Oleh: Pdt.Lundu H.M.Simanjuntak
(Matius 8:23-27)
Kisah ini tentu tidak asing lagi bagi kita karena sejak masa anak sekolah Minggu kita sudah sering mendengarnya. Sebuah ketakutan besar sedang terjadi pada murid-murid Yesus dimana mereka menganggap diri mereka akan binasa.
Hanya saja ada yang berbeda pada perikop ini, dimana yang terjadi pada murid Yesus berbanding terbalik dengan kondisi Yesus yang ketika itu tidur. seandainya saja kita mau memahami kejadian ini lebih luas mencakup keseluruhan pasal 8, maka kita akan melihat bahwa kejadian ini tidak lepas dari konteks pengajaran yang hendak diberikan oleh Tuhan Yesus kepada pengikutNya.
Kita dapat melihat bahwa Yesus memahami kalau muridNya memiliki iman yang kecil. Yesus menyatakan tentang murid-muridNya yang kurang percaya (26).
Ada pengajaran di sini dimana Yesus mengajak muridNya untuk mengikutNya lebih sungguh. Tuhan Yesus mengajarkan tentang hal mengikut Yesus, bahwa mengikut Yesus itu tidak semudah mengucapkan kata-kata.
Mengikut Yesus itu harus tegas dan penuh keberanian, bahkan harus siap menerima konsekuensi apapun itu.
Coba perhatikan, Yesus naik ke perahu dan murid-murid mengikutiNya dari belakang.
Kita benar-benar akan melihat disini bagaimana perpaduan antara iman dan mengikut Yesus. Bahwa untuk mengikut Yesus tidak cukup hanya dengan kata-kata mengikut Yesus keputusanku, namun juga harus siap menghadapi apapun sebagai pengikut Yesus.
Kiisah yang terjadi di perahu yang diombangambingkan angin rebut ini adalah praktek langsung dari pengajaranNya tentang Hal mengikut Yesus dan tentang Iman. Disaat kita menghadapi penderitaan ketahuilah bahwa Tuhan Yesus hendak mengajar kita kalau Iman itu adalah kekuatan yang memampukan kita menghadapinya.
Jika iman kita kuat maka rasa takut dengan sendirinya akan hilang. Memang rasa takut adalah reaksi yang wajar apalagi saat kita menghadapi pergumulan, namun jangan biarkan rasa takut itu membesar mekainkan segeralah melenyapkannya dengan kekuatan iman.
Coba perhatikan apa yang tertulis di Injil Markus: Respons murid Yesus terlihat dalam bentuk seruan yang bernuansa takut: Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?
Bagaimana pula dengan Injil Matius ini? Respons murid Yesus terlihat dalam
bentuk doa yang bernuansa berpenghasilan dalam iman: Tuhan, Tolonglah, kita binasa.
Perhatikan Injil Markus: Yesus terlebih dahulu meredakan angin rebut lalu kemudian berkata…
Namun pada Injil Matius ini: Yesus terlebih dahulu berkata baru angin rebut diredakan.
Perikop Matius menginginkan agar kita benar-benar menunjukkan iman kepercayaan kita kepada Yesus terlebih dahulu, kita harus yakin bahwa Yesus adalah sumber pertolongan bagi kita. Kemudian kita melanjutkan dengan berdoa sambil memohon pertolongan Yesus atas pergumulan kita.
Ingatlah betapapun hebatnya iman kita, namun dalam perjalanan hidup ini, akan ada saja badai ataupun pergumulan yang kita hadapi. Tetapi ketahuilah bahwa di tengah badai pergumulan itu, kita ada bersama-sama dengan Tuhan Yesus yang member kita sebuah keyakinan bahwa kita pasti disanggupkan untuk melalui semua badai kehidupan itu.
Walau Perahu yang ditumpangi murid Yesus telah diombang-ambingkan oleh ombak besar dan Yesus sedang tidur, namun pengendali perahu tetap ada di tangan Yesus.
Coba kita bayangkan, Yesus naik ke dalam perahu dan murid-murid mengikuti Dia (23), berarti mereka ada dekat dan bersama Yesus.
Lalu tiba-tiba ada badai dahsyat menyerang, kemudian murid-murid Yesus menjadi takut mati. Itu artinya begitu kecilnya iman murid Yesus, mereka ketakutan kemudian membangunkan Yesus yang sedang tidur.
Pikiran mereka bahwa Yesus tidak menyadari akan bencana yang sedang melanda mereka. Bagaimana mungkin Yesus tidak tahu?
Yesus tidak tidak mengkhawatirkan cuaca yang sangat tidak bersahabat tersebut karena Ia tahu KuasaNya lebih kuat daripada gelombang besar itu. Yesus yang juga adalah sang Pencipta dan yang Mahakuasa, Dia tentu tidak perlu takut pada badai.
Bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali (26). Apa yang akan kita lakukan ketika badai kehidupan menerjang hidup kita?
Ingat dan ketahuilah: mau berapa lamapun badai itu melanda hidup kita, yang pasti, kita berada dalam perahu yang sama dengan Yesus, angin dan danaupun taat kepadaNya.
MuridNyapun terheran-heran katanya: Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danau pun taat kepadaNya?
Bukankah kita menyadari bahwa persoalan hidup datangnya tidak pernah kita duga kapan datangnya. Itu sama halnya seperti yang dialami para murid-murid Yesus ketika berlayar di danau Galilea.
Suasana danau yang tadinya begitu teduh dan tenang, mendadak sontak bergemuruh karena datangnya angin topan yang dahsyat. Apakah Yesus cuek?
Jawabannya, tidak! Yesus tidak pernah membiarkan murid-murid-Nya untuk binasa atau mati tenggelam dalam danau tersebut.
Kita pun sebenarnya harus menyadari saat berhadapan dengan badai, memang semua orang berharap supaya badai itu cepat berlalu. Tapi kita harus menyadari bahwa badai itu pun terjadi atas kehendak dari Tuhan.
Buatlah kedahasyatan Allah pun nyata dalam badai hidup yang sedang menerpa kita. Dalam peristiwa ini ada sebuah pertanyaan yang muncul yaitu; Apakah Yesus tahu beberapa jam kedepan akan ada badai dan gelombang yang akan dialami oleh murid-murid-Nya? Tahu donk
Pada waktu kita dicobai Ia akan memberikan kepada kita jalan ke luar, sehingga kita dapat menanggungnya. Yesus berdiam diri ingin menguji seberapa besar iman para murid kepada-Nya.
Ketahuilah bahwa tujuan akhir dari Tuhan bukanlah untuk membinasakan kita, tetapi membawa kita masuk dalam keadaan situasi yang lebih baik. Maju terus menjalani hidup ini karena Tuhan Yesus selalu mengiringi dan selalu menyertai kita, Amen.
Doa:
Ya Allah, kuatkanlah imanku untuk terus bergantung kepadaMu sekalipun badai kehidupan ini terasa berat, karena aku yakin Engkaulah pertolonganku, Amen.
(Pdt.Lundu H.M.Simanjuntak-Pdt HKBP Ressort Cipayung Cilangkap-Jaktim)
(Pdt.Lundu H.M. Simanjuntak-Pdt HKBP Ressort C