Kita sedang hidup di zaman krisis besar, dimana tatanan masyarakat (dunia) sedang kacau dan sedang terjadi kehancuran moral dan krisis kemanusiaan yang luar biasa. Saat ini lebih dari separuh penduduk bumi ini masih hidup dalam kemiskinan dan kesengsaraan karena faktor ketidakadilan, penindasan, kekurangan hak untuk kebebasan berbicara, intoleransi, distribusi sumber daya alam yang tidak seimbang, marjinalisasi, rasisme, korupsi, penyuapan, sukuisme, nepotisme, kediktatoran, penyalahgunaan kekuasaan, perebutan kekuasaan, inkompetensi, manipulasi, pengangguran, salah prioritas, konflik dan perang, penyiksaan, bencana alam atau bencana karena kesalahan manusia sendiri, hukuman penjara, intimidasi, pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia, ketakutan, egoisme, keserakahan, kekejaman, kebencian, pekerja anak, penipuan, mismanajemen, penggelapan dana publik, kelaparan, penyakit, wabah, kematian, dan lain-lain. Situasi ini melahirkan problem sosial yang sangat kompleks.
Gereja merupakan bagian masyarakat dan masyarakat merupakan bagian penting Gereja. Keduanya saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Gereja telah hadir di hampir semua masyarakat. Pengaruh Kekristenan pada masyarakat dapat dirasakan di seluruh dunia, baik dalam politik internasional, ekonomi, seni, budaya dan pemikiran (idiologi). Demikian juga, masyarakat juga mempengaruhi Kekristenan dalam hal ajaran, organisasi dan praktek kekristenan. Kekristenan dan masyarakat saling mempengaruhi, membentuk dan menuntun. Ada interaksi kompleks antara Kekristenan dan masyarakat.
Di tengah-tengah krisis sosial dan kemanusian yang sedang terjadi saat ini, kita patut merenungkan kembali: Apa itu Gereja? Mengapa Gereja ada? Apakah peran Gereja di dalam masyarakat? Apakah pengaruh Gereja pada masyarakat saat ini? Bagaimana-caranya Gereja membuat masyarakat (dunia) semakin baik? Kapan dan bagaimana caranya Gereja mempengaruhi masyarakat secara effektif? Mengapa Gereja harus menggumuli isu-isu sosial saat ini, seperti problem kemiskinan, pendidikan nasional, kesehatan masyarakat, lingkungan hidup, HAM, demokrasi, perang dan perdamaian, dll.? Mengapa kita harus berjuang memperbaiki kondisi manusia saat ini? Mengapa kita harus memberikan arahan dan solusi bagi problem masyarakat? Bagaimana kita mempengaruhi masyarakat dengan nilai-nilai Kerajaan Allah melalui bidang pekerjaan yang sedang kita jalani?
Apa itu Gereja?
Dalam bahasa Martin Luther, “Gereja merupakan sebuah persekutuan, komunitas dan perkumpulan orang-orang kudus/percaya yang dibangun dan dipersatukan oleh Firman Allah, mengenal Allah yang sejati dan melakukan kehendakNya. Gereja merupakan komunitas profetis yang mempunyai peran ilahi sebagai “Imam, Ibu, Penjaga, Penyokong, Penasehat, Tulang Punggung dan Transformator/Reformator masyarakat; Pendidik Moral/Etika Masyarakat dan penyalur kuasa Allah. Gereja harus berperan sebagai rambu atau lentera moral, suara etis dan sutradara masyarakat. Gereja adalah Prajurit Kristus”
Jadi, menurut Luther, Gereja adalah nabi, imam dan hati nurani suatu masyarakat/bangsa yang dipilih Allah untuk memproklamasikan KerajaanNya yang mempunyai dimensi sosial, politik dan ekonomi. Terang atau gelapnya suatu masyarakat/bangsa bergantung pada Gereja. Keadaan suatu negara/masyarakat bisa merefleksikan keadaan gereja. Karena itu, Gereja tidak boleh menjauhkan dirinya dari masalah-masalah sosial dan tidak boleh berkompromi dengan peran profetisnya itu. Gereja harus selalu waspada dan aktif. Karena salah satu tugas pokok Gereja adalah “mendidik dan membangun masyarakat dengan kuasa Firman Allah yang hidup”, “menawan hati masyarakat dengan Firman Allah dan “tidak boleh membiarkan masyarakat dididik dengan filsafat-filsafat yang tidak alkitabiah”.Masyarakat yang tercerai dari Allah dan tidak dibangun diatas Firman Allah dan kasih adalah agen kuasa kegelapan dan pastilah kacau.
