Buku Ben Bland, ‘Buku Separuh Ragu’

0
716

Buku Ben Bland, ‘Buku Separuh Ragu’

 

Oleh: Yonge Sihombing (Penulis Buku Jokowinomics)

 

Bland Tulis dan Rilis Buku berjudul “Man of Contradictions: Joko Widodo and the Struggle to Remake Indonesia”, atau dalam terjemahan bahasa Indonesia yang sederhana adalah ‘Sosok Kontradiksi: Joko Widodo dan Perjuangan Untuk Perubahan Indonesia’.

*Siapakah Ben Bland?* Dari Wikipedia dan Facebook Bland, saya mendapatkan biodata singkatnya. Bland adalah seorang presenter dan jurnalis Inggris untuk BBC News, yang mengkhususkan diri dalam bisnis untuk Inggris dan pemirsa global pada program-program termasuk Business Live, Talking Business dan World Business Report, Presenter BBC World News, BBC News Channel dan BBC World Services. Bland seorang penulis, peneliti, dan direktur program asia tenggara di lembaga Lowy Institute. Bland sendiri adalah mantan koresponden asing di Jakarta, Hong Kong, dan Hanoi untuk media Financial Times.

*Bland Tulis dan Rilis Buku Tentang Jokowi*
Bland merilis bukunya pada tanggal 1 September 2020, kemudian dipublikasi diberbagai media di Australia, salah satu diantaranya surat kabar The Sydney Moarning Herald (SMH), sebuah surat kabar broadsheet harian yang diterbitkan oleh Fairfax Media di Sydney Australia. SMH sebuah surat kabar papan atas, surat kabar tertua, dan terus beroperasi di Australia didirikan pada tahun 1831.

Kemudian publikasi SHM dilansir oleh berbagai media, mulai dari media di Australia, Indonesia, dan Internasional. Dan akhirnya menjadi viral dan tranding topik berita pada minggu pertama di bulan September 2020.

*’Buku Separuh Ragu’?* Dari rilis buku tersebut, kemudian muncul berbagai tafsir dari para pembaca rilis tersebut, ada yang mengatakan bahwa buku ini merupakan kritikan kepada Jokowi, ada yang mengatakan buku ini sebagai bentuk pujian kepada Jokowi, ada juga yang mengatakan buku ini sebagai sebuah buku penyeimbang antara kritikan dan pujian, dan ada pula yang mengatakan buku ini untuk digunakan sebagai buku pedoman dan refrensi kepada Australia dalam menentukan sikapnya terhadap Indonesia. Dan masih banyak lagi tafsir terhadap buku ini.

Karena banyaknya pemberitaan dan tafsir terhadap buku ini, saya pun mencoba untuk membaca rilis buku ini secara cermat dan hati-hati. Hingga saat ini saya belum membaca bukunya, karena belum mendapatkan buku ini, namun dari rilis buku ini sudah menggambarkan isi buku Bland.

Setelah saya membaca dan mencermati rilis buku Bland, sepertinya Bland memiliki banyak keraguan terhadap apa yang diungkapkan Bland. Keraguan Bland dapat dilihat dari judul yang digunakan oleh Bland. ‘Man Contradictions’, atau dalam bahasa Indonesia adalah Orang yang Kontradiksi. Dalam hal ini Jokowi disebutnya sebagai orang atau sosok yang kontradiksi. Mari kita maknai apa sesungguhnya arti kata kontradiksi, dan bagaimana kata kontradiksi mengandung makna keraguan.

Baca juga  DPD GAMKI JAWA BARAT Mengajak Masyarakat Hormati Hasil Rekapitulasi KPU

Di dalam kamus besar bahasa Indonesia, kontradiksi artinya pertentangan antara dua hal yang sangat berlawanan atau bertentangan. Dalam konteks kehidupan sehari-hari, sistem pembuktian menggunakan kontradiksi sering dipakai untuk berdebat atau sekedar membuktikan sebuah hal, dalam Bahasa Yunani disebut reductio ad absurdum, atau reduksi menjadi absurditas.

Secara praktis adalah bentuk argument untuk mencoba membuktikan sesuatu dengan membuat premis-premis negasinya mengarah pada kesimpulan yang absurd, untuk membuktikan bahwa jika suatu pernyataan tidak benar, maka hasilnya akan mengarah pada kesimpulan yang absurd atau tidak mungkin dan tidak masuk akal, sehingga pastilah pernyataan tersebut harus benar.

Namun kontradiksi bisa juga menjadi logical fallacy, contohnya adalah ketika seseorang mengatakan “aku tidak peduli dengan apa yang kamu yakini, selama keyakinanmu tidak mengusik orang lain.” Kata ‘selama’ dalam anak kalimat kedua seolah merujuk kepada syarat untuk pernyataan sebelumnya, namun “aku tidak peduli dengan apa yang kamu yakini” berlaku untuk setiap kasus.

