Yayasan Negeri Rempah, Pusat Riset Masyarakat dan Budaya, dan Badan Riset dan
Inovasi Nasional ( BRIN ) Sukses Gelar International Forum on Spice Routes (IFSR) 2024
Jakarta, Suarakristen.com
International Forum on Spice
Routes (IFSR), yang telah sukses diselenggarakan selama lima tahun berturut-turut, kembali digelar pada tahun 2024 dengan tema “SpiceRoutes in
Flux: Navigating the Global
Transformation and Intercultural Exchange” .
Forum ini merupakan
inisiatif dari Yayasan Negeri
Rempah (YNR), yang sejak 2022 berkolaborasi dengan Pusat Riset Masyarakat dan Budaya, Badan Riset dan Inovasi Nasional (PMB
BRIN).
IFSR 2024 dilaksanakan secara langsung dari
23 hingga 26 September 2024, bertempat di Auditorium Widya
Graha Lt. 2, Badan Riset dan
Inovasi Nasional, Jl. Gatot Subroto 10, Jakarta Selatan.
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, IFSR 2024 turut diselenggarakan oleh rekan tuan rumah, yakni Beranda Warisan Sumatra (Medan) dan Universitas Khairun (Ternate).
IFSR 2024 membahas
dinamika jalur rempah
dalam konteks transformasi global dan pertukaran budaya
internasional, sebagai bagian
integral dari warisan budaya
multikultural. Forum ini akan
menyatukan berbagai disiplin
ilmu, komunitas, dan bangsa
dalam sebuah diskusi mendalam yang melibatkan akademisi, praktisi, diplomat, pelaku budaya, pelaku usaha, serta organisasi pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat.
Pada penyelenggaraannya
yang keenam, tahun ini,
IFSR berusaha untuk
mengintensifikasi dan
memobilisasi hasil IFSR
sebelumnya guna memahami
isu-isu dan tantangan global
kontemporer yang kita hadapi.
IFSR 2024 tidak hanya bertujuan untuk melihat praktik-praktik
tradisi yang masih hidup di
perlintasan jalur rempah oleh
komunitas lokal hingga global dari berbagai perspektif.
Forum ini berupaya menyajikan wawasan tentang bagaimana jalur rempah terus memainkan peran penting dalam konteks kontemporer, seperti membantu menyeimbangkan
kesetaraan lokal dan regional
melalui upaya peningkatan
konektivitas ke daerah-daerah
terjauh melalui perdagangan dan interaksi budaya. Selain itu juga perihal bagaimana komunitas maritim menjawab tantangan global dan hidup di sepanjang perlintasan jalur rempah.
Sebagai wadah pertukaran
pengetahuan dan pemahaman
lintas budaya, IFSR berupaya
untuk memperkuat warisan
bersama (common heritage)
dalam semangat
multikulturalisme melalui
pembentukan narasi sosial-
budaya-sejarah mengenai jalur rempah dengan negara-negara sahabat dan terkait, baik dari masa lalu maupun dari hubungan saat ini. Forum ini berinteraksi dengan berbagai suara dari komunitas akademik
dan epistemik, praktisi,
diplomat, pengusaha, organisasi non pemerintah. lainnya, komunitas, seniman, dan sejarawan yang memiliki minat dan budaya yang saling terkait.
Dengan demikian, masyarakat
luas dapat merayakan kesamaan dan perbedaan budaya melalui
program-program yang
memungkinkan partisipasi publik yang lebih luas.
Terkumpul lebih dari 60 Naskah untuk Dikurasi, Presentasi, dan
Publikasi.
Tahun ini, lebih dari 100
abstrak telah masuk dan akan
diseleksi oleh para ahli dari
Yayasan Negeri Rempah (YNR) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) .
Sekitar 60 naskah terpilih dipresentasikan secara terbuka dalam forum ini.
Tema besar IFSR 2024
dikelompokkan ke dalam lima
panel topik yang berbeda, yaitu:
(1)Spice Routes: A Journey
through Biodiversity and
Commodities;
(2) Exploring
HumanAdaptation Expression:
When the Concept of
Aesthetics and Creativity
Harmonizethrough Culture; (3) The Geopolitical Implications of
Cultural Heritage Management;
(4)Maritime Societies; dan (5)
Global Encounters and Cultural Exchange.