Pengaruh Gereja/Kekristenan dalam Kehidupan Manusia
Fakta sejarah menunjukkan Kekristenan telah memberikan kontribusi yang sangat besar bagi transformasi dunia. Dalam banyak bidang, Kekristenan telah memberikan pengaruh yang sangat besar dan positif. Melalui pandangan dunia Alkitabiah tentang moralitas dan etika, hak-hak asasi manusia, pemeliharaan kesehatan, kesenian, musik, pemerintahan, kesusasteraan, kesejahteraan dan reformasi sosial, keluarga, sains, hukum, ekonomi, pendidikan dan kekudusan hidup, Kekristenan benar-benar telah mengubah dunia ini menjadi semakin baik. Pengaruh agama Kristen sangatlah besar pada sains, seni, arsitektur, kesusasteraan, musik, kaum buruh, kebebasan ekonomi, hari libur, symbol-simbol, kata-kata dan ungkapan-ungkapan.
Nilai-nilai kehidupan manusia modern berakar dalam ajaran-ajaran Yesus dan perbuatan-perbuatan orang-orang Kristen mula-mula dalam menyelamatkan bayi-bayi yang baru lahir yang dibuang pada timbunan-timbunan sampah Roma. Sebelum Kekristenan lahir, nilai hidup manusia sangat rendah. Pembunuhan anak-anak/bayi, pedofilia, permainan gladiator, pengagungan bunuh diri atau pengkorbanan manusia merupakan hal yang sangat lumrah di hampir seluruh dunia. Berkat nilai-nilai Kristen yang mengagungkan derajat kehidupan setiap individu, tradisi-tradisi tidak manusiawi itu dihapus.
Institusi-institusi yang paling bermanfaat bagi masyarakat Barat berakar dalam pengaruh Yesus Kristus. Orang Kristen yang pertama-tama mendirikan Rumah-rumah sakit yang pertama, panti asuhan dan program memberikan makanan untuk melawan pandangan pada waktu itu yang menyebutkan bahwa lebih baik membiarkan orang yang sakit, orang miskin dan kaum yatim mati saja. Orang Romawi berpandangan menolong orang yang lemah merupakan tanda orang yang lemah. Tetapi Kekristenan mengajarkan kasih kepada sesama dan musuh merupakan Hukum Tuhan yang pertama bagi setiap manusia.
Sepanjang sejarah, pemimpin-pemimpin Kristen tidak saja telah mempelopori perjuangan untuk melindungi hak-hak dan kebebasan politik, agama dan ekonomi,-tetapi juga telah mempelopori aksi-aksi amal/kemanusiaan kepada orang miskin dan yang berkebutuhan, termasuk pemeliharaan kesehatan.
Perpustakaan-perpustakaan biara memberi inspirasi untuk perkembangan universitas-universitas pertama di abad ke 12 dan 13.
Kekristenanlah yang melahirkan sains modern. Kekristenan yang melahirkan dan menciptakan sistim pendidikan modern dari TK sampai universitas. 122 universitas pertama yang didirikan di AS, misalnya, dibangun oleh institusi/Gereja (Protestan). Saat ini ada ratusan ribu sekolah Kristen (Katolik, Ortodoks dan Protestan) di seluruh dunia yang telah berpartisipasi dalam mengedukasi masyarakat. Pengaruh Kekristenan atas seni juga sangat besar dan tidak ternilai.
