CPOPC Ministerial Meeting ke 12 Perkuat Kerja Sama dan Promosi Keberlanjutan Industri Sawit

0
48

CPOPC Ministerial Meeting ke 12 Perkuat Kerja Sama dan Promosi Keberlanjutan Industri Sawit

Jakarta, 29 November 2024 –

Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) Ministerial Meeting ke-12 berlangsung di Jakarta, Jumat (29/11).

Menteri Kordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto mengatakan pertemuan tingkat menteri ini memperkuat kemitraan negara-negara penghasil minyak sawit terbesar. Menteri Airlanggajuga menyatakan strategi kolaboratif antara Indonesia dengan Malaysia dan Honduras gunamemperluas pasar sawit.

“Kerja sama yang lebih erat antara Indonesia, Malaysia, dan Honduras adalah langkahstrategis untuk memperkuat kemitraan yang saling menguntungkan, memperluas pasarsawit, dan mendukung keberlanjutan industri sawit di tingkat global”, jelas Airlangga dalamkonferensi pers CPOPC Ministerial Meeting yang diselenggarakan di Four Seasons Jakartapada Jumat (29/10/2024).

Dalam mendukung strategi kolaboratif tersebut, Pertemuan Tingkat Menteri CPOPC ke-12 ini sepakat melakukan ekspansi negara anggota dan negara pengamat.

“Kami menyambut Republik Demokratik Kongo (DRC) dan Nigeria sebagai Negara Pengamatbaru. Selain itu, Kolombia, Ghana, dan Papua Nugini sedang dalam proses menjadi anggota penuh”, jelasnya.

Airlangga menegaskan komitmen Indonesia untuk memperkuat kemitraan dengan CPOPCguna mendukung prioritas nasional di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto,khususnya dalam ketahanan pangan, energi, dan hilirisasi industri sawit.

“Melalui kolaborasi yang kuat antara negara anggota CPOPC, kami dapat menciptakanstrategi bersama yang lebih solid untuk mendukung ketahanan pangan dan energi dunia,sekaligus memastikan sektor sawit terus berkontribusi pada pengurangan emisi karbonglobal,” ucapnya.
Indonesia, sebagai salah satu produsen utama minyak kelapa sawit di dunia, terusmenunjukkan komitmennya dalam mendukung keberlanjutan lingkungan dan ketahananenergi global. Indonesia juga memainkan peran penting dalam sektor pangan dan energi dengan menghasilkan produk-produk yang mendukung keberlanjutan serta pengurangan jejak karbon

Baca juga  Ravelware Technology; Satu-Satunya Startup Deep Tech Indonesia di Top-100 Most Innovative Companies Entrepreneurship World Cup 2024

Sejalan dengan Indonesia, Malaysia fokus pada berbagai solusi dalam menghadapi tantangan ekonomi dan lingkungan global.

Hal ini disampaikan oleh YB Datuk Seri Johari Abdul Ghani, Menteri Perladangan dan Komoditi Malaysia pada pertemuan tersebut.
YB Datuk Seri Johari Abdul Ghani menyoroti tantangan regulasi global yang dihadapi industrisawit akibat proteksionisme dan hambatan perdagangan. Beliau menyerukan rencana strategis untuk memastikan akses pasar yang adil dan inklusif bagi petani kecil, serta mendorong praktik berkelanjutan.

“Menghadapi Berkelanjutane pasar dan hambatan perdagangan, Indonesia, Malaysia, danHonduras harus memperkuat kemitraan untuk membuka akses pasar yang lebih adil daninklusif bagi petani kecil serta memastikan keberlanjutan industri sawit,” jelas Abdul Ghani.

Selain rencana strategis, Abdul Ghani juga memberikan apresiasi tinggi terhadap program B40 Indonesia. Program ini, yang memanfaatkan catmpuran biodiesel berbasis kelapa sawit,diakui sebagai kontribusi konkret Indonesia dalam mengurangi emisi karbon global  transisi energi hijau.

“Kami apresiasi program B40 Indonesia, yang telah berhasil  emisi karbon hingga 32 juta ton CO2,” ungkapnya.

Adapun hasil pada pertemuan tersebut, para menteri sepakat unmengurangituk memperkuat programunggulan CPOPC, termasuk pemberdayaan petani kecil dan penanggulangan hambatanperdagangan. Selain itu, peluang baru di sektor energi hijau, seperti Sustainable AviationFuel (SAF), juga menjadi fokus pembahasan, di mana Indonesia dan Malaysia memiliki posisistrategis untuk memimpin inisiatif ini.
Sebagai informasi, pertemuan tingkat menteri ini merupakan forum tahunan yangdiselenggarakan oleh Sekretariat Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC), yangmempertemukan para menteri dari negara-negara anggota CPOPC (Indonesia, Malaysia, danHonduras), perwakilan pemerintah dari negara-negara pengamat (Colombia, Ghana, danPapua New Guinea), serta negara-negara tamu (Republik Demokratik Kongo, Guatemala,Nigeria, dan Thailand), pembuat kebijakan, dan pemangku kepentingan utama dalamindustri kelapa sawit.

Baca juga  Film Sampai Nanti, Hanna! Sukses Gelar Gala Premiere: Kisah tentang Luka, Cinta Pertama, dan Kesempatan Kedua

Pertemuan ini ditutup dengan penyerahan posisi Ketua CPOPC dari Indonesia kepada Malaysia untuk periode 2024–2025