Pdt. Elsen Tan, M.Th.: Tegakkan Kembali Supremasi Alkitab (Doktrin Sola Scriptura) di Zaman Postmodern!

0
2014

Pdt. Elsen Tan, M.Th.: Tegakkan Kembali Supremasi Alkitab (Doktrin Sola Scriptura) di Zaman Postmodern!

 

Jakarta, Suarakristen.com

 

“Saat ini banyak Gereja dan umat Kristen Protestan yang sudah melupakan dan mengabaikan makna penting doktrin Sola Scriptura.

Sehingga, saat ini, banyak gereja/umat mengalami krisis iman karena tidak menuruti apa yang Alkitab katakan, tetapi menurut apa kata kebudayaan. Atau menurut apa yang pengalaman spiritual kita katakan.

Banyak juga umat yang tidak tahu, ada gerakan sistematis agar doktrin Sola Scriptura semakin didegradasi, dimarjinalkan dan dilupakan makna pentingnya. Saat ini, Doktrin Sola Scriptura, semakin sering diserang, baik dari dalam Gereja maupun luar Gereja, baik secara halus, tersembunyi maupun secara terang-terangan.

Kita bersedih melihat banyak gereja abad XXI menyimpang jauh dari panduan sejati dari doktrin Sola Scriptura, pelabuhan aman dari Alkitab.

Di tengah-tengah tekanan dan perubahan budaya, antara lain yang menyatakan bahwa semua agama sama saja, kita harus mengambil sikap yang berani dan tegas menyatakan: Kristus dan Kekristenan yang alkitabiah merupakan satu-satunya jalan keselamatan, tidak ada jalan lain yang yang bisa membawa keselamatan dan pengampunan dosa. Banyak pengaruh dari Gerakan penyatuan gereja dan gerakan-gerakan kebangunan rohani modern, yang mengakibatkan banyak Gereja berkompromi dengan roh zaman ini, sehingga mengabaikan, memarjinalkan dan melupakan makna penting Sola Scriptura.

Sekaranglah saatnya kita memulihkan, menggelorakan kembali doktrin Sola Scriptura ini. Tidak hanya untuk abad XVI, tetapi untuk abad XXI.”demikian disampaikan Pdt.Elsen Tan, M.Th., Pendiri dan Ketua Umum Gereja Reformed Karismatik Indonesia (GRKI) melalui wawancara via WA tentang *Doktrin Sola Scriptura dan Makna Pentingnya”. (28/5/20).

Jelas Pdt.Elsen Tan,”Sola Scriptura yang merupakan salah satu dari 5 kredo Sola Reformasi ini, yang merupakan inti dari Protestantisme, sudah menurun/merosot spiritnya di banyak gereja Protestan. Karena itu harus dipulihkan dan diperbaharui lagi pemahaman terhadap ajaran ini.
Karena, Umat Kristen Protestan adalah Pengikut dan Pembela Alkitab, atau orang-orang Alkitab(iah). Kita menjadi murid Yesus karena pesan-pesan atau pengajaran Alkitab. Alkitab adalah Pedang Roh. Kita harus terus dituntun oleh Alkitab. Kita harus terus belajar menggunakan Alkitab dengan penuh keberanian agar kita bisa hidup normatif dan benar di dunia ini. Kita harus menyingkapkan kembali makna doktrin Sola Scriptura. Kebenaran Doktrin Sola Scriptura harus terus kita tegaskan dan bela.”

Urai Pdt. Elsen Tan,”Sejak abad ke-16 M, para musuh Injil telah menyerang doktrin Sola Scriptura. Mereka mengklaim memiliki otoritas di atas Alkitab, menolak (menyangkal) otoritas dan kebenaran isi (kisah) Alkitab, dan menyangkal kejelasan, kemurnian dan kecukupan Alkitab.

Jelas Pdt. Elsen lebih lanjut,”Sola Scriptura berasal dari frasa bahasa Latin yang berarti “Hanya Alkitab” atau “Alkitab saja’.