Institusi-institusi pemerintah yang pertama dan konsep kita tentang kemerdekaan, keadilan dan kesetaraan berakar dalam hukum Tuhan dan pola-pola alkitabiah. Kekristenan telah mempengaruhi kaum buruh dan kebebasan ekonomis. Bangsa Roma memandang rendah buruh fisik, tetapi orang Kristen purba menghormati kaum buruh, perdagangan dan keterampilan. Yesus adalah seorang tukang kayu, Paulus adalah seorang tukang tenda. Dalam 2 Tes 3:10, Rasul Paulus meninggikan derajat kaum buruh dengan mengatakan “Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan”. Nilai-nilai Alkitab tentang pekerjaan membentuk etos kerja dan bisnis peradaban Barat selama berabad-abad.
Kebenaran-kebenaran Alkitabiah dan ide-ide Kristen telah mempengaruhi setiap bidang kehidupan dan menggerakan serta menghasilkan transformasi besar dalam kampanye mengakhiri perbudakan, gerakan untuk demokrasi dan pemerintahan otonom dan usaha untuk mengartikulasikan ajaran internasional hak-hak asasi manusia. Kekristenan yang memainkan peran besar dalam menjamin hak-hak dan kebebasan manusia di Inggris, Eropa, Jepang, Korea Selatan, mantan Uni Soviet, bagian-bagian Timur Tengah dan AS. Kekristenan telah menjadi alat perubahan sosial. Kebebasan berbicara/berpendapat merupakan produk dari pandangan dunia Kristen.
Fenomena Gereja dalam Masyarakat Barat
Kekristenan yang membentuk peradaban Barat. Kepercayaan, prinsip-prinsip dan gagasan-gagasan Kristen telah mewarnai pikiran dan perasaan orang Barat. Barat menjadi superpower dalam segala hal karena dibangun dan ditopang diatas nilai-nilai Kekristenan. Tanpa kekristenan masyarakat Barat tidak akan pernah menjadi superpower.
Saat ini, Gereja masih memiliki pengaruh yang besar dalam masyarakat Barat. Akan tetapi, masyarakat Barat sedang meninggalkan dasar Judeo-Kristennya yang merupakan sumber utama pembangunan sosialnya. Pengaruh Kekristenan di masyarakat Barat (Eropa dan AS) semakin memudar. Barat sedang dalam masalah besar. Karena, tanpa kekristenan masyarakat (Barat dan dunia) akan kritis dan kacau.
Kalau Barat meninggalkan Kekristenan itu akan membahayakan nilai-nilai egaliter yang Kekristenan berikan pada dunia. Akan terjadi erosi nilai-nilai secara sistimatis terhadap doktrin egalitarianisme dan demokrasi yang humanis. Akan terjadi kemunduran moral yang telah menimbulkan keresahan politik dan sosial, ketidakpastian ekonomi, ketegangan rasial, krisis pendidikan, korupsi yang merajalela dan kurangnya kepemimpinan moral yang kuat.
Ada beberapa faktor yang membuat Gereja tidak lagi berpengaruh di masyarakat modern, yang membuat Gereja kehilangan pelayanan garamnya di sebuah bangsa: -Doktrin (teologi) yang tidak alkitabiah, -Perpecahan yang terus melanda Gereja, -Tidak memiliki watak seperti Kristus, -Kerusakan moral merajalela di dalam Gereja, -Kekudusan hidup tidak lagi menjadi norma dan standar hidup banyak jemaat, -Perceraian yang tinggi, -Banyak jemaat yang tidak melaksanakan kewajibannya pada gereja, Kristus dan dunia mereka; dan Gereja tidak mampu melawan propaganda kaum anti-Kris yang secara sistematis berusaha menghancurkan Kekristenan di Barat. Mereka cenderung berkompromi daripada mempengaruhi masyarakat kearah yang benar.
