Oleh: Hotben Lingga. Jakarta, Suarakristen.com.,
“Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia merupakan organisasi intelektual. Sebagai intelektual Kristen, PIKI harus memiliki kemampuan analisa, konsep dan nalar yang baik. PIKI harus memiliki kepekaan sosial yang tajam, peduli pada lingkungan, tahu politik tetapi tidak berpolitik praktis, selalu rendah hati, bijaksana, adil dan beriman. PIKI mempunyai kewajiban dan tanggung-jawab moral terhadap perkembangan bangsa, masyarakat dan gereja. PIKI harus berani mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah agar berpihak pada rakyat kecil, dan menjadi pilar utama masyarakat sipil, menjadi garda terdepan penjaga tiang moral bangsa. PIKI harus berani melakukan terobosan-terobosan baru, transformasi diri dan revitalisasi peran strategis,”demikian dikemukakan Pdt. Lipuyus Biniluk, S.Th. kepada Suara Kristen, dalam acara kongres PIKI beberapa waktu lalu setelah terpilihnya Baktinendra Prawiro dan Audy Wuisang sebagai Ketum dan Sekjen PIKI yang baru.
“Dinamika sosial masyarakat di masa depan akan semakin kompleks dan berat. Masyarakat modern cenderung bersifat pragmatis, hedonis dan materialistis. Apa yang benar dan yang tidak benar menjadi semakin susah didefinisikan, semakin ambigu dan kabur batasan-batasannya. PIKI harus bisa memetakan diri/organisasi(mapping) ditengah-tengah arus globalisasi dunia dan perkembangan masyarakat. PIKI harus merekrut para cendikiawan dan profesional yang banyak tersebar di seluruh institusi atau organisasi, sosial atau bisnis. Ada banyak orang orang Kristen yang hebat-hebat di Republik ini. Ajak dan rekrut orang-kristen profesional yang potensial dan berpengaruh untuk memajukan PIKI. Sehingga bisa bersinergi membangun diri sebagai thinktank gereja, masyarakat dan bangsa.”tambah tokoh Injili Papua ini dengan penuh semangat.
Tegas Pdt. Lipiyus lagi,”Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia (PIKI) yang didirikan sejak tahun 1963 tentu saja jangan sekedar ada atau hadir. Peran PIKI penting untuk memberikan sumbangsih pemikiran strategis guna menjawab tantangan yang sedang dihadapi bangsa dan negara.PIKI penting untuk dikembangkan bersama untuk dapat berkontribusi positif membangun bangsa ini lebih bermartabat.”
Lipiyus menegaskan prinsip-prinsip moral dan kebenaran yang terdapat dalam Alkitab harus selalu menjadi landasan teologis dan filosofis dalam memajukan organisasi dan bersaksi atau berkarya, sehingga PIKI memiliki kuasa transformatif dan liberatif dalam menerangi dan menggarami masyarakat dan dunia ini. Sebab itu, PIKI harus berpegang teguh pada dasar Alkitabiah yang selalu memberikan energi baru bagi setiap umatnya untuk berkarya dan bergerak membangun negeri yang lebih berkualitas.
PIKI butuh intelektual-intelektual yang berani dalam segala aspek dan sanggup menjawab tantangan masa kini. Kalau PIKI tidak berani melakukan terobosan-terobosan, PIKI tidak akan diperhitungkan orang dan tidak akan memberikan warisan bagi bangsa dan gereja.
PIKI juga butuh cendikiawan yang berani yang disertai dengan kasih dan integritas seperti yang telah diajarkan dalam Alkitab
Pdt Lipiyus menyatakan agar bangsa ini memiliki hati yang takut akan Tuhan seperti kotbah yang pernah ia sampaikan dihadapan Presiden Joko Widodo dalam Perayaan Natal Nasional di Papua, pada Desember 2014.
“Bangsa ini bisa dihormati oleh dunia jika bangsa ini memiliki hati yang takut akan Tuhan. Apabila penduduk Indonesia yang berjumlah 250 juta jiwa ini punya hati yang takut akan Tuhan maka pembangunan yang diharapkan dan dicita-citakan bangsa ini bisa terwujud,”tegasnya.
Lipiyus menambahkan PIKI jangan hanya berbicara terus di atas dan hanya retorika belaka, namun harus mendarat. PIKI mesti betul-betul mendarat dan memberikan kontribusi kepada masyarakat bawah yang membutuhkan pelayanan.
Jadi, lanjut Lipiyus, kita perlu pray together (berdoa bersama), think together (berpikir bersama), and support together (saling mendukung) bagi kepentingan PIKI kedepan.Apabila Roh Kudus yang menggerakkan PIKI, siapapun tidak ada bisa menutupnya.
