Pengalaman dan Kesaksian Menjadi Ketua Pemuda Katolik Komisariat Anak Cabang Siberut Utara.
Saya Agustinus Aris Sailo, lahir di Paipajet Hulu, 09 Agustus 1991 Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Putra Sulung dari Alm. Laurensius Ilona Sailo dan Egawati Maneanbuk Sabere. 5 Bersaudara. Saya alumnus Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Saya umat paroki St. Stella Maris, Betaet, Siberut Barat, Kepulauan Mentawai, Keuskupan Padang.
Awal mula masuk di Pemuda Katolik ketika Komisariat Cabang Kabupaten Kepulauan Mentawai resmi dibuka dan dikukuhkan oleh KOMDA Padang pada Juli 2017. Pada bulan Agustus 2017 Ketua Komcab Kepulauan Mentawai, Mespin Zulian Samaloisa menunjuk dan mengukuhkan panitia Mapenta dan Muskomac Siberut Utara.
Berdasarkan hasil musyarawah disepakatilah pemilihan ketua dan pengurus dilaksanakan dengan pemungutan suara secara terbuka. Hal itu dilakukan biar adil dan tidak ada yang merasa dicurangi. Hasil pemungutan suara para peserta mapenta tersebut dari sekian calon ketua mempercayakan saya untuk mengemban tugas dalam menahkodai kapal Pemuda Katolik Komisariat Anak Cabang Siberut Utara.
Sebagai organisasi baru di Mentawai tentu harus banyak belajar dari para senior, dari DPP, Pastor dan kelompok kategorial lainnya. Namun demikian bukan tidak ada halangan. Awal saya memimpin ada tantangan-tantangan yang saya hadapi.
Ada juga yang pesimis bahwa saya tidak bisa memimpin Pemuda Katolik ini karena masih baru dan tidak mengenal karakteristik penduduk asli. Sangat disayangkan, suara semacam itu justru datang dari dalam gereja, dari Seksi Kepemudaan DPP.
Persoalan semacam itu, saya tanggapi dengan santai, saya hanya mengatakan saya adalah produk hasil pemungutan suara dalam forum, kita telah berkompetisi dengan adil. Saya pun tidak berambisi untuk menjadi ketua. Hanya desakan dari peserta mapenta dan muskomac, artinya mereka menaruh kepercayaan kepada saya untuk menahkodai Pemuda Katolik ini.
Saya tidak berpikir untuk mengambil hak penduduk asli, yang saya berpikir bagaimana organisasi ini dapat menjadi wadah pembentukan kader-kader yang dapat berkonribusi untuk gereja dan masyarakat. Tentu saya tidak bisa berjalan sendirian tanpa dukungan saudara/I, bapak/ibu/romo/suster dan para stakeholder lainnya. Mari kita jadikan organisasi ini semata-mata untuk kemuliaan Tuhan yang lebih besar (AMDG) bukan untuk mencari keuntungan diri pribadi apa lagi untuk mecari ketenaran. Bukan itu tujuan saya.
Untuk membuktikan eksistensi Pemuda Katolik dan menegasikan pesimistis umat terhadap Pemuda Katolik, saya mencoba menjalin komunikasi dengan pimpinan daerah setempat, DPP, kelompok kategorial untuk menyampaikan program kami.
Hanya berselang satu minggu setelah dikukuhkan kami rapat setiap malam untuk mempersiapkan program aksi sosial bedah rumah lansia yang tidak mendapat perhatian dari Pemda Mentawai. (Selengkapnya bisa dibaca disini: https://www.mentawaikita.com/baca/1165/kurang-diperhatikan-pemerintah-pemuda-katolik-bangun-rumah-lansia).
Selain itu, Pemuda Katolik disibukkan dengan persiapan acara dies natalis ke 72 sebagai puncak dari rangkaian aksi sosial Pemuda Katolik komisarian anak cabang Siberut Utara.
Selama proses persiapan dan eksekusi program kami, tentu saya sempat gugup, sempat mikir bagaimana memposisikan diri di antara para pejabat yang hadir dalam rapat yang mejadi penasehat Pemuda Katolik. Bahkan selama kegiatan sering adu pendapat dengan pejabat setempat untuk mencapai tujuan yang kami buat.
Tetapi saya bersyukur mereka sangat mendukung setiap kegiatan kami, pastor paroki juga sangat mendukung sehingga saya secara pribadi merasa mendapat energi untuk menularkan semangat kepada anggota Pemuda Katolik yang saya pimpin.
Saya sudah 3 tahun memjadi ketua Pemuda Katolik, saya mengikuti beberapa organisasi dalam beberapa kelompok kategorial, seperti ISKA, OMK dan perkumpulan orang muda di daerah saya. Sebelumnya saya juga aktif di BEM dan beberapa organisasi kampus waktu kuliah di Sanata Dharma, aktif juga ikut kegiatan, kepanitiaan dan seminar.
Selama di Pemuda Latolik tentu ada banyak tantangan, merangkul anggota yang mulai tidak aktif, meyakinkan umat dan masyarakat bahwa gerakan kami bukan gerakan ormas yang terlarang dalam negara. Harapannya semoga organisasi kelompok kategorial dalam gereja katolik ikut andil dalam pembangunan gereja dan tanah air.
Tidak hanya sebatas ucapan, slogan, seminar tetapi harus ada tindakan nyata yang dapat dinikmati oleh gereja dan masyarakat hasil karya orang-orang muda. Dan yang paling terpenting adalah menjaga persatuan dan penengah di tengah kegaduhan media sosial dengan menghadirkan informasi, konten-konten yang membangun, sejuk dan damai.