Sola Scriptura merupakan doktrin dan ajaran Protestan yang menegaskan bahwa Alkitab (Kitab Suci) mengandung semua yang diperlukan untuk keselamatan dan kehidupan yang normatif di hadapan Tuhan. Makna Sola Scriptura adalah bahwa Kitab Suci (Alkitab PL dan PB di luar Apokrifa) merupakan otoritas tunggal dan final dalam semua yang Alkitab singgung (1 Kor 4;6). Dan bahwa tradisi, sekalipun disebut Tradisi Suci, dihakimi/dinilai oleh Alkitab.

Sola Scriptura merupakan prinsip/pendirian resmi Reformasi Protestan, sangat penting/mendasar bagi Kekristenan yang rasuli/Alkitabiah, karena menegaskan bahwa Alkitab merupakan kata-kata yang diinspirasikan Allah. Alkitab merupakan satu-satunya aturan dan panduan iman dan perbuatan bagi Gereja dan umat Tuhan.

Doktrin Protestan tentang Alkitab merupakan jantung iman Kristen. Sola Scriptura menegaskan bahwa Alkitab saja Firman Allah yang menyatakan dengan benar dan tanpa salah tentang Allah Tritunggal dan tentang seluruh kebenaran Allah dalam Kristus.

Frasa Latin Sola Scriptura, yang berarti “Alkitab saja” merupakan satu slogan besar Gerakan Reformasi Protestan abad keenam belas dalam melakukan Pembaharuan dan Transformasi Gereja.

Roma 1:16-17 merupakan teks Kitab Suci yang menggerakan Martin Luther sebagai pemrakarsa Reformasi Protestan dalam menjalankan panggilannya untuk menegakkan dan menjunjung tinggi Alkitab sebagai satu-satunya firman Tuhan (Sola Scriptura). Bagi Luther, “Injil itu adalah kekuatan Allah yang tak terhadang dan tak boleh dihadang oleh kekuatan apapun di alam raya ini”.

Lalu apa arti frasa Sola Scriptura?

Pertama, Sola Scriptura berarti Alkitab (Kitab Suci) adalah otoritas tertinggi di atas gereja. Tetapi kita tidak boleh salah mengerti, Sola Scriptura tidak berarti bahwa Alkitab adalah satu-satunya otoritas bagi orang percaya atau Gereja. Sola Scriptura tidak berarti Kitab Suci adalah satu-satunya otoritas.

Bapa-bapa Reformator Gereja juga menggunakan otoritas yang lain seperti akal budi/penalaran (logika) dan tradisi. Para Reformator juga mengembangkan argumentasi teologis mereka dengan logika (akal budi) dan banyak belajar dari tulisan-tulisan para tokoh Gereja masa lalu serta banyak mempelajari tentang tradisi-tradisi Gereja masa lalu. Akan tetapi, meskipun para Reformator juga menggunakan logika dan tradisi dalam penjelajahan teologis mereka,- bagi Para Reformator, Alkitab tetap menjadi otoritas (Sumber referensi/acuan) tertinggi yang mengatasi/memerintah/mengatur dan lebih berkuasa atas akal budi dan tradisi karena hanya Alkitab yang sempurna, karena Alkitab adalah Firman Allah. Semua otoritas lain (termasuk para pemimpin gereja) bisa salah dan karena itu harus tunduk kepada Alkitab yang tidak bisa salah.

Baca juga  “Tebusan Dosa” Kisah Tegarnya Perjuangan Seorang Ibu dalam Balutan Drama Pencarian Anak

Ungkap Pdt. Elsen lagi,” Jadi, Sola Scriptura tidak menyangkal atau meniadakan konsili atau tradisi masa lalu Gereja. Orang yang meyakini Sola Scriptura bebas untuk mempertimbangkan konsili, tradisi, tafsir, pandangan-pandangan masa lalu atau pendapat yang berbeda. Akan tetapi, wewenang atau otoritas terakhir adalah hanya Alkitab karena hanya Alkitab yang diinspirasi oleh Allah (2 Tim 3:16). Otoritas terakhir bukan konsili Gereja, tafsir, tradisi atau pandangan manusia. Menurut agama Kristen Protestan, Posisi Alkitab diatas konsili Gereja, tradisi, tafsir atau pemikiran manusia.

