Oleh: HMT Oppusunggu
Saya telah menulis bahwa cakupan pelanggaran ethik dan moral jauh lebih luas dari pelanggaran hukum. Tidak semua pelanggaran ethik dan moral bisa dijadikan sebagai pelanggaran hukum, namun semua pelanggaran hukum bisa dijadikan sebagai pelanggaran ethika dan moral. Orang yang membenci seseorang, marah-marah pada isteri dan anak-anaknya, tidak memperlihatkan toleransi beragama, diskriminasi ras dan etnik atau tidak mengakui adanya Tuhan dan lain-lain sebagainya, tidak bisa dihukum di pengadilan, tapi ajaran agama menganggap orang yag tidak bermoral dan melakukan pelanggaran ethika berat dianggap otomatis masuk ke neraka.
Dalam sejarah, kita saksikan bahwa kekaisaran Roma jatuh dengan sendirinya, karena moralitas Negara tersebut sudah hilang total. Kekaisaran tersebut jatuh, karena para Senatornya dan para pemimpin lainnya –tanpa ada lagi rasa harga diri, martabat dan hati nurani, terlibat dalam perselingkuhan yang sangat luas dan membuat kekaisaran Roma tadi tidak lagi memiliki moralitas dan ethika sebagai sendi hidup bernegara dan berbangsa, sekalipun di kekaisaran tersebut proses penegaskan azas hukum berlangsung normal seperti lazimnya.
Aneh bin durhaka luar batas, mengapa para pimpinan di Indonesia sekarang ini bisa dihebohkan dan diasyikkan oleh permainan sulap tipu muslihat dari Freeport yang mengecoh dan membodoh-bodohi para pimpinan Indonesia dalam kasus pelanggaran hukum yang mereka ubah menjadi pelanggaran ethika. Sulap Freeport tadi berhasil menyutradarai berdirinya MKD –sebuah badan pelengkap dari DPR yang pembentukannya disulap baru pada tahun 2015 ini berdasarkan Peraturan DPR No. 1, 2015, peraturan mana dirumuskan DPR sendiri yang diketuai Setya Novanto.
Nyatanya, MKD tersebut diciptakan menjadi sebuah lembaga SUPERBODY baru yang tidak ada duanya di Negara manapun di seluruh dunia selain di negara neraka saja. SUPERBODY ini, diberi tugas-khusus untuk mengadili pelanggaran ethika yang dilakukan khusus oleh aggota DPR saja dan tidak berlaku terhadap para pejabat di luar DPR. Superbody ini, sekalipun badan pelengkap DPR, Wakil Ketua MKD saja, i.c. DR (ahli hukum-advokat) Junimart Girsang- yang pada dasarnya sekadar anggota biasa saja dari DPR, bisa diberi hak penuh dan bertindak untuk menuduh, mengadili dan menghukum atasannya Ketua DPR, i.c. Setya Novanto, tatkala dituduh melanggar kode ethik. Padahal, Junimart Girsang –bawahan dari Ketua DPR, Setya Novanto, diberi dan memiliki hak penuh untuk mengadili dan menghukum atasannya, i.c. Ketua DPR itu sendiri = contradictio in terminis, kan! Contradictio in terminis pula yang timbul, tatkala sebuah delict hukum disulap Junimart menjadi pelanggaran ethika yang otomatis dijadikan menjadi hak Junimart untuk menangani dan mengadili Setya Novanto sebagai pesakitan ethika di MKD. Artinya, posisi-atasan DPR Indonesia dijungkirbalikkan untuk berdiri di atas kepala. Bagaimana mungkin?, tapi itulah keistimewaan khas Indonesia… Bego apa tidak pimpinan Setya Novanto yang Ketua DPR menyetujui pembentukan SUPERBODY MKD tersebut?
