Fundamentalisme Protestan dan Lobby Pro-Israel

0
2436

Oleh: Hotben Lingga

FrikirkenTønsberg Banyak orang  Protestan konservatif (fundamentalis/Injili) telah lama mendukung bangsa Israel dan mempengaruhi kebijakan luar negeri AS di Timur Tengah. Dukungan kaum konservatif pada Israel selama ini yang menentukan arah kebijakan AS. Dari sejak berdirinya AS, kaum konservatif senantiasa memposisikan diri sebagai sahabat sejati dan dermawan bagi orang Yahudi dan bangsa Israel, melebihi bangsa manapun di muka bumi ini.

Kita hampir tidak bisa membicarakan kebijakan luar negeri AS terhadap Israel tanpa menyebut kaum Protestan Injili. Kaum Protestan Injili telah memainkan peran besar dalam penciptaan negara modern Israel. Mereka merupakan pendukung utama pada zionisme Krsiten di abad 19. Umat Kristen Protestan Injili di AS tidak saja berdoa untuk Israel (karena mereka percaya rencana kekal Tuhan adalah untuk memberkati dunia ini melalui Israel, karena “keselamatan datang dari bangsa Yahudi” (Yoh. 4:22) dan “Pada hari-hari yang akan datang, Yakub akan berakar, Israel akan berkembang dan bertunas dan memenuhi muka bumi dengan hasilnya” (Yesaya 27:6)), mereka mendonasikan  ratusan juta dollar untuk karya sosial dan sekolah-sekolah Israel, mengadakan kampanye-kampanye untuk mendukung Negara Yahudi, membentuk kelompok-kelompok lobby khusus dan petisi kepada pemerintah AS untuk mengadopsi kebijakan-kebijakan yang pro Israel. Pendeta-pendeta Injili di AS secara terus menerus mengingatkan jemaat mereka untuk mendukung Israel baik melalui doa maupun aksi politik, bahkan mengarahkan jemaatnya untuk memilih calon politisi yang pro-Israel dalam pemilu-pemilu.
Dukungan terhadap Israel semakin menguat setelah serangan teroris 11 September (9-11). Mengapa? Jawabannya sangat sederhana. Bangsa Israel memiliki mandat biblikal untuk menduduki dan menguasai tanah Israel.

Mengapa Banyak Orang Protestan konservatif mendukung Israel

 

Israel bagi kaum Protestan konservatif adalah sebuah bangsa yang khusus bagi Tuhan. Dalam Ulangan 7:6-8, ditegaskan,”Sebab engkaulah umat yang kudus bagi Tuhan, Allahmu;engkaulah yang dipilih oleh Tuhan, Allahmu, dari segala bangsa di atas muka bumi untuk menjadi umat kesayanganNya. Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa manapun juga, maka hati Tuhan terpikat olehmu dan memilih kamu–bukankah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa? Tetapi karena Tuhan mengasihi kamu dan memegang sumpahNya yang telah diikrarkanNya kepada nenek moyangmu, maka Tuhan telah membawa kamu keluar dengan tangan yang kuat dan menebus engkau dari rumah perbudakan, dari tangan Firaun, raja Mesir.”

Baca juga  Indonesian American Lawyers Association (IALA) Sampaikan AMICUS CURIAE Kepada Mahkamah Konstitusi RI  

Jadi, kaum Protestan konservatif mendasarkan dukungan sepenuhnya pada Israel karena mendasarkan diri pada perintah Alkitab, khususnya dalam Kejadian 12:3, dimana Allah memberitahu Abraham, Bapak Bangsa Yahudi, “Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau.”  Mereka juga menunjuk Alkitab yang menyatakan bahwa Orang Yahudi merupakan bangsa pilihan Tuhan (Mazmur 33:12), dan menekankan peran Israel di akhir zaman. Bangsa dan Negara Israel telah terbentuk sejak tahun 1020 SM ketika Saul menjadi raja Israel yang pertama di tanah Perjanjian (Kanaan). Sejak tahun 550 SM – 1948 M, bangsa Israel mulai dijajah dan ditaklukkan secara silih berganti oleh 26 bangsa besar (Yerusalem diratakan ke tanah selama 5 kali). Karena itu, berbicara melawan bangsa Israel dengan cara apapun dipandang akan mendatangkan murka Tuhan.