Bagi Protestan, Alkitab sudah mengajarkan dengan cukup jelas Semua hal yang yang perlu dilakukan untuk keselamatan, kehidupan dan iman. Sehingga, kaum awam bisa menemukan dan memahami Alkitab.
Protestan menolak pandangan bahwa Alkitab dan tradisi suci, sama otoritasnya. Karena ajaran dan sikap ini banyak menuntun kepada praktek-praktek yang tidak alkitabiah.

Karena itu, Kita menolak ajaran yang mengangkat/menjadikan tradisi pada posisi yang sama dengan otoritas Alkitab, sehingga menciptakan banyak kepercayaan dan praktek-praktek yang tidak alkitabiah, sehingga pada akhirnya menolak otoritas Alkitab.

Ketika ditanya, “Mengapa Alkitab/Kitab Suci sebagai otoritas tertinggi menjadi prinsip penting bagi para Reformator di Zaman Reformasi?

Pdt. Elsen Tan menjawab,”Teologia abad pertengahan mengajarkan bahwa para pemimpin institusi gereja , para uskup yang dipimpin oleh Paus (secara resmi disebut “Magisterium”), adalah penafsir Kitab Suci yang sebenarnya. Teologia ini menempatkan otoritas mengajar para uskup berada di atas Alkitab itu sendiri. Konsekuensinya, Magisterium kemudian tidak bisa dipertanyakan.

Posisi teologis Roma ini kemudian dipersoalkan Martin Luther.

Dalam debat terkenal Martin Luther dengan John Eck (1486-1543) di Leipzig pada tahun 1519,- Martin Luther kemudian sadar bahwa Magisterium bisa salah, karena Council of Constance (1415) telah salah menjatuhkan hukuman mati pada John Hus. Karena itu, bagi Luther dan para Reformator, Alkitab harus menjadi Otoritas tertinggi bagi Pemimpin Gereja dan Gereja.

Aspek penting kedua dari Sola Scriptura adalah soal kecukupan Alkitab.Teologia Gereja abad keenam belas menegaskan bahwa Alkitab membutuhkan sumber tambahan dengan berbagai ritual dan kepercayaan yang tidak ditemukan dalam Alkitab, karena tidak semuanya dituliskan dengan jelas dalam Alkitab. Sebagai tanggapan, para Reformator berpendapat bahwa, meskipun ada banyak kebenaran sains dan sejarah yang tidak ada dalam Alkitab, isi Alkitab sudah cukup untuk urusan keselamatan. Alkitab memperlengkapi orang-orang percaya dengan semua yang dibutuhkan untuk perihal keselamatan. Perhatikan Injil Yohanes 20 : 30-31
Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini,
tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.

Injil Yohanes ini memperlihatkan bahwa Alkitab dalam dirinya sendiri sudah cukup untuk keselamatan. Karena itu, kitab-kitab lain yang ditambahkan kepada Alkitab Perjanjian Baru, hanya menambahkan kumpulan buku yang sudah cukup tersebut.

Para Reformator menggunakan dalil kecukupan Alkitab untuk menentang banyak ritual/ritus dan tradisi seperti tidak makan daging selama masa Prapaskah dan pengajaran (doktrin) seperti doktrin Maria dikandung tanpa dosa (the immaculate conception of Mary), atau seperti praktek selibat (membujang/tidak menikah) para imam, dan banyak doktrin teologis Abad Pertengahan yang tidak ada di dalam Alkitab, yang ditolak para Reformator Protestan.

Unsur ketiga dari Sola Scriptura adalah perihal Kejelasan (Klaritas) Alkitab. Klaritas Alkitab tidak berarti bahwa seluruh isi Alkitab gampang dipahami bagi semua umat Kristen. Klaritas Alkitab juga tidak berarti kaum awam tidak memerlukan bantuan para pendeta atau guru Injil untuk memahami Alkitab (Ef. 4:11-12). Makna dasar Klaritas Alkitab adalah setiap orang bisa membaca Alkitab bagi diri mereka sendiri dan menemukan cara sederhana untuk keselamatan.

