Peradaban Gotong Royong

0
3141

Oleh: Merphin Panjaitan

Pada tahun 2013 saya menulis buku berjudul “Dari Gotong-royong ke Pancasila”, dan menjelang akhir penulisan buku tersebut, keberadaan Peradaban Gotong-royong mulai terlihat. Buku “Dari Gotong-royong ke Pancasila”, antara lain berisi cara hidup gotong-royong, nilai-nilai gotong-royong, dan hubungannya dengan Pancasila. Sejak buku itu terbit, pencarian berbagai tulisan yang dibutuhkan untuk merekonstruksi Peradaban Gotong-royong dimulai. Penulisan buku Peradaban Gotong-royong dimulai pada pertengahan tahun 2014, dan sebagian isi buku “Dari Gotongroyong ke Pancasila” dipindahkan ke buku ini.

Gotongroyong adalah cara hidup masyarakat Indonesia dalam upaya bertahan hidup, dan oleh karena itu menjadi kebutuhan bersama masyarakat Indonesia sejak dahulu kala. Setiap individu menyadari bahwa banyak pekerjaan yang terlalu berat untuk dikerjakan sendiri. Berburu hewan besar dan menangkap ikan di laut terlalu berat untuk dikerjakan sendiri. Menebang hutan untuk membuka lahan pertanian, membangun rumah dan pembuatan alat besar serperti perahu dan lesung batu terlalu berat dikerjakan sendiri. Gotongroyong menjadi jawaban terhadap beban berat itu, karena memberi kesempatan kepada masyarakat untuk kerjasama secara sukarela, dan memberi manfaat yang adil bagi semuanya. Gotongroyong adalah kerjasama sukarela dan setara dalam semangat persaudaraan, bantu membantu dan tolong menolong untuk kebaikan bersama. Bantu membantu dan tolong menolong menjadi kebutuhan, dan lama kelamaan terwujud saling ketergantungan antara manusia yang satu dengan yang lain. Saling ketergantungan antar manusia menjadi hukum yang harus dipatuhi, kerjasama menjadi keharusan, manusia setara, tidak ada yang lebih tinggi dan tidak ada yang lebih rendah.

Persaudaraan dalam masyarakat gotongroyong diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan bertahan sampai sekarang. Dibagian akhir pidato 1 Juni 1945 dalam Sidang BPUPKI, Soekarno menyatakan bahwa Negara Indonesia haruslah Negara gotongroyong. Gotongroyong adalah membanting tulang bersama, memeras keringat bersama, dan perjuangan bantu membantu. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. Nilai persaudaraan adalah perkembangan lebih lanjut dari persaudaraan yang tumbuh dalam keluarga, kemudian masuk dalam kehidupan kelompok kecil, dan selanjutnya berkembang dalam kehidupan bermasyarakat. Penerapan semangat persaudaraan dalam kehidupan bermasyarakat akan memberikan rasa aman, karena ada jaminan dalam keadaan sulit akan ada warga masyarakat yang datang membantu. Persaudaran bukan sesuatu yang terjadi tiba-tiba, tetapi hasil dari perjalanan hidup bersama yang panjang. Persaudaraan harus terus dipupuk dengan selalu mengedepankan kepentingan bersama. Hidup bersama dalam semangat persaudaraan adalah bagian dari tanggungjawab asasi manusia.

Sejarah umat manusia adalah sejarah peradaban, dan berbagai masyarakat manusia hidup bersama dengan peradabannya. Selama manusia masih ada sejarah tidak akan pernah berakhir, dan peradaban manusia tidak akan pernah menjadi satu. Berbagai peradaban muncul, berkembang, kemudian merosot, dan selanjutnya runtuh, dan pada waktu yang sama peradaban lain muncul dan berkembang. Bumi terus berputar mengelilingi matahari dan sejarah tetap bergerak. Peradaban manusia selalu ada, diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan kalau suatu peradaban kelelahan, posisinya akan digantikan oleh peradaban lain. Peradaban datang dan pergi, peradaban yang merosot dan runtuh digantikan oleh peradaban yang lebih sesuai dengan kebutuhan manusia. Peradaban adalah jawaban suatu masyarakat terhadap tantangan yang dihadapinya, jawaban yang setimpal dan berlangsung lama, berlanjut dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam menjawab tantangan yang terus berdatangan, masyarakat tersebut membuat dan menggunakan berbagai macam alat, yang dari waktu ke waktu semakin maju. Peralatan tersebut berupa nilai, lembaga, kebiasaan, kepercayaan, bahasa, tulisan, dan berbagai peralatan lainnya. Umumnya, suatu peradaban menempati wilayah yang luas, melintasi batas-batas negara. Peradaban adalah proses dan hasil kerja keras manusia kreatif, dalam pemikiran, tindakan dan gerakan bersama, di suatu wilayah tertentu, dan dalam waktu yang cukup lama.

