Gerak(k)an Gereja Membangun Bangsa ini!

0
5515
Ephorus HKBP Pdt. Willem TP Simarmata M.A

Ephorus HKBP Pdt. Willem T.P. Simarmata, M.A

“Indonesia sebagai sebuah bangsa masih dalam “proses menjadi” atau “proses membangun”. Atau dalam “proses mencari jati-diri/identitas”. Dalam “proses dan dialektika menjadi” tersebut Iman Kristen dan Umat Kristen Protestan telah memberikan kontribusi cukup besar,  signifikan dan positif dalam hampir semua bidang strategis kehidupan. Misalnya dalam bidang pendidikan, pelayanan kesehatan, pembangunan moralitas masyarakat, kerja sama antar agama dan lain-lain. Potensi umat Kristen sudah sangat besar, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Sehingga kalau lebih disinergikan dan diakselerasi lagi bisa menghasilkan kreatifitas dan produktifitas yang sangat dahsyat untuk pembangunan dan kemajuan bangsa kita. ” demikian dikemukakan Ephorus HKBP Pdt. Willem T.P. Simarmata, M.A. kepada Tabloid Tritunggal dan Suara Kristen di sela-sela acara sebuah diskusi di Jakarta baru-baru ini.

“Bahan dasar atau infrastruktur yang digunakan dalam membangun sebuah bangsa bukanlah semen, batu, mortir, kekayaan yang besar, gudang senjata atau angkatan bersenjata yang kuat, -walaupun hal-hal ini penting, tetapi aspek yang paling mendasar dalam pembangunan sebuah bangsa adalah dalam hal nilai-nilai, ide-ide, prinsip-prinsp, filsafat hidup, pandangan dunia atau ideologi.. Untuk menjadi sebuah bangsa, suatu komunitas atau masyarakat harus memiliki unsur-unsur pokok seperti kesatuan politik, integritas wilayah, satu pemerintah, satu konstitusi, satu hukum umum, suatu sarana transportasi yang hidup dan sarana komunikasi yang mudah. Semua elemen dan entitas politik nasional/kebangsaan kita harus direkonstruksi dan direposisi di atas dasar ideologi dan filsafat Pancasila yang sudah kita terima final sebagai gentleman agreement dan platform untuk kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan bernegara di Republik ini. Karena itu, Gereja harus semakin fokus terlibat aktif memberikan kontribusi khususnya dalam pembangunan dan pengembangan dunia ide dan nilai-nilai.”tegasnya dengan penuh antusias.

“Kita harus sadar bahwa tugas dasar kita sebagai warga negara adalah untuk memperjuangkan pembangunan bangsa melalui pembentukan karakter bangsa/rakyat. Karakter dasar kebangsaan yang harus terus kita gaungkan dan perjuangkan adalah kasih, keadilan, kesetaraan, harmoni/keselarasan sosial, persaudaraan, solidaritas, kebersamaan dan kerja-sama (gotong-royong) sebagai sesama anak bangsa,

Karena kita diberi mandat untuk membawa kerajaan Allah ke dalam dunia ini, maka setiap orang Kristen harus berkontribusi dalam pembangunan bangsa. Umat Kristen harus berjuang dan bertanggung-jawab untuk membangun bangsa Dengan demikian Gereja harus mampu melakukan transformasi sosial. Agama, budaya, perdamaian, semuanya saling berkaitan. Gereja harus terlibat aktif dalam rekonsiliasi dan integrasi bangsa, dalam mengawasi dan menetralisir instabilitas politik yang disebabkan oleh perbedaan budaya dan peradaban. Umat Kristen adalah orang yang berpengharapan dan berpikiran sangat positif, kita telah berdoa dan bekerja keras selama 68 tahun ini untuk perubahan dan pembangunan di negara kita. Kita telah menunggu begitu lama. Akan tetapi Tuhan mempunyai waktunya sendiri.

