Oleh: Jeannie Latumahina
Politik adalah kejadian. Setiap kejadian sifatnya partikular, konkret. Tidak pernah ada kejadian yang sama dalam politik. Oleh sebab itu setiap kejadian adalah politik karena ia berkaitan dengan kolektivitas, bukan sekumpulan angka, tetapi situasi yang tanpa batas, tidak berhingga. Dalam setiap situasi, ada kebaruan. Dan itulah kebenaran. Oleh karena itu politik memiliki etika yakni setiap orang yang terlibat pada politik mesti terbuka pada pelbagai kemungkinan sekaligus ketidakmungkinan.
Jokowi telah mencotohkan etika berpolitik, dalam melengkapi politik di Indonesia dengan visinya dan ketokohannya yang langsung menjadi panutan, sekaligus kinerja kerja yang menjawab masalah ketidakadilan sosial di Indonesia.
Visi Jokowi yang dikerjakan selama ini adalah untuk rakyat Indonesia sudah sangat tepat. Eksekusinya yang terus menerus dinantikan. Karena konteksnya Jokowi lagi memilih wakil presiden untuk memperkuatnya, maka yang perlu dipikirkan adalah siapa yang tepat untuknya, dan apa kriterianya.
Sebab kinerja Jokowi berkepentingan sangat besar dengan program kerja besarnya untuk Indonesia. Dia tidak mau semuanya hancur lebur gara – gara ” orang dan kelompok tertentu!”. Sejauh ini negosiasi politik jauh lebih penting karena akarnya memang persoalan politik.
Jokowi jelas memprioritaskan pemerataan pembangunan dan keadilan sosial ekonomi .
Pencapaian kinerja Presiden Jokowi sangat luar biasa.
Karena memang kalau kondisi rawan akan memunculkan berbagai protes. Masyarakat kalau kenyang perutnya, tidak mau demo-demo lagi.
Untuk kuat dalam Politik, harus kuat modal sosial. Jaringan, populer, elektabilitas, kedekatan dengan rakyat. Itu semua mesti dipimpin oleh satu kekuatan politik intelektual yang disebut blok politik.
Kita perlu dan harus menyatukan para intelektual kita agar jadi blok politik yang bisa mempengaruhi dan memperkuat rakyat yang pro Jokowi.
Di kubu lawan , dalam hal ini oposisi, mereka banyak juga orang pintar yang memainkan logika untuk menyesatkan masyarakat.
Maka kita perlu memperkuat barisan intelektual yang menjelaskan ke masyarakat secara benar tentang apa yang sudah dikerjakan, prestasi, dan problem yang dihadapi, lalu solusi yang dikembangkan oleh presiden Jokowi selama ini.
Signifikansi Jokowi adalah dia menjadi role model bagi masyarakat tentang bagaimana seharusnya bekerja. Untuk menggerakkan orang, kita butuh pemimpin yang menjadi contoh seperti Jokowi.
Memang ada masalah struktural, misalnya perizinan yang berbelit-belit. Tapi itukan sudah dan sedang diperbaiki terus menerus.
Perbaikan struktur terus menerus, sekaligus menjadi contoh bagi masyarakat, itulah yang membantu kita keluar dari kemiskinan.
Jokowi sudah melampaui itu, dia memberi contoh dan memperbaiki struktur. Lawan Jokowi juga belum tentu lebih baik dari Jokowi. Apalagi capres yang lain, prestasinya apa?
Prinsip di atas akan lebih menguntungkan Jokowi dan membuat pesaing Jokowi akan tampak lebih buruk.
Karena itu Jokowi butuh pendamping yang seirama dan menopangnya.
Jokowi punya Political Project yang tepat untuk Indonesia. Dia tahu masalahnya, bagaimana memulainya, bagaimana seterusnya, bagaimana etos kerja yang seharusnya, bagaimana menyatukan kekuatan yang ada, dengan siapa harus bersekutu, bagaimana menghadapi lawan. Yang dibutuhkan saat ini adalah orang yang tepat untuk memback up beliau.
Jokowi sudah memulainya. Yang masih lemah adalah kurang kuatnya blok Politik kelas intelektual yang mendukung Jokowi.
Begitu banyak kelompok yang mendukung Jokowi, tapi tidak ada kelas dengan figur kuat yang mewakili mereka. Ketokohan itu jadi penting.
Saya lihat: Mahfud MD punya nilai lebih di situ.
Seorang pemimpin untuk Indonesia, mestilah menjadi seorang figur yang hegemonik. Maksudnya, dia menjadi figur yang bisa menyatukan rakyat yang terpecah-pecah ke dalam pelbagai kelompok yang bertarung demi kekuasaan untuk mendefinisikan apa yang dimaksud dengan kesejahteraan rakyat. Presiden adalah figur yang menjadi titik simpul dari pelbagai gerakan masyarakat untuk hidup mereka yang lebih baik. Maka, melalui kekuasaan yang diembannya, dia mesti mengambil dan mengeksekusi kebijakan strategis untuk memperbaiki nasib rakyat. Dan dia sendiri menjadi contoh terbaik bagaimana menjalani hidup yang siap berjalan menuju kesejahteraan. Antara visi dan tindakan harus sejalan. Dan Jokowi sudah menunjukkan itu.
Kediri 22 Juli 2018