Haruslah ia peduli dengan keyakinan seseorang, apakah mengusik orang lain atau tidak. Kasus ini biasa dikenal dengan istilah Confllicting Condition atau Self-Contradiction.

Di dalam dunia filsafat, ada sebuah paradox tentang kontradiksi, bernama Liar’s Paradox.
Ketika seseorang berkata “aku sedang berbohong”, maka secara bersamaan ia telah berbohong dan tidak berbohong. Karena jika pernyataannya bohong, maka dia sebenarnya tidak berbohong, dan karena dia tidak berbohong, maka pernyataannya menjadi benar, ia sedang berbohong.

Contoh yang sedikit lebih rumit adalah ketika seorang terdakwa akan dijatuhi hukuman mati, dan hanya ada 2 opsi metode hukuman, hukum gantung atau setrum. Pemilihan metode hukuman bergantung dengan sebuah pernyataan yang harus dia utarakan, jika pernyataannya benar, ia akan dihukum gantung, jika pernyataannya salah, ia akan disetrum.

Maka ketika ia berkata “aku akan mati karna disetrum.” Secara logika ia tidak boleh dihukum mati. Karna pernyataannya bernilai tidak benar dan tidak salah secara bersamaan. Ia tidak boleh dihukum gantung karna pernyataannya menjadi bernilai salah, sedangkan jika salah ia harus disetrum. Ia juga tidak boleh dihukum setrum karna pernyataannya menjadi bernilai benar, sedangkan jika benar ia harus digantung.

Jadi apakah mungkin dua hal yang kontradiktif, eksis secara bersamaaan? Well, jawabannya adalah sebuah paradox lain, “tidak ada yang mustahil”. Dengan kata lain, Bland tidak mengkalim dirinya percaya dengan apa yang ditulisnya, terutama terhadap narasi premis-premis yang disampaikannya terhadap Jokowi. Meskipun Bland mengakui bahwa dirinya telah melakukan penelitian terlebih dahulu, terkait dengan buku yang ditulisnya.

*Narasi Keraguan Ben Bland*
Berikut narasi premis-premis yang ditulis oleh Bland di dalam bukunya:
1. Bland menyoroti ketidakhadiran Jokowi dalam Sidang Umum PBB. “Dalam lima tahun pertamanya, Jokowi tidak menghadiri satu pun Sidang Umum PBB,” kata Bland. Dalam hal ini menurut saya, Bland ragu dengan ketidakhadiran Jokowi di Sidang Umum PBB akan menurunkan citra, reputasi, dan pengaruh di kancah internasional. Nah, keraguan Bland itu ternyata sudah terjawab, bahwa meskipun Jokowi tidak hadir dalam Sidang Umum PBB, citra, reputasi, dan pengaruh Jokowi di kancah internasional justru semakin meningkat. Terlihat dari predikat yang di peroleh Indonesia di PBB. Kemudian pujian dari pemimpin dunia terus mengalir kepada Jokowi, bahkan sebuah media papan atas di Singapura menjuluki Jokowi sebagai pemimpin berpengaruh di Asia. Perdana Menteri Australia pun turut memberikan pujian kepada Jokowi. Ini yang saya maksud, bahwa Bland ragu dengan apa yang ditulisnya, dan Bland faham bahwa keraguannya akan terjawab seiring berjalannya waktu dan kepemimpinan Jokowi. Karena itulah Bland membuat judul bukunya, diawali dengan kata Contradictions, yang artinya, bahwa Bland ragu dengan premis yang dibuatnya. Itulah sebabnya Bland menjelaskan lewat bukunya, bahwa kontradiksi tidak selalu negatif.

Baca juga  Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI) Cabang Bogor Gelar Seminar PPL (Program Profesi Lanjutan), Tema “Strategi Menghadapi SP2DK dan Pemeriksaan Pajak”

2. Bland juga menyoroti kerasnya Jokowi menarik investasi dari siapapun yang memiliki uang tunai terbanyak. Demikian juga premis ini, Bland juga dalam posisi ragu. Apakah langkah yang dilakukan oleh Jokowi akan berhasil. Bland melihat, bahwa ternyata langkah ini membuahkan hasil. Keraguan Bland ditulisnya berdasarkan hasil kajiannya, dan dari hasil kajiannya, mungkin Bland melihat apa yang dilakukan oleh Jokowi berbeda dengan apa yang dilakukan oleh para peminpin negara lainnya, dan ternyata Jokowi berhasil menarik investasi ke Indonesia. Dan, kini Indonesia menjadi salah satu negara tujuan investasi dunia. Keraguan Bland terjawab dari kentayaan yang terjadi.