Terlebih lagi, karena Alkitab mencatat bahwa Allah yang memberikan tanah Israel kepada bangsa Yahudi dan berjanji menopang mereka di negeri itu, banyak kaum Protestan konservatif percaya bahwa orang Yahudi memiliki hak ilahi untuk menempati kembali tanah air historis mereka, sekalipun itu berarti membangun pemukiman di wilayah perselisihan. Mereka sering memandang resolusi-resolusi PBB melawan Israel sebagai usaha-usaha sekuler dan anti-semitis untuk mengusir orang Yahudi dari warisan syah mereka, menghilangkan hak keselamatan dan penentuan nasib sendiri. Kaum Injili sering percaya adalah tugas mereka untuk menggunakan aksi politis mereka untuk menghentikan tindakan-tindakan anti-semitis seperti itu, kalau tidak mereka akan menghadapi penghakiman Tuhan karena menolak membantu kaum Yahudi.

Allah Israel adalah Zionis pertama. Sebagai pemilik tanah yang asli, Dia memberi Abraham, Ishak dan Yakub dan keturunannya tanah Israel selama-lamanya. Acuannya fakta-fakta Alkitab berikut ini:

  1. Semua bangsa lain diciptakan oleh penetapan(tindakan, keputusan) manusia; Israel diciptakan oleh penetapan/keputusan/tindakan Allah. (Kej. 12:1-3)
  2. Allah sendiri yang mengadakan perjanjian dengan darah (yang bersifat kekal dan tak bersyarat) dengan Abraham. Dalam perjanjian ini, Allah memberikan kepada orang Yahudi mandat biblikal untuk memiliki tanah itu selamanya (Kej. 15:8-21).
  3. Batas-batas Israel dicatat dan dinyatakan dalam Firman Tuhan (Kej. 15:18-21 dan Yehezkiel 47:13 dan Yehezkiel 48:1-29)
  4. Allah secara pribadi telah bersumpah untuk melindungi dan membela bangsa Israel (Maz 121:4 dan Yehezkiel 38:18-23).
  5. Allah mendesain bendera Israel dan berjanji mengumpulkan kembali orang-orang Yahudi ke negeri perjanjian di bawah bendera itu. (Yesaya 11:12)
  6. Allah Jehovah berjanji Israel akan diciptakan ulang dalam sehari (Yesaya 66:8). Hal ini menjadi kenyataan pada 15 Mei 1948 ketika PBB mengumumkan pengakuan resmi atas Negara Israel.
  7. Tuhan telah memilih bangsa Israel dan bangsa Yahudi sebagai harta pusakaNya/milikNya sendiri. (Maz. 33:12)
Baca juga  Spektakuler! Ini Daftar Lengkap Artis yang Meramaikan HSS Series 5 Jakarta di GBK

Kaum Protestan konservatif memang tidak mendukung semua yang dilakukan Israel, tetapi lebih mendukung hak Israel untuk eksis dan membela dirinya. Allah akan menggenapi janji-janjiNya dan perjanjianNya dengan Israel. Allah masih memiliki sebuah rencana untuk Israel. Celakalah mereka yang berusaha menggagalkan rencana itu: “Siapapun yang mengutuk engkau akan Aku kutuk.”(Kej. 12:3)

Pengaruh Politis

Dengan sekitar 100 juta orang pengikut di AS, kaum Protestan Injili pasti memiliki bobot politis yang kuat untuk mempengaruhi keputusan luar negeri AS. Dukungan kaum konservatif kepada Israel sudah final, kokoh dan tidak ada tawar menawar lagi.Mereka membentuk kelompok-kelompok strategis dan mendukung secara finansial politisi-politisi pro Israel. Antara tahun 1982-2006, AS memveto 32 resolusi PBB yang mengkritik tindakan Israel. AS juga mengirim lebih banyak dana bantuan luar negeri kepada Israel daripada negara manapun. Lobby-lobby kelompok Protestan konservatif ini sebenarnya lebih kuat dari kelompok-kelompok lobby Israel sendiri. Pada tahun 2006, ketika terjadi konflik Israel dengan Hamas-Hizbullah, 3400 tokoh sentral Injili berkumpul di Washington DC untuk mendesak pemerintah AS mendukung Israel. Salah satu kelompok Lobby Protestan Injili, Christians United for Israel (Persatuan Kristen untuk Israel) mengadakan kegiatan bulanan untuk memantau perkembangan terakhir di Israel sambil mendistribusikan pita-pita dan lencana-lencana dukungan untuk dipakai anggota-anggotanya

