Yayasan Pendidikan Harapan Papua dan Yayasan Musik Amadeus Indonesia Menyelenggarakan Konser Amal “A Mighty Fortress is Our God” Untuk Pendidikan Anak-anak di Pedalaman Papua

0
2998
Kika: Carolyn Crockett, Karina B. Soerjodibroto,  Grace Soedargo dan Hannah Achmadi
Kika: Carolyn Crockett, Karina B. Soerjodibroto, Grace Soedargo dan Hannah Achmadi

Oleh: Hotben Lingga

Jakarta, Suarakristen.com

Yayasan Pendidikan Harapan Papua dan Yayasan Musik Amadeus Indonesia (Amadeus Symphony Orchestra) menyelenggarakan Konser Amal “A Mighty Fortress is Our God” Untuk Pendidikan Anak-anak di Pedalaman Papua, untuk melestarikan lagu-lagu himne untuk kemuliaan Tuhan.

Konser amal bagi Papua “A Mighty Fortress is Our God” yang diadakan pada Sabtu, 19 November 2016 di Aula Simfonia Jakarta ini mengangkat tajuk yang
menyatakan bahwa Tuhan adalah bentengku yang teguh, sebagai pelindung dalam kesesakan sungguh terbukti, penolong dalam berbagai keadaan, terutama saat kita mengalami kesulitan dan menghadapi berbagai tantangan.

Konser yang dibuka dengan doa oleh Pdt. Stephen Tong ini dimulai dengan nyanyian bersama lagu Terpujilah Allah (To God be the Glory), yang diciptakan oleh Fanny J. Crosby (teks) dan William H. Doane (musik), dipimpin oleh MC Prof. Dr. Manlian Simanjuntak.

Menurut Grace Soedargo, pendiri Yayasan Musik Amadeus Indonesia dan direktur musik “A Mighty Fortress is Our God”, “kami rindu bahwa himne-himne ini akan diteruskan dari generasi ke generasi sebagai warisan yang membanggakan, bukan sebagai beban yang kehilangan makna.”

Amadeus Symphony Orchestra ingin melestarikan sekaligus memperkenalkan kembali himne kepada jemaat Kristen di Indonesia. Himne-himne pilihan telah d
irekam sebagai pengiring jemaat (tanpa vokal) dan akan direkam secara langsung (dengan vokal) pada pagelaran hari ini. Rekaman ini akan dibagikan ke seluruh Indonesia untuk mendorong orang di kota besar sampai desa terpencil menghargai himne dan musik orkestra.

Lilian O. Lenggono sebagai konduktor yang pada pagelaran ini memimpin 46 orang anggota orkestra, banyak mendapatkan ilmunya dari Orchestral Conducting Workshop yang diselenggarakan oleh Goethe-Institut di Bangkok di bawah bimbingan Gudni Emilsson dari Tübingen Kammerorchester.

Baca juga  Forum Penyelamat Demokrasi dan Reformasi (F-PDR) Meyakini Hakim MK Gunakan Hati Nurani dan Akal Sehat

Sebagai penata gubah lagu-lagu yang dipagelarkan pada konser ini adalah Karina B. Soerjodibroto yang menguasai piano, biola, horn dan viola. Karina dengan bimbingan Grace Soedargo menciptakan aransemen musik yang indah, dengan komposisi alat musik violin 1, violin II, viola, cello, contrabass, harpa, terompet, horn, trombone, bass trombone, flute, oboe, clarinet, bassoon dan perkusi. Sementara paduan suara dari Jakarta Festival Chorus terdiri dari 40 personel untuk harmoni suara soprano, alto, tenor dan bass menyanyikan lagu-lagu himne ini sehingga kata-kata yang memiliki makna mendalam menguatkan pendengarnya melalui pesan yang disampaikan.

Lagu-lagu himne yang dipersembahkan pada konser ini adalah :Terpujilah Allah (To God Be the Glory), Suci, suci, suci (Holy, Holy, Holy), Indahlah Yesus (Fairest Lord Jesus), Besar Setia-Mu (Great is Thy Faithfulness), Pandanglah Pada Yesus (Turn Your Eyes Upon Jesus), Kepala yang Berdarah (O Sacred Head Now Wounded), Rajakanlah Yesus (Crown Him with Many Crowns), S’perti Rusa (As the Deer Panteth for the Water), Jaminan Mulia (Blessed Assurance), Ambil Kesempatan untuk Sucilah (Take Time to be Holy), Api Zaman, Kalau Bunyi Sangkakala (When the Trumpet of the Lord Shall Sound), Kami Puji dengan Riang (Joyful, Joyful We Adore Thee), Bila Kulihat Bintang Gemerlapan (How Great Thou Art), Allah Bentengku yang Teguh (A Mighty Fortress is Our God).