Baca juga  Stunting: Pengertian, Gejala, Penyebab, Dampak, Pengobatan dan Pencegahan, Kondisi di Indonesia

Manusia hidup dan berkembang bersama dengan peradabannya, dan berbagai peradaban bersiap, muncul dan berkembang diberbagai wilayah yang berbeda. Sebagian dari peradaban tersebut ada yang merosot dan kemudian runtuh. Ada juga peradaban yang telah berkembang, tetapi kemudian tertinggal dibelakang, karena kalah bersaing dengan peradaban lain. Peradaban seperti ini, di kemudian hari bisa bangkit kembali, dengan berbagai capaian besar, dan kemudian melangkah di depan. Secara keseluruhan, peradaban dari waktu ke waktu semakin maju, dan kemajuan tersebut terlihat dari peralatan yang diciptakan dan digunakan manusia, baik peralatan material, seperti alat transportasi, pabrik, dan peralatan perang, maupun non-material, seperti kepercayaan dan nilai. Perkembangan alat yang diciptakan dan digunakan manusia berjalan seiring dengan peningkatan kemampuannya berpikir. Pada tahap awal, manusia mampu membuat beberapa jenis alat sederhana dari batu, dan dari waktu ke waktu berkembang, baik bentuk maupun fungsinya. Peralatan ini digunakan sebagai alat bantu bagi manusia, mulai dengan fungsi yang sangat sederhana, seperti kampak batu untuk berburu sampai dengan alat yang lebih kompleks seperti pabrik, alat transportasi, dan peralatan perang.

Berbagai peradaban regional muncul di wilayah yang berbeda, dimulai oleh Peradaban Sumeria di lembah Mesopotamia. Dilihat dari waktu munculnya berbagai peradaban regional dapat disederhanakan sebagai berikut. Kalau dapat diterima peradaban di Mesopotamia muncul sekitar 3500 SM; selanjutnya diperkirakan peradaban di Mesir muncul sekitar 3000 SM; peradaban di lembah Indus muncul sekitar 2500 SM; peradaban di lembah Sungai Kuning di Cina muncul sekitar 1500 SM; dan di Mesoamerika dan Peru muncul sekitar 500 SM. Di antara peradaban di atas ada yang telah runtuh ditelan waktu, tetapi ada juga yang masih bertahan, dan tentu ada juga peradaban yang baru muncul kemudian. Huntington mengajukan daftar peradaban besar seperti ini: Peradaban Tionghoa; Peradaban Jepang; Peradaban Hindu; Peradaban Islam; Peradaban Ortodoks; Peradaban Barat; Peradaban Amerika Latin; dan barangkali Peradaban Afrika. Selain peradaban yang ditampilkan oleh Huntington, tentu masih ada peradaban lain.

Dalam buku ini saya menulis Peradaban Gotongroyong, yang muncul di Indonesia, atau barangkali lebih luas lagi, di Asia Tenggara. Dalam buku ini Peradaban Gotongroyong ditulis sebagai suatu proses dan capaian, dimulai dengan tahap persiapan, kemudian tahap kemunculan, dan selanjutnya tahap perkembangan. Proses ini membutuhkan waktu yang sangat panjang, dan telah dimulai sejak masa prasejarah. Peradaban Gotongroyong telah muncul dua kali, dan yang pertama muncul sebagai Peradaban Megalitikum, yang juga terjadi di berbagai bagian lain dunia. Periode Megalitikum di Indonesia, 2500-Abad Pertama Masehi. Di Indonesia, ditemukan bangunan dan alat megalitik seperti punden berundak, menhir, dolmen, waruga, kubur batu, sarkofagus, dan lesung batu. Berbagai bangunan dan peralatan megalitik menjadi bukti kemajuan manusia, yang memperlihatkan bahwa masyarakat berkebudayaan megalitikum adalah masyarakat berperadaban.

Dengan masuknya lembaga-lembaga modern, termasuk sekolah, masyarakat mengalami perubahan. Di satu pihak terjadi proses pelemahan sistem feodal-tradisional, di lain pihak terjadi penguatan sistem masyarakat semi-industrial. Kondisi ini akan mempermudah kaum pergerakan nasional meningkatkan kesadaran nasional masyarakat, dan mendapat dukungan kuat dalam pendirian negara Republik Indonesia yang demokrasi. Interaksi antar unsur internal dan interaksi dengan pihak luar semakin intensif mendorong proses integrasi nasional. Interaksi antar unsur internal adalah interaksi antar berbagai kelompok masyarakat, seperti organisasi pergerakan, kelompok petani, pedagang, dan kaum profesional. Interaksi dengan pihak luar menimbulkan perdagangan antar wilayah; masuknya agama baru seperti agama Hindu, Budha, Islam, dan Kristen; juga masuknya ideologi besar seperti nasionalisme; dan juga timbulnya penjajahan beserta perlawanan terhadapnya. Datangnya penguasa kolonial semakin mendekatkan berbagai unsur-unsur internal, dan dengan mengambil dan memodifikasi berbagai pengetahuan, teknologi, dan ideologi yang mereka bawa, masyarakat mengadakan perlawanan.