Kita harus sadar bahwa ada grand-design besar dari kaum anti-Kris untuk memarjinalkan dan menghapuskan pengaruh Kekristenan dari dunia/masyarakat. Kaum atheis sedang berusaha memaksakan keyakinan anti-Tuhan mereka pada kebudayaan. Mereka ingin membebaskan masyarakat Barat dari nilai-nilai Kristen (agama Kristen). Naturalisme (atheisme) didiktekan di sekolah-sekolah negeri dan membuang simbol-simbol Kristen dari masyarakat dan fasilitas pendidikan negeri. Kaum sekularis atheis semakin bersikap intoleran terhadap apapun yang bersifat Kristiani. Mereka membatasi kebebasan berbicara orang Kristen yang melawan perkawinan sesama jenis atau moralitas baru yang pro gerakan LGBT. Negara memaksakan agama atheisme pada kebudayaan. Kita telah melihat banyak contoh rekayasa sosial (seperti Nazisme, Fasisme dan Marxisme/Komunisme) dari kaum anti-kris di abad ini hanya mendatangkan bencana kemanusiaan saja.
Kejahatan menang apabila umat Tuhan tidak berbuat maksimal dan tidak (mampu) berperang melawan agenda kaum anti-Kris. Para aktivis pro LGBT (Gerakan Homo-Lesbi), misalnya, sedang memenangkan pertarungan untuk memajukan agenda jahat mereka karena mereka tidak menghadapi perlawanan yang kuat dari Gereja. Sebagai hasilnya di banyak “negara Kristen” perkawinan sesama jenis sudah dilegalkan. Kaum anti Kris yang berteriak paling keras yang sering didengar masyarakat. Tubuh Kristus terlihat pasif, memilih diam dan melepaskan diri/tidak terlibat dalam pertempuran untuk membela kebenaran Firman Tuhan. Gereja sangat tak berdaya dan ngawur karena 50% Gereja di Barat telah dibutakan imannya sehingga ikut melegalkan gerakan LGBT. Kalau kaum anti Kristen dan kaum Sekularis terus menang, maka nilai-nilai kudus keluarga akan diredefinisi kembali dengan norma-norma yang pro LGBT, akan terjadi restorasi terhadap pembunuhan anak bayi (seperti aborsi, pedofilia), penindasan terhadap kebebasan beragama dan berekspresi dan juga tirani politik.Toleransi dan kompromi akan mengabadikan penyakit sosial dalam masyarakat. Ini merupakan peperangan wawasan hidup (worldview), pertarungan antara Firman Tuhan dan pikiran anti-kris.
Tidak perlu diragukan lagi, peran gereja sebagai terang dan garam dunia menjadi dipertanyakan kalau di kantong-kantong Kristen sendiri angka perceraian, HIV-Aids, KDRT, perselingkuhan, narkoba, merokok, mabuk-babukan, kenakalan remaja, angka kemiskinan dan kriminalitas sangat tinggi. Di AS saja saat ini terdapat 100 juta orang yang terkena penyakit kelamin! Kita harus mempertahankan iman Kristen dan memperingatkan gereja apa yang sedang terjadi dalam kebudayaan yang sedang menjauh dari otoritas alkitabiah,
Bagaimanacaranya Gereja Mempengaruhi (kembali) masyarakat modern?
Seperti kata Luther, Gereja bukanlah gedung atau bangunan. Tetapi, persekutuan orang-orang percaya yang berada dalam masyarakat. Kalau kita mau menjangkau masyarakat, maka orang-orang dalam gerejalah (khususnya yang bekerja) yang akan menjangkau masyarakat. Orang-orang yang datang ke gerejalah yang akan masuk ke dalam dunia dimana mereka bekerja dan menjangkau masyarakat dengan Injil, yang harus kita utus untuk mempengaruhi dan mengubah masyarakat. Sebagai duta-duta Kristus, kita dipanggil untuk memperluas pengaruh Kerajaan Allah di dunia ini pada anggota-anggota keluarga, teman-teman, teman kerja dan tetangga kita. Kita dipanggil untuk menerangi, menggarami dan menyelamatkan dunia ini.
Bagaimanacaranya Gereja bisa lebih effektif membawa hikmat Allah kepada penguasa-penguasa dan pemerintah-pemerintah dan juga ke masyarakat umumnya? Bagaimana caranya kita memuridkan bangsa-bangsa dan membawa hati mereka kepada Tuhan? Dengan memperbaiki kualitas kehidupan di semua tingkatan dan menjadikan Gereja menjadi komponen penting/dominan dalam masyarakat. Dan, Gereja harus berperan dalam merekayasa masyarakat.