Baca juga  Dewan Pengurus Kadin Indonesia: Pengumuman Kepengurusan Kadin Hasil Munaslub Langgar Kesepakatan

Para Reformator mengakui bahwa ada bagian-bagian Alkitab yang sulit untuk dimengerti. Akan tetapi, bagian-bagian yang sulit dari Alkitab tidak mengancam azas kecukupan Alkitab. Sebaliknya, bagian Alkitab yang tidak jelas atau susah dipahami harus ditafsirkan dalam perspektif bagian-bagian Alkitab yang jelas. Dari azas klaritas Alkitablah yang mendorong para Reformator Protestan dan lembaga-lembaga Alkitab Protestan di seluruh dunia untuk menerjemahkan Alkitab ke ribuan bahasa manusia. Agar kaum awam bisa diberi makan Firman Tuhan.

Sola Scriptura adalah ungkapan sederhana. Tetapi yang terkandung di dalamnya, ada tiga kebenaran kritis: Alkitab adalah otoritas tertinggi, cukup, dan jelas. Ketiganya sangat penting bagi kehidupan umat Allah.
Empat klaim dasar Protestan tentang Alkitab: tentang inspirasinya, Ineransi (Ketidakbisasalahan), Otoritas dan Kecukupan.

Kita kaum Protestan berpendapat bahwa Kitab Suci Alkitab yang terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah 100 % Firman Allah, yang ditulis dibawah inspirasi/tuntunan Roh Kudus, yang karena itu tidak bisa salah. Alkitab adalah otoritas dari Allah mengenai iman dan perbuatan, yang bebas dari kesalahan, apakah itu tentang doktrin, fakta dan aturan-aturan.Alkitab ditulis untuk menjadi aturan iman dan perbuatan bagi Gereja Tuhan.

Tentang dasar teologis/Alkitab dari Sola Scriptura, Pdt. Elsen Tan tegaskan:
Para Reformator sebenarnya membawa orang Kristen kembali kepada Alkitab.
Apakah Sola Scriptura ada diajarkan dalam Alkitab? Ada beberapa pihak yang menyatakan Sola Scriptura tidak ada ditemukan dalam Alkitab. Pendapat ini keliru.
Perhatikan.

Dalam

1 Timotius 3 : 14
Semuanya itu kutuliskan kepadamu, walaupun kuharap segera dapat mengunjungi engkau.
1 Timotius 3 : 15
Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran.

Rasul Paulus menyatakan bahwa dia menulis surat kepada Gereja/Jemaat/umat, agar Gereja tahu bagaimana harus hidup. Tulisan-tulisan Rasul Paulus, yang kita terima sebagai Kitab Suci, adalah berada diatas Gereja karena Rasul Paulus mengajarkan/memberitahukan agar Gereja hidup (bertindak) sesuai apa yang ia tulis. Karena itu, kita berpendapat bahwa Gereja dan tradisinya serta konsili atau sidang sinode tunduk kepada Firman Tuhan.

Jadi, Otoritas Alkitab dan Sola Scriptura berakar dalam kata-kata dalam Alkitab.

Kalau Kita perhatikan secara seksama kehidupan dan pengajaran-pengajaran Yesus, kita pasti menemukan bahwa Yesus percaya akan otoritas Alkitab (Firman Tuhan).

Yesus selalu bersandar (menyandarkan diri) pada Alkitab. Dalam pelbagai situasi, dalam menghadapi pemimpin-pemimpin agama pada zamanNya ataupun dalam menghadapi cobaan dari Iblis, Yesus senantiasa mengutip Alkitab PL sebagai Firman Tuhan yang diinspirasikan, dinafaskan oleh Allah, yang dapat dipercaya, yang tak bisa salah, jelas, cukup, dapat diandalkan dan penuh kuasa (otoritas).

Tidak hanya itu, bagi kita, Yesus tidak saja mengajari murid-muridNya tentang apa yang Perjanjian Lama katakan, tetapi Yesus juga mengajar menurut otoritasNya sendiri. Otoritas Yesuslah, otoritasNya dalam pengajaran, penyampaian (kotbah) Firman Tuhan dan karya penyelamatan, yang Para Rasul pegang teguh. Kemudian, oleh tuntunan dan inspirasi Roh Kudus, menulis Perjanjian Baru.