Baca juga  Stunting: Pengertian, Gejala, Penyebab, Dampak, Pengobatan dan Pencegahan, Kondisi di Indonesia

Masyarakat Indonesia yang beraneka-ragam suku, agama, ras, bahasa daerah, adat istiadat, tetapi mempunyai cara hidup gotongroyong, semakin terintegrasi menjadi bangsa Indonesia. Masyarakat bergotongroyong mendirikan dan menyelenggarakan negara Republik Indonesia untuk mewujudkan cita-cita nasional, yaitu masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Bangsa Indonesia, sebagaimana layaknya bangsa-bangsa lain di muka bumi ini, untuk mewujudkan cita-citanya perlu dan harus mendirikan negara kebangsaan Indonesia. Dan negara kebangsaan, seharusnya adalah negara demokrasi, agar kedaulatan atas negara berada ditangan rakyat, dengan martabat dan hak warganegara sama. Pada 17 Agustus 1945 bangsa Indonnesia memproklamirkan kemerdekaannya, dan pada 18 Agustus 1945 bangsa Indonesia mendirikan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat.

Revolusi Indonesia dimulai dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945, di Jakarta. Sejak itu, kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan Indonesia bergerak dan berubah dengan cepat. Pada 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia, diwakili oleh Soekarno dan Hatta memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia, dan pada 18 Agustus 1945 negara Republik Indonesia didirikan, dengan menetapkan UUD 1945 dan memilih Soekarno menjadi Presiden dan Hatta menjadi Wakil Presiden. Sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Peradaban Gotongroyong memasuki tahap kemunculan kedua. Masyarakat Indonesia bangun dari tidur lamanya, muncul ke permukaan sebagai bangsa merdeka yang mendirikan dan menyelenggarakan suatu negara berdaulat, yakni Republik Indonesia.

Peradaban Gotongroyong bukan perluasan atau modifikasi dari peradaban yang telah lebih dahulu hadir, tetapi suatu peradaban baru, yang dibangun di atas dasar sistem nilai gotongroyong, yaitu integrasi dari nilai-nilai persaudaraan, kesetaraan, kemerdekaan, dan kebaikan bersama. Bermula pada masa prasejarah, sejak kelompok-kelompok masyarakat mulai berburu hewan besar, gotongroyong menjadi cara hidup masyarakat Indonesia. Walaupun cara hidup ini pernah terlupakan di sekitar pusat kekuasaan politik dan pusat-pusat ekonomi, tetapi di luar itu, cara hidup gotongroyong tetap bertahan sampai sekarang. Perjuangan kemerdekaan Indonesia, Proklamasi dan pendirian negara Republik Indonesia, dan perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia dilaksanakan secara gotongroyong oleh seluruh lapisan masyarakat.

Cara hidup gotongroyong, yang tadinya menjadi cara hidup dalam bermasyarakat, kemudian ditingkatkan menjadi cara hidup dalam bernegara, dan dimuat dalam Pembukaan UUD 1945. Dan sejak pendirian negara Republik Indonesia, kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan Indonesia adalah kehidupan bergotongroyong. Secara bertahap Peradaban Gotongroyong memperlihatkan berbagai capaian besar, khususnya di bidang politik. Peradaban Gotongroyong memasuki tahap kemunculan kedua. Kemunculan kedua Peradaban Gotongroyong adalah jawaban bangsa Indonesia terhadap penjajahan bangsa lain, yang telah membuatnya menderita selama berabad-abad. Masyarakat Indonesia berproses menjadi bangsa Indonesia, dan selanjutnya mendirikan dan menyelenggarakan suatu negara berdaulat, yakni negara Republik Indonesia.