Naskah-naskah yang
terkumpul akan diterbitkan
sebagai volume yang telah
disunting dalam publikasi
prosiding internasional,
memberikan kontribusi signifikan dari IFSR terhadap literatur ilmiah.
IFSR 2024 turut dihadiri
oleh pembicara kunci dari tanah air dan negara sahabat yaitu Prof. Muhammed Haron (Afrika Selatan), Prof. Atul Gokhale (India), Dr. Anjali A.Bhoite (India), Prof. Jaing Zhenpeng (Cina), Prof. Wawan Sujarwo, Ph.D. (Indonesia),Nguyen T. T.
Hang Ph.D., Vietnam),dan Dr.
Preecha ongprasert (Thailand).
Memperingati Hari Maritim
Nasional dengan “AB Lapian
Memorial Lecturer”
Setiaptahunnya IFSR
diselenggarakan bertepatan
dengan Hari Maritim Nasional.
Sebagai pembuka acara, IFSR
2024 diawali dengan acara
istimewa bertajuk “AB Lapian
Memorial Lecturer” yang
menghadirkan Prof. James J. Fox sebagai pembicara utama.
Acara ini bertujuan untuk menghormati kontribusi besar AB Lapian dalam
studi maritim dan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya
pengelolaan dan pelestarian
sumberdaya maritim. Prof. Fox, seorang ahli terkemuka dalam bidang antropologi dan studi maritim, membagikan
wawasan mendalam tentang
pengaruh budaya dan sejarah
maritim terhadap perkembangan masyarakat saat ini.
Acara ini diharapkan
menjadi platform yang
inspiratif bagi akademisi,
praktisi, dan masyarakat
umum untuk mendalami lebih
jauh tentang nilai-nilai maritim yang membentuk identitas bangsa.
Dalam pemaparannya Jeane Pombaela mewakili Yayasan Negeri Rempah menyatakan:
“Sejarah Jalur Rempah dari masa ke masa merupakan contoh nyata bahwa diplomasi budaya telah dipraktikkan di segala lini oleh individu, komunitas masyarakat, hingga tingkatan negara bangsa. Belajar dari dinamikanya di masa lalu, kiranya amatlah relevan bila Jalur Rempah menjadi rujukan dalam mencari warna diplomasi Indonesia yang mengedepankan interaksi dan kehangatan dialog di berbagai bidang dan lapisan masyarakat. Jalur Rempah dapat menjadi pijakan dalam melihat kembali berbagai kemungkinan kerjasama antarbangsa untuk mewujudkan persaudaraan dan perdamaian global yang mengutamakan pemahaman antarbudaya; penghormatan dan pengakuan atas keberagaman budaya beserta warisannya; memiliki semangat keadilan, kesetaraan dan saling berkontribusi, serta menjunjung tinggi harkat martabat kemanusiaan.
Jauh sebelum bangsa-bangsa Eropa turut mewarnai dinamika perdagangan rempah di Nusantara, sejarah mencatat peran besar Sriwijaya yang senantiasa menjadi rujukan ketika membicarakan masa lalu Indonesia sebagai negara maritim. Kedatuan ini mumpuni dalam beberapa aspek strategisnya: politik, ekonomi, teknologi, sosial dan budaya. Bukti-bukti arkeologis pun memberikan petunjuk bahwa abad ke-6 dan ke-7, Asia Tenggara melalui Sriwijaya menjadi pengendali ekonomi yang mampu menggerakkan dinamika regional. Salah satu kekuatan yang dimilikinya adalah kemampuan berdiplomasi dengan mengedepankan kedermawanan dalam menjaga stabilitas kawasan.