Doktrin Sola Scriptura memulihkan Alkitab ke tempatnya yang sebenarnya.
Doktrin Sola Scriptura berusaha menegakkan Firman Tuhan sebagai otoritas untuk pemahaman manusia tentang Tuhan dan keselamatan.

Posisi/Sikap Protestan tentang Alkitab merupakan harta karun dan warisan teologis/iman yang luar biasa bagi Kekristenan.

Tentang Apa relevansi dan makna penting Sola Scriptura?; Pdt. Elsen menjelaskan:

Doktrin Sola Scriptura, bahwa Alkitab merupakan Firman yang diinspirasikan oleh Allah, berotoritas dan cukup untuk iman dan perbuatan, merupakan dasar atau fondasi dan pijakan semua doktrin Kristen.

Sola Scriptura menegaskan bahwa hanya Alkitab yang menjadi otoritas terakhir (final), cukup, dan tidak bisa salah bagi Gereja, karena Alkitab dinafaskan oleh Allah dan diinspirasi secara ilahi.(2 Tim 3:16).

Sejak abad XVI, doktrin Sola Scriptura ini ditentang, karena mereka mengangkat atau meninggikan tradisi dan Pemimpin Gereja dan otoritas Pejabat Gereja ke level yang sama dengan Alkitab.

500 tahun yang lalu para Reformator telah memisahkan diri dari pengajaran yang salah, dan mendapatkan kembali ajaran-ajaran yang terhilang. Pengajaran para Reformator Protestan menuntun kita kepada kredo Lima Sola Reformasi, sehingga kita umat Kristen perlu mengetahui dan mengamininya.

Dari beberapa perbedaan doktrin antara agama Kristen Protestan dengan agama Kristen yang lain, kredo Lima Sola ini yang tetap relevan kita pertahankan, tidak boleh dikesampingkan dengan alasan ekumenisme.

Bagaimana caranya kita membedakan kekristenan yang sejati versus yang salah? Dari pergumulan iman dan telaah Alkitab, para Reformator menemukan “Jantung iman Kristen’ yaitu lima kredo utama: Sola Scriptura, Sola Gratia, Sola Fide, Solus Christus, dan Soli Deo gloria.

Baca juga  Taiwan Excellence Happy Run Kembali Digelar dengan Meriah di Indonesia

Lima Sola (Sola Scriptura, Sola Gratia,, Sola Fide, Solus Christus, dan Soli Deo Gloria) merupakan frasa dari Bahasa Latin yang dikembangkan selama zaman Reformasi Protestan untuk meringkaskan keyakinan iman Kristen yang biblikal.

Spirit utama/ dasar Reformasi Protestan adalah: Doktrin Oleh Anugerah Saja, Oleh Iman saja, Oleh Kristus Saja, Alkitab Saja, dan Bagi Tuhan saja Kemuliaan itu.

Kita harus ingat bahwa gerakan-gerakan untuk membaharui Gereja sesuai dengan Firman Tuhan telah dilakukan selama Abad Pertengahan, seperti dilakukan oleh para Pengikut Walden, Lollards dan Huss. Akan tetapi baru oleh Luther dan para Reformator abad ke-16, pembaharuan Gereja besar-besaran terjadi di seluruh Eropa.

Mengapa doktrin Otoritas dan Sola Scriptura penting di zaman postmodern ini?

Otoritas Alkitab telah menghadapi banyak ancaman di sepanjang sejarah.
Sejak abad ke-16, para Reformator berusaha menegakkan kembali otoritas Alkitab.

Siapa yang memiliki otoritas terakhir? Teologia abad Pertengahan berpendapat bahwa Alkitab tidak punya otoritas final.Luther berpendapat Alkitab memiliki otoritas final, karena hanya Alkitab yang bisa dikatakan dinafaskan oleh Allah.Hanya Alkitab tanpa salah, karena itu hanya Alkitab yang jelas dan cukup bagi kita.