Kemunculan kedua Peradaban Gotongroyong datang terlambat, dan keterlambatan ini diakibatkan terlambatnya kehadiran komunitas kreatif, yang memimpin masyarakat Indonesia mengubah habitat dan cara hidup lama. Komunitas kreatif pendukung Peradaban Gotongroyong pada kemunculan kedua adalah kaum pergerakan nasional, yang bergerak mempelopori bangkitnya kesadaran nasional masyarakat luas. Kesadaran nasional membuat masyarakat mengakui keberadaannya sebagai satu bangsa, yakni bangsa Indonesia. Berdirinya Republik Indonesia memberi kesempatan kepada rakyat Indonesia untuk berkembang dan maju. Negara dan masyarakat Indonesia berjalan seiring, kerjasama yang serasi dan dinamis untuk kemajuan bersama. Interaksi antar kelompok masyarakat dan interaksi politik negara-masyarakat, menghasilkan berbagai kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan. Tentu terjadi juga konflik, bahkan hingga konflik bersejata berupa pemberontakan, tetapi akhirnya dapat diselesaikan dengan baik, dan negara Republik Indonesia tetap berdiri kokoh. Kedaulatan Republik Indonesia atas semua wilayah negara dapat diwujudkan, walaupun untuk itu dibutuhkan perang mempertahankan kemerdekaan.

Baca juga  Stunting: Pengertian, Gejala, Penyebab, Dampak, Pengobatan dan Pencegahan, Kondisi di Indonesia

Komunitas kreatif yang telah berhasil memimpin bangsa Indonesia untuk merdeka dan mendirikan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, bergerak ke berbagai bidang kehidupan lainnya, seperti ekonomi, sosial, budaya, ilmu dan teknologi, pertahanan, dan keamanan. Berbagai prestasi dalam berbagai bidang kehidupan dicapai, dan suatu capaian mendorong munculnya capaian lain.

Rasa percaya diri masyarakat tumbuh, dan terwujud kondisi yang kondusif bagi pengembangan penelitian dan inovasi di berbagai bidang. Kehidupan intelektual masyarakat berkembang, dan kemajuan intelektualitas ini memimpin dinamika dan kreativitas dalam kehidupan material dan non material. Interaksi dengan berbagai peradaban lain menjadi lebih intensif, dan kehadiran Peradaban Gotongroyong menjadi lebih jelas, sebagai suatu peradaban yang dibangun di atas dasar sistem nilai gotongroyong. Berbagai prestasi masyarakat dan negara berpengaruh dalam mendorong kemajuan di wilayah sekitar, dan juga bagi kemajuan masyarakat dunia.

Peradaban Gotongroyong memasuki tahap perkembangan, ditandai dengan keberhasilan Reformasi Politik, yang dimulai dalam pemerintahan Presiden Habibie, 21 Mei 1998. Reformasi Politik adalah jawaban terhadab kegagalan sistem politik otoritarian yang berakhir dengan krisis ekonomi 1997. Komunitas kreatif, khususnya di bidang politik berhasil menggerakkan masyarakat luas untuk melihat krisis ekonomi ini sebagai akibat dari pemerintahan otoritarian, dan oleh karena itu krisis ekonomi hanya dapat di atasi oleh pemerintahan baru yang demokratis. Komunitas kreatif bangsa ini, yakni para reformator, dengan memanfaatkan krisis ekonomi 1997, berhasil menjawab tantangan bersama, yakni sistem politik otoritarian yang telah berlangsung lama, dan menggantinya dengan tatanan kenegaraan baru yang demokratis. Dalam tahap perkembangan ini terbuka peluang sebesar-besarnya bagi masyarakat untuk belajar, bekerja, dan berkreasi, di semua bidang kehidupan, termasuk politik. Partisipasi politik masyarakat meningkat pesat, dan berbagai capaian politik memperlihatkan banyak kemajuan. Komunitas kreatif pendukung Peradaban Gotongroyong, dimulai dengan kaum pergerakan nasional, berlanjut ke pejuang kemerdekaan, kemudian diteruskan oleh kaum reformator, dan telah memperlihatkan capaian besar di bidang politik. Pertama, mengubah masyarakat Indonesia menjadi bangsa Indonesia; kedua, mendirikan negara Republik Indonesia; ketiga, mengubah sistem politik otoritarian menjadi sistem politik demokrasi.

Martabat manusia menurut Peradaban Barat dimuat dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, pasal 1, yang menyatakan: Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat serta hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan. (All human beings are born free and equal in dignity and rights. They are endowed with reason and conscience and should act towards one another in a spirit of brotherhood.) Dan untuk perbandingan, martabat manusia menurut Peradaban Gotongroyong, bisa dinyatakan sebagai berikut: Semua orang dilahirkan dan hidup dalam semangat persaudaraan, dan mempunyai martabat dan hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan nurani oleh Pencipta, dan hendaknya bergaul satu dengan yang lain untuk kebaikan bersama. Peradaban Barat mengutamakan kemerdekaan, kemudian kesetaraan dan persaudaraan, sedangkan Peradaban Gotongroyong mengutamakan persaudaraan, kemudian kesetaraan dan kemerdekaan. Peradaban Barat dibangun di atas dasar individualisme, sedangkan Peradaban Gotongroyong dibangun di atas dasar gotongroyongisme.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here