Gereja harus diperlengkapi dengan kebenaran Alkitab. Kebenaran yang memiliki kuasa/kekuatan untuk membebaskan masyarakat dari dusta-dusta dan penipuan Iblis. Kebenaran itu harus diproklamasikan/disaksikan di depan umum/ke masyarakat. Hanya apabila anggota-anggota Gereja memiliki iman personal kepada Yesus, taat kepada (ajaran-ajaran)-Nya dan berkomitmen mau berkorban bagi Tuhan, maka kepemimpinan Gereja di masyarakat akan terwujud dan perubahan sosial yang lebih besar dapat berkembang, sehingga Gereja mampu mempengaruhi masyarakat dengan lebih baik. Gereja akan mempunyai pengaruh positif atas masyarakat apabila kita bisa mengikuti teladan Kristus. Sehingga masyarakat hidup sesuai dengan Firman Tuhan dan mempraktekkan nilai-nilai Kristen (seperti iman, kasih, pengharapan, damai sejahtera, pelayanan, keadilan, sukacita, lemah lembut) dalam kehidupan sehari-hari.
Kita (Gereja dan pendeta khususnya) harus kembali kepada ajaran Alkitab yang biblikal, logis dan Protestan Injili karena Alkitab menegaskan “UmatKu binasa karena kurang akan pengetahuan ilahi”. Umat Tuhan harus menyediakan waktu untuk mempelajari Firman Tuhan setiap hari agar bisa mengenal dan tinggal dalam kebenaran.Sebagai duta-duta Kristus, terang kita harus bersinar di depan masyarakat sehingga mereka bisa menyaksikan perbuatan baik kita dan memuliakan Allah. Kehidupan sosial dan pribadi kita harus diselaraskan dengan iman, nilai-nilai, kebajikan, etika dan prinsip-prinsip Kristen.Gereja harus tegas mengajarkan tentang kekudusan, kemurnian dan gaya hidup yang berdasarkan Alkitab. Ajaran etis dan gaya hidup Kristus harus menjadi prinsip kehidupan sosial, model, norma dan mandat bagi kita yang diciptakan sesuai dengan citra Allah. Kita harus tegas mengajarkan apa yang Alkitab nyatakan.
Gereja harus bersatu agar bisa bekerjasama untuk menghasilkan perubahan yang lebih besar di masyarakat.
Gereja harus menjadi unsur dan kunci utama dalam menjangkau, mempengaruhi, membentuk dan mentransformasi individu, masyarakat dan suatu bangsa. Ada 10 bidang strategis yang harus didominasi atau ditransformasi oleh Gereja, agar peran/pengaruh Gereja bisa kuat yaitu: A = Arts (Kesenian). Ini mencakup melukis, drama, pembadutan, seni ukir/pahat, kerajinan tangan, perfiliman, karangan, dansa, puisi, olahraga dan musik; B = Business and Commerce (Bisnis dan Perdagangan);C= Church (Gereja); D= Distribution of Media (Distribusi Media). Ini mencakup Koran, TV, jurnalisme, internet, radio dan majalah; E= Education (Pendidikan): Sekolah, universitas, STT/seminari, akademi, kursus-kursus dan pelatihan informal; F = Family (Keluarga): Konseling, pemeliharaan kesehatan, konseling pranikah dan pascanikah, pengembangan anak; G= Government (Pemerintah): Semua lembaga negara dan unsur penegak hukum seperti: DPR/MPR, polisi, pengacara, politisi dan PNS; H = Health (Kesehatan/Pengobatan: termasuk di dalamnya RS, Poliklinik, klinik-klinik kesehatan);S= Science (Sains); T= Technology (Teknologi).