Maaroef Syamsuddin, Presiden Direktur Freeport di Timika sungguh lihai dan licin sekali, berhasil banget, memainkan sulap tipu muslihatnya menjungkir balikkan posisi DPR tersebut di atas. Maaroef sebagai ahli intelijen BIN Indonesia pasti tahu benar tentang kualitas dan bobot pimpinan bangsanya sendiri. Semua pimpinan Indonesia sudah lumer bego dan hanya memikirkan duit dan duit melulu untuk tetap kaya dan semakin kaya terus, sekalipun melalui korupsi … Maaroef tahu benar, bahwa semua Partai Politik dipimpin oleh pengusaha yang sudah kaya raya dan memilih pebisnis kaya raya untuk ditempatkan sebagai anggota DPR. Pebisnis kaya raya tadi terpilih menjadi anggota DPR berdasarkan kemampuannya menguangi dan menyerahkan milyaran Rupiah kepada Partainya. Si pebisnis yang terpilih tadi tahu benar bahwa sebagai anggota DPR dia akan menerima duit aduhai tanpa kerja: uang yang diterimanya di DPR akan jauh dari cukup untuk menutupi uang yang diserahkannya sebelumnya ke Partainya. Malahan dia sanggup mendirikan istana bagi kediaman keluarganya,dan lain-lain kenikmatan hidup. Didorong oleh 5-D yang terkenal itu umumnya, sebagian terbesar dari anggota DPR, absen saja tidak menghadiri sidang pleno dari DPR dan Komisi-Komisinya, karena yang perlu bagi mereka adalah bisnisnya supaya tiap hari bisa terus dipimpin dan diawasi oleh mereka. Tujuannya sama sekali bukan untuk bekerja sebagai ahli-legislatif. Ternyata, DPR justru menodai UUD 45 dan mengkhianati ‘The Founding Fathers’ dengan meng-amandemen UUD 45 tsb. A.l. DPR menyebut Garuda Pancasila sebagai simbol NKRI, sedang Pancasila an sich tidak pernah dirumuskan dalam UUD 45. PANCASILA sendiri bila dituang dalam bahasa Indonesia akan membingungkan tentang apa artinya. Ideologi Pancasila sama sekali tidak dirumuskan teorinya seperti halnya dalam ajaran komunisme, demokrasi, naziisme dan ideologi lainnya. DPR juga tidak menyadari pengkhianatannya atas prinsip Trias Politica karena a.l. mencatut penyusunan anggaran APBN yang tugas hakiki badan eksekutif Pemerintah, (Kementerian Keuangan), dirampok menjadi tugas-legislatif Banggar DPR juga. Justru, anggota DPR sendiri –Nazaruddin, Angelina Sondak, Anas Urbaningrum, Sutan Batoegana dll dll… semuanya merupakan perampok- algojo dari uang APBN… Di Pemerintahan Jokowi, semua Menko menerima gaji buta saja, karena tidak pernah menjalankan koordinasi apa-apa antar-Kementerian yang mereka bawahi. Begitu juga Menteri /Ketua Bappenas yang buta-hornop melulu atas ilmu perencanaan pembangunan ekonomi, tidak pernah sanggup merumuskan Rencana Pembangunan tahunan, apalagi untuk 5 tahun, seperti umumnya berlangsung di Negara-negara ASEAN. Begitu juga Gubernur BI karena kebuta-hurufannya atas ilmu moneter, khusus ilmu moneter ke-Bank Sentral-an, tanpa rasa malu, Gubernur BI tersebut mempertontonkan kurs Rupiah melonjak menggunung hingga Rp 14 000 per Dollar dan menciptakan Indonesia sebagai ‘ a too high cost economy in the world’. Gubernur BI juga tidak menyadari bahwa UU BI No. 23, 1999 palsu total adanya… Etc.etc. = Ya, pimpinan Kabinet sekarang ini sudah begitu bego dan kacau total hingga sama sekali tidak disadari Jokowi sendiri…. Ekonomi Indonesia akan kalaps total setelah memasuki Pasar Bersma ASEAN.
