legislatif DPR RI Jawa Barat 3 Nomor Urut 2 dari Partai Solidaritas Indonesia di Hotel Salak Tower, Bogor, Jawa Barat. (Selasa, 26/03/2019).
Tahun 1998, kala itu Suci kuliah di Arstitek Universitas Trisakti. Ia juga menjadi pengurus Senat Mahasiswa Trisakti. Mereka sempat ditembaki oleh aparat dalam peristiwa Semanggi saat itu. Dan mungkin kita ingat akan sahabat-sahabtnya yang tewas menjadi pahlawan reformasi, dalam peristiwa Mei berdarah, mereka adalah :
Elang Mulia Lesmana, Mahasiswa Fakultas Teknik Arsitektur, Angkatan 1996.
Hafidin Royan, mahasiswa Fakultas Teknik Sipil, angkatan 1996.
Hendriawan Lesmana, Fakultas Ekonomi, angkatan 1996.
Hery Hartanto, mahasiswa Fakultas Teknik Mesin, angkatan 1995.
Suci Mayang Sari menjadi pelaku dan saksi sejarah reformasi bersama rekan-rekan mahasiswa lainnya. Tamat menjadi sarjana arsitek justru ia berkiprah menjadi jurnalis dan bergabung dengan Ayu Utami. Itulah pengalaman mengawali kegiatan menjadi seorang jurnalis dan bekerja di Komunitas Utan Kayu dan itulah pengalamannya bertemu Ayu Utami. Sarjana MM (Magister Manajemen) di Universitas Trisakti itu juga ketika selesai kuliah justru menekuni jurnalis 8 tahun lalu bekerja di lembaga riset.
Dalam dunia sosial kemasyarakatan, Suci tertarik bisnis untuk masyarakat sehingga ilmu jurusan CSR (Corporate Social Responsibility) tentang bisnis dalam masyarakat justru kini ia terapkan dan menssuport petani di desa.
Merawat kebinekaan dengan kreatif menjadi judul yang diangkat oleh Suci dengan Ayu Utami sebagai nara sumber utama. Permasalahan kebhinekaan di negeri ini demikian banyak konflik suku, ras, agama. Ini merupakan sesuatu yang tidak menggembirakan harus dilawan dengan memberi kesan masyarakat bahwa kita beragam, kita heterogen dan kita bhineka, Kenyataan ini mau ditegaskan mereka.
Masyarakat harus bersama merawat kebinekaan dengan cara berpikir kreatif dan menulis kreatif. Jika kita berpirkir kreatif kita terbuka menerima segala masukan dan perbedaan. Di sisi dan perjuangan yang lebih progres dan berbeda lagi Partai Solidaritas Indonesia akan lakukan proses e monitoring yang kini dalam proses dan akan diterapkan untuk mengawal wakil rakyat agar tidak “main-main” ketika menjadi wakil rakyat.
Ketika ditanya sarjana arsitek dan ilmu manajemen dikaitkan dengan sastra yang ia geluti Suci berkata : “Saya mau katakana bahwa melalui sastra jiwa kita tidak akan menjadi kering, tidak hanya melulu politik yang kita bicarakan. Dunia kerja membutuhkan kegiatan membaca buku dan juga dengan melihat tari pertunjukan teater dan film sehinggga sisi kemanusian tumbuh. Rasa kemanusian perlu ditumbuhkembangkan demi kebaikan hidup manusia,” ungkapnya menutup pembicaraan.
( Johan Sopaheluwakan / Mulyani )