Oleh: Weinata Sairin
“Concordia parvae res crescunt, discordia maximae dilabuntur”. Persatuan memperkuat yang kecil, pertikaian menceraiberaikan yang besar”.
Persatuan, kondisi yang bersatu, amat dibutuhkan dalam sebuah komunitas baik itu komunitas yang kecil maupun komunitas yang besar. Konon persatuan itu bukan hanya membutuhkan sebuah visi yang sama, komitmen yang sama, “ideologi”yang sama, tetapi juga “musuh bersama”, _common enemy_. Maka ketika kita sudah punya visi, komitmen dan ideologi yang sama maka harus ditetapkan musuh bersama. Dan menetapkan siapa yang disebut ‘musuh bersama’ itu ternyata tidak mudah. Dulu pernah kita mewacanakan tentang musuh bersama yaitu “kemiskinan” dan “kebodohan”
Oleh karena bagi sebagian orang kedua musuh itu agak “absurd” maka agak sulit juga untuk memerangi dan melawan musuh itu.
Pada waktu kita masih di Sekolah Dasar, kita diajarkan oleh guru-guru kita sebuah peribahasa yang berbunyi “bersatu kita teguh bercerai kita runtuh”. Peribahasa itu amat terkenal bahkan hingga kita di sekolah menengah peribahasa itu masih tetap diperdengarkan kepada para peserta didik. Bahkan ada contoh “klise” yang selalu diberikan oleh bapak atau ibu guru yaitu contoh “sapu lidi”. Sapu lidi itu bisa digunakan untuk menyapu jalan atau tempat-tempat yang lain karena sapu itu terdiri dari puluhan atau lebih lidi, bagian yang keras ysng berasal dari daun kelapa, yang disatukan menjadi benda yang disebut “sapu”.
Semangat dan komitmen persatuan memang harus ditumbuhkan mulai dari rumah tangga, hingga komunitas yang lebih besar, seperti negara. Dalam sebuah rumah tangga mewujudkan persatuan juga tidak lagi mudah. Di era digital, era medsos, tatkala gadget telah berfungsi menjadi ‘orang terdekat’ kita (bahkan telah menjadi berhala modern) acapkali menimbulkan problem dalam relasi antar suami dan istri. Pada malam hari atau pagi buta benda yang bernama gadget itu lebih dulu kita sapa, ketimbang istri/suami kita. Dan dalam waktu yang lama hal tersebut bisa mengganggu stabilitas nasional bahkan pada gilirannya menghancurkan persatuan dalam rumah tangga. Konon banyak terjadi konflik dalam rumah tangga bahkan membuat terjadinya perpecahan keluarga karena soal gadget berikut kontennya.
Dalam perkembangan 10 tahun terakhir bangsa kita mengalami kondisi yang amat sulit dan krusial dalam hal menjaga persatuan bangsa. Realitas ini terjadi tentu ikut dipengaruhi oleh perkembangan global. Para Bapak Bangsa memang telah mewariskan dasar-dasar yang kukuh dalam upaya menjaga dan melestarikan persatuan bangsa. Pancasila dan UUD Negara RI 1945 telah menjadi fundamen bagi bangunan NKRI dan hal ini adalah sesuatu yang definitif bagi bangsa kita. Bangsa kita adalah bangsa yang amat majemuk dari segi suku, agama, ras dan antar golongan. Dengan rumusan Ketuhanan Yang Maha Esa yang ada dalam Pancasila maka seluruh agama yang dianut oleh warga bangsa telah terakomodasi.
Kita semua harus berkomitmen kuat menjaga dan memelihara persatuan. Kita terpanggil terus untuk merawat kemajemukan, mengapresiasi perbedaan dalam aspek apapun. Mereka yang berbeda dari aspek suku, agama, ras dan golongan tetap adalah saudara kita dan *bukan musuh* kita. Semua agama mengajarkan pentingnya dibangun semangat cinta kasih kepada sesama. Agama Kristen mengajarkan kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama, kasih yang vertikal dan horisontal yang keduanya integral. Tidak mungkin manusia menyatakan mengasihi Allah, sementara ia tidak mengasihi sesamanya. Umat Islam mempraktikkan *ukhuwah insaniyah/basyariyah*, yaitu persaudaraan yang berlaku pada sesama manusia secara universal tanpa membedakan suku, agama, ras dan antar golongan. Dengan demikian agama-agama/umat beragama adalah pilar penyangga yang kukuh dalam merawat persatuan bangsa. Sebagai bangsa kita memiliki Pancasila sebagai fundamen bagi rumah besar Indonesia. Mereka yang tidak menerima Pancasila memang menjadi orang asing dalam sebuah rumah besar NKRI.
Marilah kita pererat persatuan kita, pada semua level, jangan termakan hoax, provokasi, agitasi naif dan vulgar, ujaran kebencian, dan berita fitnah. Kita harus bersatu dan tidak terceraiberai. Agama, suku, golongan,ras yang berbeda tidak boleh menjadi kendala dalam mewujudkan
persatuan bangsa.!
Selamat berjuang. God bless.