Nyatanya, dalam keadaan pimpinan negara yang begitu bego dan kacau, Maaroef hakul yakin pasti sukses mempermainkan pimpinan bego Indonesia tadi hingga otomatis bisa tercapai tugas satu-satunya untuk memperoleh dari Pemerintahan Jokowi, perpanjangan Kontrak Karya (KK) Freeport sampai 2041. Sekalipun perpanjangan tersebut bisa dirundingkan baru pada 2019 nanti, tapi Freeport Pusat menghendaki supaya pembaharuan tersebut tadi dirundingkan sedini mungkin mulai tahun 2015 ini. Maaroef pun diperintahkan supaya mengatur skenario-skenario soap operanya sehingga pertambangan emas terbesar di dunia yang digarap Freeport sejak 1967, bisa diteruskan hingga 2041. Ternyata bagi Freeport, bahwa persediaan emas Timika –tak bisa dibayangkan- begitu luasnya, hingga belum habis tergarap hingga 100 tahun dari sekarang. Bayangkan: Freeport begitu terdorong oleh betapa mulus dan mudahnya selama ini perusahaan tersebut bisa dengan sangat gampang menjalin kerjasama yang sangat erat dengan Pemerintah, dengan menyogok berbagai pihak pimpinan kita, termasuk TNI dan Polri, yang dibagi-bagikan kiloan bongkahan emas, hasil tambang Freeport di Timika …, malahan akhir-akhir ini, para pimpinan kita -tanpa mereka sadari- bisa dengan gampang sekali terperangkap menjadi pemain (aktor-aktor) aktif dalam sandiwara soap opera yang disutradarai Maaroef. Tanpa disadari pula, pimpinan kita sekarang ini justru merasa sangat senang dan enak dipermain-mainkan oleh Maaroef dalam soap operanya; Freeport yakin, bahwa mereka pasti bisa disogok seperti selama ini. Pimpinan kita gampang dibeli kok, tegas Menko Rizal Ramli.
Terbukti, bahwa soap opera yang dilakonkan Maaroef tadi sungguh luar biasa keberhasilannya mengasyikkan rakyat menonton para pimpinan kita –yang sebelumnya hidup rukun dan damai- tapi sekarang bisa dikecoh berantam satu sama lain untuk berlaga dalam kancah kericuhan dan pertikaian luar biasa, yang tentunya diharapkan Maaroef ujung-ujungnya akan sangat memuluskan perpanjangan KK Freeport tadi.
Bulan Desember ini Joe Cochrane di USA menulis: For more than two weeks, Indonesians have been glued to their television sets as one of the biggest political scandals in the country’s history has unfolded before their eyes.
The speaker of the House of Representatives, Setya Novanto, stood accused of trying to extort $4 billion in shares from the local unit of the American mining giant Freeport-McMoRan. The hearings of the House Ethics Council were broadcast live.
Sebagai skenario persiapan untuk melakonkan soap operanya, pada bulan Januari 2015, Maaroef melakukan pendekatan-pendekatan administratif dengan Menteri ESDM Soedirman Said mengenai perpanjangan KK Freeport. Karena ternyata Soedirman menunjukkan rasa simpatinya, maka Maaroef berhasil mengatur supaya Presiden Jokowi diundang menginap di Blair House 27-10-2015- sebelum bertemu di White House dengan Obama yang sangat populer di Indonesia karena sejak usia mudanya bersekolah di SD Jakarta. Jokowi omong-omong –sebentar saja dengan Obama dalam bahasa Indonesia. Dalam pada itu –sebelum keberangkatan Presiden Jokowi ke Washington DC, Maaroef mendatangi Soedirman Said untuk menyampaikan sebuah rekaman sesingkat 20 menit dari percakapan Maaroef dengan Riza Chalid dan Setya Novanto, yang sejak lama adalah teman-karib Maaroef sendiri. Rekaman 20 menit tersebut bisa dengan mudah meyakinkan Menteri Soedirman Said untuk menganggap Setya Novanto telah mengkhianati negara dan bangsa.
Soedirman segera mengadukan langsung penkhianatan Setya tersebut bukan ke Dewan Ketua DPR, tapi kepada Doktor Junimart Girsang, yang sementara itu telah diangkat menjadi Wakil Ketua dari SUPERBODY DPR, MKD, yang dibentuk DPR sendiri baru pada tahun 2015 ini. Dapat diduga, bahwa pembentukan lembaga baru tersebut tidak lain dan tak bukan telah dilatar belakangi oleh siasat tipu muslihat dari ahli intelijen Maaroef sendiri, untuk mempermainkan pimpinan kita terjerumus dalam jurang kekeruhan dan perselisihan sesama mereka, hingga kelak memuluskan jalan untuk memperpanjang KK Freeport.