Sola Scriptura sangat penting di zaman postmodern ini, di zaman internet, di zaman luar angkasa ini, dimana umumnya manusia dianggap otonom, bebas dan merdeka, tetapi sebenarnya kita tidak otonom.
Doktrin Sola Scriptura sangat penting karena dengan doktrin Sola Scriptura, kita harus menguji segala sesuatu menurut Firman Tuhan, setia pada Alkitab dan berpegang pada Injil saja. Doktrin Sola Scriptura membuat kita menjadi bersikap kritis, rasional, taat pada perintah-perintah atau Hukum-hukum Tuhan dan membuat kita bisa menguji pelbagai ajaran (pengajaran) apakah itu berasal dari roh-roh penguasa dunia ini atau dari Roh Kudus.

Di zaman Pencerahan, manusia mengagungkan atau “memberhalakan” Akal budi sebagai otoritas terakhir. Manusia dianggap makhluk otonom. Manusia percaya mereka memiliki otoritas untuk menyatakan tidak ada kebenaran absolut.
Kita saat ini hidup di zaman seperti ini. Manusia cenderung mengangkat dirinya dan berkata Akulah otoritas itu.Kita cenderung menjadikan diri kita sebagai penentu terakhir terhadap sebuah kebenaran.
Akan tetapi, bagi kita anak-anak Tuhan, kalau kita kembali kepada Alkitab, kita bukanlah Hakim atau Penentu Kebenaran. Kita hanyalah ciptaan. Tuhan Sang Pencipta Dialah yang empunya otoritas penuh, Tuhan telah berbicara melalui FirmanNya. Kita tidak bisa menjadi manusia otonom menurut cara-cara dunia.
Kita hidup dan bernafas di bawah otoritas Tuhan. Suatu hari nanti kita harus bertanggung-jawab pada otoritas Firman Tuhan.

Sebagai kesimpulannya, Pdt. Elsen Tan menyatakan:

Alkitab (Kitab Suci) merupakan satu-satunya sumber wahyu ilahi yang tertulis yang tidak bisa salah. Hanya Alkitab yang bisa mengajar semua yang diperlukan untuk keselamatan dari dosa. Dan hanya Alkitab yang menjadi standar dan pengukur perilaku umat Kristen. Kita menolak pengalaman rohani pribadi bisa menjadi sarana pewahyuan. Pengakuan Iman, Konsili atau seorang individu tidak bisa menjadi Otoritas Terakhir kebenaran iman Kristen.

Alkitab adalah agamanya orang Protestan. Sejak permulaan Reformasi sampai saat ini, Sola Scriptura sudah menjadi panduan resmi iman Kristen Protestan. Alkitab merupakan satu-satunya dasar dan pusat iman Kristen, mutiara yang tak ternilai harganya. Doktrin tentang Sola Scriptura merupakan “lemari besi’ untuk menyimpan mutiara yang tak ternilai harganya, karena Tuhan telah mewahyukan jalan keselamatan dengan sangat jelas, sepenuhnya, lengkap, dan secukupnya. Tidak ada karya atau buku lain yang bisa memberikan atau memberitahu akses atau jalan kepada Tuhan. Gerakan Reformasi Protestan dibangun di atas dasar Alkitab.

Para Reformator Protestan mengajarkan kepada kita bahwa seluruh isi Alkitab (PL dan PB) adalah Firman Tuhan yang semuanya diinspirasikan oleh Allah . Alkitab merupakan satu-satunya kaidah iman, kaidah perbuatan dan kaidah kehidupan yang tidak bisa salah.

Ada tiga kebenaran penting yang terkandung dalam frasa Sola Scriptura: 1)Alkitab merupakan Otoritas Tertinggi bagi Gereja, Kekristenan dan Umat 2) Alkitab sudah cukup bagi Gereja untuk menjadi acuan dan fondasi iman dan teologi Kristen. 3) Alkitab bersifat jelas. Ketiga hal tersebut sangat mendasar bagi kehidupan umat Tuhan.

Sola Scriptura merupakan salah satu perjuangan bersama Reformasi Protestan.

Itulah sebabnya kita menyebut diri kita Kristen Protestan.

Tegakkan Kembali Supremasi Alkitab (Doktrin Sola Scriptura) di Zaman Postmodern!!

(Hotben Lingga)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here