Institusi-institusi yang bisa mempengaruhi masyarakat. Karena itu, Gereja harus mendirikan lebih banyak institusi (pendidikan, kesehatan dll) dan LSM-LSM yang kredibel, kompeten dan profesional untuk melayani banyak aspek masyarakat.Kekristenan adalah agama kasih, yang menekankan kepedulian dan belas kasih pada orang miskin, janda-janda, yatim piatu dan orang-orang yang berkebutuhan (Kis 6:1). Gereja harus menyusun program kerja untuk meletakkan Gereja di garis terdepan masyarakat.
Gereja harus menjadi saksi profetis untuk membangun hubungan yang dekat antara apa yang Allah kehendaki dengan realitas sosial yang sedang terjadi dan berusaha mengupayakan keadilan sosial dan pembebasan bagi mereka yang tertindas. Membangun dialog antara kitab suci dengan realitas sosial harus menjadi misi Gereja agar bisa membuat Firman Allah relevan pada realitas dan pengharapan masyarakat. (Lukas 4:43; Yoh 17:18). Kesaksian profetis akan membuat Gereja menjadi agen transformasi sosial, seperti yang dilakukan suara-suara lain seperti kelompok-kelompok penekan, politisi-politisi, perusahaan-perusahaan nasional dan multinasional, LSM, institusi-institusi internasional, akademisi-akademisi, dan orang-orang berpengaruh lainnya seperti musisi-musisi. Gereja harus terlibat dalam diskursus publik untuk mengupayakan hak-hak, keadilan, kebenaran, perdamaian dan menjamin kesejahteraan sosial, ekonomi dan politik masyarakat.
Gereja bertanggung-jawab untuk meghadirkan kebenaran, keadilan, hak-hak dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik. Gereja harus terlibat dalam masalah pembaharuan sosial dan keadilan sosial; harus menggemakan suara profetisnya dalam mengatasi sistim-sistim yang egoistis.Gereja tidak boleh mengabaikan sistim-sistim yang egoistis yang membuat penderitaan umat manusia. Gereja tidak boleh membiarkan ketidakadilan, diskriminasi, korupsi terorganisir, mismanajemen, dekadensi moral, dendam, saling ketidakpercayaan dan konflik.
Gereja juga harus memperbanyak program pelatihan kepemimpinan untuk mempersiapkan pemimpin-pemimpin baru agar bisa berperan dalam bidang-bidang strategis kehidupan seperti dalam politik dan pemerintahan agar bisa melakukan transformasi melaui institusi-institusi formal. Kita perlu melihat lebih banyak pemimpin Kristen berdiri dengan lebih berani dan tanpa malu dan bersikap tanpa kompromi dalam hal worldview dan otoritas Firman Tuhan. Gereja harus menjadi pusat warga-negara yang unggul. Gereja harus mampu memberi solusi bagi pembuat kebijakan nasional dalam mengatasi problem-problem sosial-ekonomi yang sistemik.
Saudara dan saya adalah agen perubahan. Kita harus mempengaruhi masyarakat dengan pesan pengharapan. Kebijakan-kebijakan dan solusi yang dibuat manusia telah terbukti tidak berhasil. Gereja harus memberikan solusi-solusi yang diinsipirasi dari Firman Tuhan. Gereja harus segera merubah sikap dan fokusnya yang introvert dan apatis dan mulai bersikap aktif dan agresif memproklamasikan Firman Allah di dalam masyarakat. Kita harus menyebarkan kabar baik keseluruh dunia sehingga kita bisa membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik untuk generasi berikutnya, anak-anak kita dan cucu-cucu kita.Gereja harus keluar dari zona nyamannya agar merespons jeritan-jeritan kemiskinan dan kesengsaraan masyarakat. Gereja yang hidup tidak hanya berbicara dan mendengar, tetapi berbuat. Dalam keadaan krisis, Gereja dipanggil untuk berbuah (Yoh 15:16). Gereja harus berbuat yang lebih konkrit, memberi solusi dan “memberi makanan” kepada orang yang membutuhkannya (Luk 9:13). Amin! (DBS)
Pdt. Elsen Tan, M.Div, adalah Ketua Sinode Gereja Reformed Kharismatik Indonesia (GRKI), Jakarta.