Oleh Sigit Triyono (Sekum LAI)
www.alkitab.or.id IG: lembagaalkitabindonesia
Tren global Gereja-gereja di dunia tampak berlawanan. Belahan dunia “bagian utara” yang di masa lalu sangat Kristen, sekarang secara umum Gereja stagnan dan meredup. Di sisi lain belahan dunia di “bagian selatan” yang di masa lalu belum ada Kekristenan, saat ini secara umum Gereja masih terus bertumbuh.
Saat ditanya “Apakah Gereja di negara Anda secara umum bertumbuh?” seluruh peserta dari Asia (Bangladesh, China, Indonesia, Korea, Mongolia, Myanmar, Taiwan, Thailand, dan Vietnam) yang ikut dalam pelatihan “Church Relation Training” di Seoul, 28-30 Agustus 2018, mengangkat tangannya tanda setuju. Ada satu peserta yang tidak mengangkat tangannya, yaitu peserta dari Australia. Fasilitator pelatihan, yang berasal dari Estonia juga tidak mengangkat tangan tanda di negaranya Gereja sudah tidak bertumbuh lagi.
Ada banyak penyebab mengapa Gereja meredup, stagnan atau bertumbuh. Ada faktor internal dan eksternal, secara sendiri-sendiri maupun bersamaan ikut memberikan kontribusi. Di dunia “bagian utara” (Australia masuk di dalamnya karena mayoritas penduduknya berasal dari Eropa) yang secara umum Gereja-gerejanya stagnan dan meredup, terutama disebabkan oleh: “kekayaan” negara dan warga negaranya, semua serba tercukupi, semua masalah hidup sudah terselesaikan, tidak ada lagi rasa takut kepada Tuhan, dan serba mengandalkan akal budi serta kecerdasannya. Dari sisi organisassional Gereja-gereja di “belahan utara” pada umumnya dapat dikatakan terlambat melakukan “perubahan” agar Gereja tetap bertumbuh.
Gereja yang bertumbuh di negara-negara Asia, Afrika dan Amerika secara umum diakibatkan setidaknya oleh sepuluh hal berikut: (1) Pertumbuhan penduduk, (2) Perhatian terhadap generasi muda, (3) Penggunaan teknologi canggih dalam kebaktian minggu, (4) Kemitraan dengan organisasi-organisasi kemasyarakatan, (5) Pendekatan-pendekatan personal, (5) Kaum urban yang membutuhkan layanan Gereja, (6) Perayaan-perayaan Gereja, (7) Pelayanan dan kesaksian Gereja, (8) Penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa ibu, (9) Pendekatan kepada kepala-kepala suku, dan (10) Adanya fasilitas “community center”. Selain sepuluh hal di atas, ada dua faktor lagi yang bisa dikataan kunci utama pertumbuhan Gereja, yaitu: (1) Dasar teologis Gereja, dan (2) Visi Gereja untuk terus bertumbuh.
Lalu apa hubungannya dengan keberadaan lembaga-lembaga Alkitab di dunia ini? Sejak semula, lembaga-lembaga Alkitab di dunia ini didirikan bertujuan untuk membantu Gereja-gereja dalam menyebarkan kabar baik sampai ke ujung bumi. Ada saling ketergantungan antara Gereja-gereja dan lembaga-lembaga Alkitab. Membantu Gereja-gereja bagi lembaga Alkitab adalah juga berarti membantu dirinya sendiri. Bagaimanapun keadaan Gereja-gereja, baik yang sedang meredup, stagnan maupun bertumbuh, semuanya wajib menjadi subyek untuk dibantu oleh lembaga Alkitab.
Disinilah pentingnya relasi yang akrab antara lembaga Alkitab dengan Gereja-gereja agar dapat mengidentifikasi lebih mendalam kebutuhan masing-masing Gereja yang dapat dipenuhi oleh lembaga-lembaga Alkitab. Selanjutnya perlu ada strategi, program dan aksi-aksi bersama untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang ada.
Bagi LAI membangun relasi yang akrab dengan Gereja-gereja yang begitu banyak jenis denominasi dan konfesinya bukanlah pekerjaan yang mudah. Salah satu strategi yang dapat dikembangkan dengan masing-masing denominasi dan konfesi Gereja adalah merekrut duta-duta LAI di masing-masing Gereja sebagai wakil LAI di Gereja tersebut. Tugas duta LAI adalah menjadi partner Gereja dalam berdialog, berdiskusi, identifikasi kebutuhan, dan mencari alternatif solusi yang dapat dilakukan bersama antara Gereja dan LAI. Melalui duta-duta LAI ini maka akan terjadi saling membantu antara LAI dengan Gereja untuk pertumbuhan bersama.
Strategi yang lain adalah selalu membangun komunikasi dengan Gereja-gereja dengan menggunakan jenis saluran komunikasi yang relevan, dalam arti disesuaikan dengan perkembangan teknologi informasi yang dapat dijangkau Gereja-gereja. Profesionalisme dalam pemanfaatan teknologi komunikasi menjadi sesuatu yang wajib. Dengan demikian maka penyebaran informasi terkini tentang segala inisiatif, program, dan aksi-aksi bersama menjadi lebih efisien dan efektif. Selanjutnya diharapkan akan terjadi gerakan bersama yang saling membantu,menumbuhkan dan mengembangkan segala sumber daya yang dimiliki.
Strategi yang sudah, sedang dan akan dijalankan dalam membangun relasi dengan Gereja-gereja adalah memperluas kesepakatan-kesepakatan kerjasama antara LAI dengan Gereja-gereja dan menindaklanjutinya. Ini adalah pekerjaan maha besar mengingat banyaknya jumlah denominasi dan konfesi Gereja di Indonesia (terdaftar 323 sinode Gereja Protestan plus satu Gereja Katolik) yang tersebar di 34 provinsi, 514 Kabupaten dan Kota, serta di berbagai pulau di Indonesia.
Bila Gereja bertumbuh maka LAI selalu akan siap untuk disuruh melayani mereka. Relasi yang baik adalah salah satu keutamaan dalam hidup bersama. Tanpa relasi yang baik, mustahil LAI dan Gereja-gereja dapat bertumbuh dan berkembang bersama. Seperti penggalan syair lagu yang dinyanyikan Mariah Carey di tahun 1990-2000an: “I can’t life, i can’t life anymore…..without you.”
*#SalamAlkitabUntukSemua*