Junimart sendiri menganggap rekaman Maaroef bersangkutan terlalu pendek, maka meminta rekaman aslinya. Setelah menerima ‘asli’-nya, yang berdurasi 2 jam, Junimart tidak mempertanyakan mengapa ada perbedaan data antara rekaman 20 menit dan rekaman 2 jam tadi. Junimart langsung menuduh atasannya Setya Novanto melanggar kode ethik, karena –kata Junimart- menurut rekaman, Setya Novanto telah melakukan pencatutan nama Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, masing-masing untuk menerima 11% dan 9% saham Freeport. Padahal, tuduhan Junimart tadi sama sekali tidak disertai oleh follow-up apa-apa, sebab tidak ada terjadi transaksi apa-apa mengenai penyerahan dari saham Freeport tersebut. Pada galibnya, bila di bidang pelanggaran hukum, si A dituduh mencuri, tapi hakim tidak bisa memberikan bukti apa-apa tentang follow-up terjadinya pencurian tersebut, maka terbukti secara syah dan meyakinkan bahwa tidak pernah ada pelanggaran hukum tentang pencurian seperti yang dituduhkan sebelumnya. Implikasinya: Pengaduan pencurian tersebut membuktikan bahwa jaksa pengadu bersangkutan, menjadi jaksa palsu dan penipu total. Artinya: Pengaduan Soedirman Said adalah palsu, karena tidak dibuktikan oleh terjadinya transaksi dan penyerahan saham Freeport. Oleh karenanya Junimart sedianya dari semula harus dengan sendirinya menolak Pengaduan Soedirman tadi.
Yang aneh dan paling durhaka adalah, bahwa ahli ulung ethika Junimart justru menyulap dan mencap pencatutan palsu saham Freeport yang ditafsirkannya benar-benar dilakukan Setya Novanto tadi, menjadi “PAPA MINTA SAHAM” = Junimart sendiri dalam kasus tersebut mengangkat dirinya sebagai pengadu menuduh Setya Novanto melakukan pelanggaran ethika sambil Junimart sekaligus mengangkat dirinya sebagai hakim untuk mengadili Setya Novanto.
Cap dan kasus ‘PAPA MINTA SAHAM’ sendiri adalah ciptaan Junimart pribadinya yang an sich menciptakan timbulnya pertanyaan keliru dan salah yang otomatis tidak akan mungkin bisa dijawab benar oleh siapapun atau oleh Presiden Jokowi sendiri sekalipun –seperti telah saya nyatakan dalam email saya sebelum ini. Ternyata pula secara gamblang, bahwa Doktor Es-3 Junimart membuktikan dirinya melulu sebagai ‘Es-teler’ Pasar Rumput belaka -seperti yang dinamakan Es-3 sejati Doktor Hartojo Wignjowijoto.
Rekaman-20 menit dari Maaroef tadi maupun yang berdurasi 2 jam dari Maaroef juga hanyalah produk asal-asalan saja dan tipu muslihat soap opera Maaroef belaka. Sebab, sebelum sidang MKD selesai, Maaroef sendiri menyerahkan pula rekaman paling asli lagi –katanya-kepada Jaksa Agung Prasetyo, yang dijadikan Maaroef sebagai teman-persekongkolan- konspirasinya. … semuanya dilakukan sutradara-badut Maaroef, lagi-lagi supaya pimpinan kita terperangkap dalam situasi yang semakin lebih kacau dan ambur-adul lagi. Selanjutnya Maaroef dengan sangat licin dan lihai pula berhasil menyutradarai Setya Novanto untuk mengadukan kasusnya kepada Kapolri sebagai pelanggaran-hukum yang dilakukan MKD dan Junimart , di mana Setya menyatakan dirinya sama sekali bukan dan tidak melakukan pelanggaran ethika maupun pelanggaran hukum. Semua ini dilakonkan Maaroef dengan sangat lihai, tanpa ada mencurigai bahwa Maaroeflah yang lagi-lagi mempertontonkan soap operanya.