Hannah Achmadi, direktur Yayasan Pendidikan Harapan Papua (YPHP) menyatakan, “Syukur kepada Tuhan atas terselenggaranya konser yang mengagungkan nama Tuhan ini dan berterima kasih atas inisiatif yang telah dicetuskan oleh Grace Soedargo yang memprakarsai konser ini yang hasil penjualan tiketnya disumbangkan untuk pendidikan anak-anak di daerah pedalaman Papua melalui Yayasan Pendidikan Harapan Papua (YPHP).”

Baca juga  Komite Dewan Pengawas BPJS Ketenagakerjaan dan APINDO Gelar "Expert Talk Dewan Pengawas BPJS Ketenagakerjaan", Tema: Strategi Pengawasan Memastikan Keberlanjutan Program di era Digital. Sustanability - Solvability - Hospitality

YPHP memiliki komitmen membuka dua sekolah baru di pedalaman Papua setiap tahunnya yang bernama Sekolah Lentera Harapan (SLH). Tahun depan akan dibuka di daerah terpencil Karupun dan Nalca wilayah Yahukimo yang letaknya di peta saat ini belum tercantum. Beliau menambahkan,“Saat ini kami memiliki 3 sekolah di Papua yaitu Mamit sejak 2013, Daboto dan Karubaga yang baru dibuka Agustus 2016, yang merupakan pendidikan formal pertama (TK-SD) bagi masyarakat di daerah tersebut yang sebelumnya tidak mengenal bahasa Indonesia, belum mengenal angka lebih dari 1,2,3, belum mengenal warna selain hitam, putih, belum mengenal kebersihan.

Melalui YPHP yang menggandeng klinik Siloam, masyarakat terpencil di daerah tersebut sudah memiliki guru berkualitas dan sistem kesehatan dengan dokter dan perawat. Dengan partisipasi donatur serta Corporate Social Responsibility perusahaan-perusahaan kerja sama, daerah tersebut mulai memiliki penerangan listrik melalui solar panel dan tenaga air. Mereka belajar menanam bibit sayuran dan membuat kolam ikan serta diperlengkapi dengan jaringan telpon dan internet.”

Anak-anak yang bersekolah di Sekolah Lentera Harapan di tiga sekolah di Papua tersebut tidak dipungut biaya. YPHP mengajak masyarakat yang tergerak menjadi Orang Tua Asuh (OTA) untuk ambil bagian membantu biaya uang sekolah anak-anak tersebut.

Carolyn Crockett, berasal dari Canada adalah misionaris dari pedalaman Papua dekat Nabire, yang telah melayani di Daboto sejak tahun 2000, fasih berbahasa Indonesia dan bahasa daerah suku Moi. Beliau hadir di Jakarta menerima sumbangan secara simbolis atas hasil penjualan tiket konser ini yang akan digunakan untuk mendukung pendidikan berkualitas bagi anak-anak di pedalaman Papua, yaitu pembangunan ruang kelas dan perlengkapannya, buku-buku bacaan untuk perpustakaan sekolah, komputer dan perangkat pendukung lainnya. Selain mengajar untuk memberantas buta huruf, beliau juga berperan sebagai perawat, membantu ibu-ibu yang melahirkan serta membantu operasi serta tindakan medis lainnya di tengah-tengah minimnya sarana kesehatan di sana.

Baca juga  Kemenpan RB Pastikan ASN IKN Perkuat Tata Kelola Birokrasi

“Saya senang dapat menjadi bagian dari suku Moi dan berharap mereka semakin hari semakin mengenal cinta kasih, mengenal sopan santun, belajar membaca menulis dalam bahasa Indonesia dan mengenal kebersihan, mulai dari anak-anak mereka yang nantinya menjadi pintar dan tumbuh dewasa untuk membangun daerahnya”, demikian ungkap Carolyn.

“Sebelumnya mereka mudah sekali marah dan langsung mengambil panah jika kemauannya tidak dituruti, sekarang sudah lebih baik”, demikian beliau menceritakan pengalamannya.

Bertindak sebagai MC dalam konferensi pers adalah Rosse Hutapea.

Informasi :
Yayasan Pendidikan Harapan
Papua (YPHP)
Email :
info@yphpapua.org
HP/ Whatsapp : +62 811 894 1500
Website :
www.yphpapupa.org
*****

Yayasan Pendidikan Harapan Papua (YPHP)  berkomitmen memberikan pendidkan Kristen yang berkualitas, gratis dan berkelanjutan bagi masyarakat Papua
Yayasan Pendidikan Harapan Papua (YPHP) berkomitmen memberikan pendidikan Kristen yang berkualitas, gratis dan berkelanjutan bagi masyarakat Papua

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here