Pemerintah, Gereja dan politisi-politisi mempunyai tanggung-jawab yang sama. Kita ditempatkan Allah di Republik ini untuk menjadi “pusat” dan “jantung” pembangunan masyarakat. Masalah-masalah yang sedang kita hadapi sekarang seperti semakin membudayanya KKN, kekerasan, dan intoleransi adalah karena problem karakter. Kalau Gereja membentuk masyarakat, khususnya dimulai dari anak-anak, Indonesia bisa menjadi lebih baik lagi.

Karena itu, Gereja harus mempertahankan nilai-nilai penghormatan kepada orang-tua, guru dan nilai-nilai keluarga. Dan Gereja harus mewaspadai ancaman materialisme terhadap nilai-nilai keluarga dan moralitas. Gereja harus terbuka bagi semua orang, mengusahakan perdamaian, kesejahteraan bangsa, dan tidak terlibat konflik horizontal. Gereja harus hidup harmonis dalam konteks pluralitas suku, budaya, tradisi, bisnis, politik, agama dan bahasa. Kita harus memahami perlunya toleransi beragama dan kerja-sama antar agama. Kita harus memandang citra Allah dalam diri setiap orang.

Di waktu yang akan datang, suara kita harus semakin didengar. Kita harus sering diajak konsultasi. Saat ini cukup banyak orang Kristen di DPR, kita bisa menyampaikan aspirasi dan pendapat kita. Kita harus berusaha agar semakin banyak orang Kristen yang melayani di dunia politik. Kita harus memotivasi umat Kristen untuk terlibat dalam proses politik untuk membawa perubahan dan melindungi arah moral bangsa dengan mendidik dan memberdayakan gereja dan masyarakat.

Kalau kita ingin terjadi perubahan, kita harus bertobat dari immoralitas, korupsi dan skandal-skandal. (2 Tawarikh 7:14, “Dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka.) Kalau kita melakukan apa yang Tuhan perintahkan, Tuhan akan memberkati kita. Orang Kristen harus menjadi warga Negara dan hamba Tuhan yang sejati, sungguh-sungguh, tulus, unggul secara akademis, promotor perdamaian dan menjadi warga teladan dan kebanggaan bangsa.

 

Gereja merupakan kunci berkat bagi seluruh bangsa kita. Itu berarti berkat-berkat Tuhan pada bangsa kita tergantung kepada gereja dan kita dan aksi iman kita! Saat ini kita sedang ditantang untuk mendefinisikan ulang peran gereja dalam masyarakat yang sedang berubah. Tiga peran dasar Gereja dalam masyarakat Indonesia saat ini adalah untuk memberi kesaksiaan tentang kasih dan kuasa Tuhan (evangelisasi); untuk membawa perdamaian, keadilan dan belas-kasih; dan menciptakan kesejahteraan bagi seluruh anggota masyarakat (humanisasi).

 

Untuk itu, Gereja saat ini harus menjadi investor, developer dan transformator dalam segala bidang strategis.Kita harus membangun lebih banyak sekolah, univeritas, rumah-sakit, pusat-pusat pelatihan, pusat-pusat pengembangan SDM, pusat-pusat konseling, dan lain-lain. Gereja bisa berkontribusi besar dan banyak. Indonesia sangat membutuhkan kita, kita harus tahu darimana untuk memulainya, yaitu dari Gereja/Rumah Tuhan (gereja sebagai sebuah institusi) dan dari keluarga-keluarga Kristen. Sinode-sinode Gereja, yayasan-yayasan pendidikan, rumah-sakit, ormas dan setiap orang Kristen harus mau bekerja dan berpikir lebih keras dan bekerja sama secara aktif dan progesif dalam pembangunan bangsa Indonesia ke depan. Gerakkan dan sinergikan gereja-gereja untuk membangun bangsa ini, maka kita akan menyaksikan transformasi dan revolusi sosial yang besar, dahsyat dan progresif dalam masyarakat dan bangsa kita. Karena itu saya mengusulkan agar pergumulan utama gereja-gereja dalam dasawarsa ini adalah “Gerak(k)an Gereja Membangun Bangsa”.’paparnya ketika mengakhiri percakapan singkatnya dengan Tritunggal. (Hotben Lingga)