3. Bland menyoroti Jokowi yang menggandeng Cina dalam banyak pembangunan infrastruktur. Seperti pembangunan jalan, jembatan, pembangkit listrik, pelabuhan, jalur kereta cepat Jakarta-Bandung yang menjadi mercusuar. Dalam hal ini Bland ragu, apakah Jokowi akan berhasil dengan menggandeng Cina. Ternyata Bland melihat, Jokowi berhasil membangun banyak project dengan menggandeng Cina. Keraguan Bland terjawab dengan realita yang ada. Jokowi berhasil membangun, tidak hanya karena menggandeng Cina, tetapi semua negara. Indonesia terbuka dengan negara manapun di dunia, demi kemajuan Indonesia dan bersama negara mitra kerjasamanya. Ini yang dilihat Bland. Jokowi fokus bekerja, dan bekerja, sehingga membuahkan hasil yang baik.

4. Bland menilai tentang kerasnya prioritas Jokowi di tengah ketegangan antara Amerika Serikat, Cina, dan negara-negara Asia Tenggara atas Laut Cina Selatan. Kata Bland, para pemimpin negara Barat saat ini sedang membutuhkan mitra baru di Asia untuk membantu melawan Cina. Namun, Jokowi tidak punya waktu membangun kekuatan politik besar. Dalam hal ini Bland pun memiliki keraguan, apakah Jokowi tidak mampu dan tidak mau memanfaatkan momentum konflik dan ketegangan yang tengah terjadi antara kawasan dan negara untuk memperoleh pengaruh di kancah internasional. Bland melihat, ternyata di saat Jokowi tidak mencari dan berkeinginan untuk memperoleh pengaruh di kancah internasional, justru Jokowi semakin berpengaruh.

Baca juga  RPA Perindo Kawal Korban Eksekusi Rumah Cacat Hukum di BPN Jakarta Barat

5. Bland menyebut pemerintahan Jokowi dalam hal ini menunjukkan sifat terburuknya. Mulai dari mengabaikan nasihat ahli, kurangnya kepercayaan pada masyarakat sipil, dan kegagalan mengembangkan strategi yang koheren. Dampaknya, terjadi ledakan pengangguran sampai dengan dua juta jiwa dan Indonesia menjelma menjadi negara dengan kasus Covid-19 tertinggi di Asia Tenggara. Bland ragu, apakah cara yang dilakukan oleh Jokowi akan berhasil menangani Covid, dan menangani imbasan Covid terhadap ekonomi Indonesia. Bland ragu. Tetapi seiring berjalannya waktu, ternyata Indonesia justru jauh lebih baik dalam menangani covid, dan juga jauh lebih berhasil dalam menangani imbasan covid terhadap ekonomi Indonesia. Terbukti, Indonesia tidak termasuk kategori negara yang tertinggi dan tinggi kasus korban covid 19. Dan, Indonesia pun tidak masuk dalam daftar negara yang masuk dalam jurang resesi ekonomi.

Karena itu, dalam rilis bukunya, Bland mengakui capaian-capaian pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh Jokowi. Bahkan, kesederhanaan Jokowi, justru menjadi pendobrak gaya kepemimpinan dunia saat ini.

Inilah alasan-alasan Saya, sehingga menamai buku Bland berjudul “Man of Contradictions: Joko Widodo and the Struggle to Remake Indonesia”, adalah sebuah ‘buku separuh ragu’. Keraguan Bland ditulisnya di dalam bukunya, dan keraguannya terjawab oleh waktu, dimana Sosok Jokowi yang Kontradiksi ternyata berhasil membawa Indonesia ke arah perubahan dan kemajuan. Bahkan Jokowi menjadi sosok pemimpin yang berpengaruh di Dunia.

*Penutup*
Akhirnya, saya mengapresiasi Ben Bland yang telah bersusah payah untuk melakukan penelitian dan penulisan buku biografi Jokowi non konvensional pertama dalam versi bahasa Inggris. Keraguan Bland akhirnya terjawab.

Demikian tulisan ini menanggapi tafsir yang berkembang pasca terbitnya buku Ben Bland.

*Biodata Penulis:*
– Yonge Sihombing, SE., MBA
– Lahir, 10 Maret 1973 di Desa Sarimatondang, Kec. Sidamanik, Kab. Simalungun, Sumatera Utara, Indonesia
– Dosen FE Unpri
– Penulis Buku (1) Jokowinomics; (2) Ekonomi Kerakyatan; (3) Pembangunan Ekonomi Desa; (4) Manajemen APBD; dan (5) Kamus Ekonomi
– Ketua KPNEJ (Komite Pengusul Nobel Ekonomi Untuk Jokowi)/The Committee Propose of Nobel Economy for Jokowi (CPNEJ)
– Mantan Staf Ahli DPRD Sumut dan Ketua DPRD Sumut
– Mantan Asisten Anggota DPD RI
– Mantan Capim KPK RI 2019 – 2023
– Mantan Jurnalis

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here