Waspadai Bahaya Kanker Kepala Leher!
Jakarta, Suarakristen.com
Dalam rangka memperingati Hari Kanker Kepala dan Leher sedunia pada hari ini, Indonesian Cancer Information and Support Center Association (CISC), didukung oleh PT Merck Tbk, mengadakan edukasi virtual dengan tema “Waspadai Bahaya Kanker Kepala Leher!”. Kegiatan ini diadakan sebagai upaya dalam mengedukasi masyarakat tentang kanker kepala dan leher serta pentingnya melakukan deteksi dini untuk mendapatkan pengobatan yang tepat, serta memberikan dukungan kepada para penderita dan keluarga.
Kanker kepala dan leher adalah salah satu masalah kesehatan mengkhawatirkan baik bagi laki-laki maupun perempuan. Berdasarkan data GLOBOCAN 2020, di dunia tercatat lebih dari 900.000 kejadian baru kanker kepala dan leher, dimana Indonesia sendiri menyumbang lebih dari 30.000 kasus baru setiap tahunnya.
Terdapat banyak faktor yang meningkatkan risiko terjadinya kanker kepala dan leher ini, seperti faktor genetik, gaya hidup, dan lingkungan. Pengaruh faktor genetik dapat dilihat pada kejadian jenis kanker tertentu, misalnya kanker nasofaring, lebih banyak terjadi di Asia dibandingkan di Eropa. Faktor gaya hidup yang meningkatkan risiko kanker ini antara lain kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, makanan berpengawet ataupun higienitas mulut yang buruk. Faktor lingkungan yang dapat diamati anntara lain paparan bahan kimia dan radiasi pada daerah kepala dan leher, infeksi Human Papilloma Virus dan Epstein-Barr Virus.1
Masyarakat perlu waspada jika mengalami gejala-gejala berikut, seperti sakit tenggorokan, suara serak, ada benjolan di leher, sakit di bagian lidah, mengalami sariawan atau adanya bercak merah/putih di rongga mulut atau lidah yang tak kunjung membaik, nyeri dan kesulitan menelan lama, serta mengalami hidung tersumbat yang menetap pada salah satu bagian hidung dan keluar darah dari hidung terus-menerus.1
Prof. Dr. dr. Soehartati Argadikoesoema Gondhowiardjo, Sp.Rad(K), Onk.Rad. selaku salah satu pembicara ahli pada edukasi virtual tersebut, menjelaskan, ”Pada kanker kepala dan leher, pencegahan primer dapat dilakukan dengan menghindari faktor risiko. Tindakan prevensi merupakan pendekatan utama pengendalian kanker yang paling penting dan paling cost-effective, jika dibandingkan dengan tindakan pengobatan yang mahal. Deteksi dini merupakan tatalaksana yang paling efektif yang penting untuk dilakukan dengan cara mengenali faktor risiko dan gejala kanker kepala dan leher sedini mungkin. Semakin cepat kanker terdeteksi dan semakin cepat ditangani, maka semakin tinggi pulalah kesempatan untuk sembuh dan menghindari komplikasi lebih lanjut.”
Pengobatan kanker kepala dan leher tergantung dari lokasi, jenis, stadium kanker, dan juga kondisi pasien secara keseluruhan. Terapi bedah, terapi radiasi dan terapi sistemik merupakan pilar pengobatan kanker.2 Pada kesempatan yang sama, dr. Nadia Ayu Mulansari, Sp.PD-KHOM menjelaskan, “Tatalaksana pengobatan kanker kepala leher dapat ditentukan berdasarkan kondisi pasien serta tingkat kegawatan kankernya. Pilihan terapi ditentukan berdasarkan pemeriksaan lebih lanjut terhadap karakteristik tumor, komorbid yang diderita pasien serta profil toksisitas. Pilihan terapinya bervariasi mulai dari pembedahan, radiasi, kemoterapi, terapi target dan imunoterapi, atau bahkan kombinasi terapi.”
Lebih dari 80% kanker didiagnosis dengan stadium lanjut.3 Oleh karena itu, pencegahan, skrining dan deteksi dini penting untuk dilakukan. Penatalaksaan kanker yang komprehensif dengan tim multidisiplin disertai dengan kemajuan teknologi pengobatan kanker saat ini di Indonesia juga berkontribusi penting dalam meningkatkan keberhasilan terapi dan kesembuhan pasien kanker.
Aryanthi Baramuli Putri, Ketua Umum CISC menyampaikan, “Prevalensi kanker kepala leher di Indonesia yang terus meningkat menjadi perhatian khusus bagi CISC untuk mengajak masyarakat agar lebih waspada dan tidak mengabaikan tanda-tanda penyakit ini dengan melakukan deteksi dini – mengingat gejala kanker kepala leher dapat terlihat jelas ditubuh pasien dan sangat mempengaruhi kegiatan sehari-hari seperti makan, minum, dan berbicara. Sehingga ketika mulai mengalami gejala, perlu memeriksakan diri lebih lanjut ke dokter. Selain itu, kegiatan hari ini juga merupakan bentuk dukungan kami kepada para penderita kanker kepala leher dan keluarga dalam menghadapi penyakit ini. Untuk kemudian juga menginspirasi yang lainnya dalam membagikan informasi dan edukasi penting seputar kanker kepala leher sembari saling belajar dan memberikan dukungan satu sama lain”
Mendukung kegiatan edukasi online ini, Evie Yulin selaku Presiden Direktur PT Merck Tbk, mengatakan “Sebagai perusahaan yang bergerak dalam sektor kesehatan, Merck memiliki komitmen untuk bisa berkontribusi dalam memberikan edukasi yang berkesinambungan kepada masyarakat tentang kesehatan, tidak terkecuali deteksi dini kanker kepala leher. Untuk itu, dalam rangka memperingati hari kanker kepala dan leher sedunia, kami merasa senang dapat bermitra dengan CISC untuk meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan mengenai bahaya kanker kepala leher. Hal ini sejalan dengan tujuan bisnis healthcare Merck, As One for Patients, yaitu membantu menciptakan kehidupan, meningkatkan kualitas hidup, serta memperpanjang usia hidup pasien, termasuk pasien kanker kepala leher.”
-SELESAI –
Tentang Indonesian Cancer Information and Support Center Association (CISC)
CISC merupakan komunitas kanker yang berpusat di Jakarta sejak tahun 2003 memiliki cabang di sebelas kota yaitu Sulawesi Utara (Manado), Batam, Semarang, Sumatera Barat (Padang), Yogyakarta, Sulawesi Selatan (Palembang), Kalimantan Tengah (Palangkaraya), Kalimantan Timur (Samarinda), Kalimantan Selatan (Banjarmasin), Sumatera Utara (Medan) dan Bengkulu dengan Visi menjadi lembaga unggulan dalam memberikan dukungan serta layanan informasi pada masyarakat kanker dan awam menuju “Indonesia Peduli Kanker”.
Misi dari CISC:
1. Memberikan dukungan moral, emosional dan sosial bagi penderita maupun keluarga.
2. Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang kanker, pentingnya deteksi dini dan Pola hidup sehat & bersih.
3. Memfasilitasi hubungan harmonis antar berbagai pihak yang terlibat dalam penanganan kanker.
4. Menyediakan informasi yang tepat dan terkini tentang kanker.
5. Membentuk dan memperkuat jaringan internal dan eksternal untuk mendukung kegiatan lembaga.
(Hotben)