Program Ganjar-Mahfud Perjuangkan Guru Ngaji dan Pengajar Keagamaan
Oleh : *Rika Sudjiman*
Program Ganjar-Mahfud soal insentif untuk guru ngaji dan pengajar keagamaan memang bukan gagasan yang muluk-muluk. Namun sekali lagi ini justru memperlihatkan kepekaan mereka dalam menyelesaikan permasalahan sosial yang sebenarnya ada di depan mata.
Bayangkan saja, sudah pasti kita mengenal profesi guru ngaji. Kita pun mempercayakan anak-anak kita mengangsu ilmu pada mereka. Namun tak banyak dari kita atau bahkan pemerintah sekalipun yang menaruh perhatian khusus pada kesejahteraan hidup mereka.
Banyak dari para guru ngaji yang menjalani aktivitasnya tanpa mendapatkan upah sama sekali. Ada yang sambil jualan kangkung keliling, jajanan, atau menjadi kuli tani. Kondisi inilah yang ditangkap pasangan capres cawapres nomer urut tiga Ganjar-Mahfud, dan akan mereka perjuangkan lewat program insentif guru ngaji.
Di hari pertama kampanye resminya di Kota Sabang, Aceh, Mahfud MD pun menjelaskan soal program ini. Menurutnya, guru ngaji akan mendapatkan gaji Rp. 1 juta setiap bulan. Selain agar aktivitas mereka semakin optimal, kesejahteraan mereka juga akan meningkat.
Aku bukan guru ngaji. Tapi mendengar mereka mendapatkan perhatian semacam ini, entah kenapa aku ikut senang. Kita tahu, selama ini guru ngaji bukan hanya mengenalkan huruf-huruf hijaiyah pada anak-anak, namun juga menanamkan nilai-nilai moral. Mereka menyisihkan waktu, menyumbangkan tenaga dan kesabarannya untuk membekali anak-anak suatu nilai kebaikan. Tapi apresiasi yang mereka dapatkan, masih sangat rendah.
Sekarang harapan baik itu muncul. Bahkan bukan hanya guru ngaji saja, para pengajar non formal keagamaan lain juga mendapatkan insentif yang sama. Seperti misalnya pengajar di gereja, dan lain-lain.
Keyakinan bahwa program ini akan benar-benar dijalankan, adalah ketika aku tahu bahwa gagasan tersebut rupanya sudah diterapkan Ganjar saat masih di Jawa Tengah. Ada kurang lebih 200.302 guru ngaji yang merasakan manfaat itu. Artinya, secara mekanisme Ganjar sudah memahami betul. Ia tinggal memindahkan saja untuk skala yang lebih luas.
Memang tidak ada pemimpin yang sempurna, tapi kita bisa menilai keseriusan mereka dalam menyelesaikan persoalan lewat gagasan-gagasannya. Jika tugas pemimpin menghadirkan rasa keberadilan untuk mencapai kesejahteraan, ke situlah sesungguhnya arah kepemimpinan kandidat nomer tiga ini menuju.