Industri Aluminium Indonesia Berskala Dunia

0
1979

Oleh: Ir. Lintong Manurung, M.M.

Pengembangan usaha dan industri aluminium Indonesia sudah memasuki babak yang baru karena dengan kebijaksanaan dan strategy yang tepat, kita sudah diap untuk memasuki bisnis aluminium berskala besar dan akan memberikan kontribusi yang besar dalam perekonomian dunia.

Potensi cadangan bauxit di Indonesia yang sangat besar, yang diperkirakan mencapai 7,3 milyar ton merupakan salah satu cadangan bauxit terbesar di dunia dan sukses nya pembangunan
PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (PT WHWAR) yang merupakan perusahaan joint venture Harita Group (Indonesia – 30 %) dengan pihak Asing (China & HK – 70 %) adalah perusahaan pertama yang sukses membangun pabrik pemurnian dan pengolahan bauxit menjadi Alumina di Ketapang, Kalimantan Barat, akan merupakan awal bergeraknya peranan para pelaku usaha yang terkait dengan usaha yang terkait dengan aluminium di pasar dunia.

Produksi PT WHWAR pada tahap pertama tahun 2017, akan dapat berproduksi :1 juta ton alumina /tahun dan tahap II akan berproduksi sebesar 2 juta ton alumina /tahun, dengan menggunakan bahan baku bauxit dari cadangan bauxit milik Harita Group dan perusahaan2 IUP bauxit lainnnya yang beroperasi di Kalimantan Barat.

Dengan dibangunnya pabrik alumina ini, masalah terputusnya keterkaitan dalam mata rantai produksi pembuatan aluminium sejak dibangunnya PT Inalum, yaitu pabrik pembuatan aluminium ingot di Asahan, Sumatera Utara terjawab sudah. Tadinya hasil tambang bauxit secara besar2an kita ekspor ke China dan Jepang, sedangkan kebutuhan bahan baku alumina untuk PT Inalum kita impor dari Australia. Sekarang produksi bauxit sebagai bahan baku, alumina sebagai bahan setengah jadi dan aluminium sebagai bahan jadi aluminium berupa produk aluminium Ingot sudah sepenuhnya di produksi didalam negeri.

Baca juga  PERINGATAN UNTUK PRESIDEN TERPILIH PRABOWO SUBIANTO.

Suksesnya pembangunan PT WHWAR ini tdk terlepas dari kebijakan Pemerintah yang tegas dan konsisten untuk menerapkan UU No 9 Tahun 2009 dan Permen ESDM No 7 Tahun 2012 mengenai program hilirisasi produk-produk pertambangan mineral didalam negeri.
Tadinya hasil tambang bauxit secara besar2an kita ekspor ke China dan Jepang, sedangkan kebutuhan bahan baku alumina untuk PT Inalum kita impor dari Australia. Sekarang produksi bauxit sebagai bahan baku, alumina sebagai bahan setengah jadi dan aluminium sebagai bahan jadi aluminium berupa produk aluminium Ingot sudah sepenuhnya di produksi didalam negeri.
Namun dengan berhasilnya pembangunan PT WHWAR ini, muncul masalah dan tantangan baru di depan dan masih menyisakan permasalahan yang belum terselesaikan, antara lain:

1) Pelaku usaha aluminium didalam negeri harus membangun jaringan yang baik dengan perusahaan2 MNC di bidang Aluminium untuk menyusun strategi bisnis yang baik.

2) Membangun Industri hilir aluminium yang dapat menghasilkan aluminium paduan (Aluminium Alloy) untuk menghasilkan produk dan komponen aluminium yang presisi dan berkualitas tinggi.

3) Pemerintah harus segera menetapkan kebijakan yang mengatur: a) pemasaran hasil produksi dari perusahaan IUP yang sudah membangun smelter dan menghidupkan kembali kegiatan produksi perusahaan pemilik IUP yang sudah tutup, yang mengakibatkan 40.000 karyawan terkena PHK.

b ) Ekspor bauxit bagi produsen alumina yang sukses membangun smelter, supaya tidak menjadi alasan untuk ekspor bauxit secara besar-besaran.

c) Ketersediaan dan keberlanjutan industri yang berbasis bauxit didalam negeri spt : pabrik Aluminium Sulfat dan lain-lain.

Penulis adalah Ketua Umum DPP Jaringan Pemerhati Industri dan Perdagangan (JPIP)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here