Diplomasi “tangan di atas” yang dicontohkan oleh Sriwijaya ini adalah bentuk diplomasi yang dapat dijadikan panutan oleh Indonesia dalam rangka berkontribusi pada kekayaan sejarah milik bersama (common heritage) yaitu Jalur Rempah. Dalam diplomasi berbasis kontribusi ini, Indonesia sebagai penggerak perdagangan rempah di masa lalu memiliki peran strategis untuk mengajak negara-negara yang berada di perlintasan Jalur Rempah dan menghidupkan kembali memori kolektif masa lalu bahwa kita pernah bersama-sama membangun peradaban melalui pertukaran gagasan, nilai, agama, bahasa, tradisi, termasuk teknologi.
Diplomasi “tangan di atas” ini menuntut keseriusan seluruh pihak di negara ini agar berkontribusi lebih banyak dalam menghidupkan warisan sejarah bersama. Tidak untuk mengangkat Indonesia dan menjatuhkan yang lain tapi untuk mengangkat Jalur Rempah sebagai milik bersama di masa lalu, masa kini dan masa depan. Inisiatif untuk aktif berkontribusi dilandasi oleh kesadaran bahwa tidak ada satu negara pun yang dapat berdiri sendiri tanpa adanya dukungan negara lain, dan oleh karenanya dibutuhkan kerjasama antarbangsa yang lebih bermakna.
Untuk itu, Yayasan Negeri Rempah menerapkan cara pandang ini untuk diterapkan sebagai tema Diplomasi Budaya Jalur Rempah yang kini tengah kami jalankan dalam mengemban mandat dari negara yang dalam hal ini adalah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan teknologi Republik Indonesia. Diplomasi Budaya ini merupakan salah satu upaya penunjang dalam rangka pengajuan Jalur Rempah untuk diinkripsi sebagai Warisan Dunia
Diplomasi Budaya Jalur Rempah ini kami tujukan untuk meningkatkan peran aktif Indonesia dalam pergaulan dunia di dalam rangka membuka akses, menciptakan dialog, serta membangun hubungan antar masyarakat di tingkat lokal dan internasional (dalam konteks multi-disiplin) serta mampu berkontribusi dalam menjawab tantangan global dan isu-isu kontemporer selaras dengan Sustainable Development Goals.
Program Diplomasi Budaya Jalur Rempah ini juga kami sasarkan untuk menciptakan kesadaran masyarakat di daerah dan dunia internasional tentang sejarah dan peran Indonesia di masa lalu serta potensi peran Indonesia di masa depan; dan untuk mendapatkan dukungan dari negara-negara sahabat dalam perlintasan Jalur Rempah dan dunia internasional secara luas dalam rangka pengajuan dan pengakuan Jalur Rempah sebagai Warisan Dunia.
Sedikitnya ada lebih dari 50 titik keterhubungan yang tersebar di seluruh Indonesia dan lebih dari 20 negara di seluruh dunia akan kami datangi untuk dikoneksi dengan berbagai tema pengetahuan seperti etnobiologi, sejarah, arkeologi, antropologi, studi pangan dan berbagai ilmu sains dan humaniora. Dari sini, kami akan melanjutkan keterhubungan ini melalui inisiasi berbagai program kolaborasi dan pertukaran antar bangsa, antar pelajar, mahasiswa, lintas profesi dan disiplin ilmu, sebagai hasil riil dan tindak lanjut jangka panjang program Diplomasi Budaya Jalur Rempah. Teman-teman yang ada di sini dan di berbagai tempat di Indonesia sangat memiliki kesempatan untuk ikut serta dalam program ini.
Tahun kemarin kami, melalui dukungan program Fasilitasi Bidang Kebudayaan – Interaksi Budaya Internasional dari Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek.
Sampai akhir tahun ini kami baru menggapai negara-negara:
1. Madagaskar
2. Singapura
2. China
3. Belanda
4. India
4. Inggris
5. Vietnam
6. Thailand
7. Laos
8. Cambodia
9. Brunei Darussalam
Dan tahun ini kami sudah menjadwalkan untuk mengunjungi:
1. Malaysia
2. Timor Leste
3. Afrika Selatan
4. Portugal
Sehingga hingga akhir tahun ini kami harapkan total 13 negara sudah kami gapai.
Masih banyak tempat dan negara yang perlu kita telaah lebih lanjut, sekaligus kita jajaki kemungkinan untuk kolaborasi.”