Kontroversi

Tentu saja, dukungan kaum Injili yang begitu kuat untuk Israel menimbulkan kontroversi dan kebingungan-kebingungan. Pertama-tama, kaum Yahudi menolak ajaran inti iman Krsiten, yaitu bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah dan Sang Mesias, dan banyak orang Yahudi yang sangat menentang usaha-usaha orang Kristen untuk menobatkan atau menginjili mereka. Beberapa komunitas Yahudi ortodoks bahkan menolak sumbangan kemanusiaan dari orang Kristen karena alasan ini.

Kedua, kaum Injili jarang mempertanyakan keadaan atau menawarkan bantuan bagi orang Kristen Palestina yang tinggal di Tepi Barat dan Gaza, meskipun mereka sama imannya sebagai sesama Kristen.

Baca juga  Komite Dewan Pengawas BPJS Ketenagakerjaan dan APINDO Gelar "Expert Talk Dewan Pengawas BPJS Ketenagakerjaan", Tema: Strategi Pengawasan Memastikan Keberlanjutan Program di era Digital. Sustanability - Solvability - Hospitality

Ketiga, sementara kaum Protestan Injili umumnya memilih partai Republik, banyak orang Yahudi Amerika yang memilih Partai Demokrat dan melawan kaum Injili dalam isu-isu sosial seperti masalah aborsi.

Keempat, banyak kaum Injili yang tidak mengindahkan PBB dan resolusi-resolusinya. Mereka menyebut banyak resolusi PBB yang bias dan tidak adil terhadap Negara Israel, sehingga harus diveto.

Isu Kompleks

Tidak diragukan lagi, konflik Israel dengan tetangga-tetangganya merupakan isu kompleks dan sangat sensitif. Namun, tidak dapat disangkal, lobby kaum Injili pro Israel yang menentukan arah kebijakan luar negeri AS dan mereka akan terus membela Israel, karena kaum Injili menganggap diri mereka sebagai Israel yang baru atau Israel rohani yang juga diberi mandat oleh Allah untuk menjaga dan menopang Israel dari serangan musuh-musuh mereka. Mereka berpandangan bahwa AS menjadi bangsa superpower dalam segala hal karena dari sejak awal berdirinya Negara AS, mereka senantiasa dan ditentukan oleh Allah untuk memberkati dan menopang Israel. Mereka mengkritisi pemerintahan Obama yang kini setengah hati mendukung Israel, sehingga AS kurang diberkati lagi dan kini semakin mengalami krisis. Sehingga, salah satu cara keluar dari krisis adalah dengan tetap memberkati dan mendukung Israel agar diberkati oleh Allah Israel lagi.

Sementara itu, saat ini ratusan juta kaum Protestan liberal mengambil posisi berseberangan dengan kaum Protestan konservatif. Kaum Protestan liberal bersikap anti terhadap Zionisme Israel. Dewan Gereja-gereja di AS, yang berhaluan liberal, baru-baru ini mendistribusikan lebih dari 45 juta brosur yang isinya mengecam kelompok Zionisme Kristen. Kaum liberal sering mencerca aksi-aksi Israel terhadap masyarakat Palestina dan memboikot produk-produk Israel. Kaum Protestan liberal berpandangan bahwa klaim Zionisme terhadap “Tanah Perjanjian” bersifat ideologis-mistis dan utopia, karena itu mereka tidak mendukung Zionisme Israel. Bagi kaum Liberal, konflik antara keturunan Ishak dan Ismael harus segera diakhiri, harus direkonsiliasi. Tanah Kanaan atau tanah Israel atau apapun namanya haruslah menjadi tanah perdamaian, taman firdaus bagi kedua belah pihak (Israel dan Palestina). Keturunan Ishak dan Ismael harus bisa dan mau hidup berdampingan sebagai anak-anak Abraham yang diberkati Allah, yang mau saling menerima, saling mengampuni, saling membangun dan saling mengasihi.(DBS)