Eh, tiba-tiba saja, MKD dapat menyelesaikan sidang pengadilan pelanggaran ethika dari Setya Novanto –bukan berdasarkan hasil pembicaraan dan pembahasan kasusnya oleh para YANG MULIA ANGGOTA MKD, tapi berdasarkan surat yang diterima MKD dari Setya Novanto, yang menyatakan bahwa Novanto sendiri yang mengambil keputusannya untuk berhenti sebagai Ketua DPR. Aneh bin durhaka banget, MKD mengambil keputusan berdasarkan keputusan yang diambil pesakitan Setya Novanto sendiri dan bukan berdasarkan keputusan MKD sendiri. Aneh bin durhaka: Di Negara mana di dunia ini pernah terjadi sebuah lembaga pengadilan seperti MKD mengambil keputusannya yang tidak didasarkan pada hasil pertimbangan dan pembicaraan dalam sidang MKD sendiri? Keputusan MKD melulu didasarkan pada surat keputusan Setya Novanto sendiri yang mengundurkan diri sebagai Ketua DPR. = MKD tidak lain dan tak bukan, sekadar SUPER-BADUT belaka… Luar binasa memang Es-telernya DOKTOR Junimart Girsang, yang pada gilirannya membuktikan secara syah dan meyakinkan, betapa begonya bukan saja MKD dan Junimart, tapi lebih-lebih lagi seluruh pimpinan Negara sendiri yang sekarang ini ditimpa oleh kebegoan dan kekauan yang jauh lebih parah lagi.
Quo Vadis Republik Indonesia? Mau dikemanakan Presiden Jokowi bangsa ini dengan kepemimpinannya atas Kabinetnya yang sangat bego dan berjiwa INLANDER ini. Maaroef bangsa kita SENDIRI justru INLANDER ULUNG, DAN MAU MENJADI KAKITANGAN NEFIS-CIA DARI FREEPORT yang mempertontonkan kemahiran penjajahannya dengan merombak gunung emas di Timika menjadi mulut harimau yang menganga dengan diameter selebar 4 kilometer dan sedalam 1 kilometer !?! SUNGGUH LUAR BINASA !!!
Kembali sejenak ke kasus ‘Papa Minta Saham’ dari Junimart: Rekaman 2 jam ( 24 halaman) yang diserahkan Maaroef kepadanya, berkata pada halaman 8, 9:
Rizal Chalid: Bapak itu jalan divestasi sudah berapa %?
Maaroef: 30% sudah jalan.
Rizal Chalid: Yang sudah jalan 9% dong
Maaroef: 9,3% dipegang BUMN
Setya Novanto: Kalau gak salah itu Pak Luhut sudah bicara.
Rizal Chalid: Pak Luhut sudah bicara
Setya Novanto: Pak Luhut bicara dengan Jim Bob
Rizal Chalid: Pak, kalau gua, gua bakal ngomong ke Pak Luhut janganlah ambil 20%, Ambillah 11% (utk Jokowi?). Kasihlah Pak JK 9%. Harus adil, kalau nggak, ribut
Setya Novanto: Iya. Jadi kalau pembicarannya Pak Luhut di San Diago, dengan Jim Bob, 4 tahun yl. Itu, dari 30% itu, memang dia di sini 10%. 10% dibayar pakai dividen. Jadi pinjaman tapi dibayar tunai pakai dividen. Caranya gitu, sehingga mengganggu konstalasi ini. Gitu dengan adanya istana cawe-cawe, presiden gak suka, Pak luhut ganti dikerjain. Kan begitu. Sekarang kita tahu kuncinya. Kuncinya kan begitu begitu lhp hahahaha. Kita kan ingin beliau berhasil. Di sana juga senang kan gitu. Strateginya gitu lho. Hahahaa
-Jelas sekali yang berbicara tentang pembagian 11% dan 9% saham FREEPORT, bukannya Setya Novanto, tapi Rizal Chalid. —-Rekaman memperjelas pula bahwa Setya Novanto, Rizal Chalid maupun Maaroef adalah kenalan sama-sama pebisnis yang dekat bagi Presiden Jokowi, apalagi dengan Luhut Panjaitan. Ketiga musketeers tadi diundang kok ke pesta perkawinan dari anak Presiden Jokowi di Solo.
-Tapi yang penting untuk diperhatikan ialah bahwa percakapan dalam rekaman Maaroef berdurasi 2jam tersebut melulu omongan warong-kopi antara 3 sahabat-karib “The Three Musketeers” Novanto, Rizal dan Maaroef saja tanpa menjurus kepada “Papa Minta Saham”. Isi percakapan mereka bertiga melulu “ over ditjes en datjes” (tetek bengek) saja. Namun Soedirman, Setya Novanto dan Junimart terkecoh oleh sutradara Maaroef yang menjebak dan mempertontonkan mereka dalam pertunjukan soap opera tentang betapa begonya para pimpinan Republik Indonesia SEKARANG INI.
Ya bego, tapi kaya raya dan tidak menderita seperti rakyat yang ditinggalkan mereka semakin miskin.