KENAIKAN YESUS KE SURGA MENYEDIAKAN TEMPAT BAGI TIAP ORANG PERCAYA

0
1353

Oleh: Pdt. Weinata Sairin

 

_”Aku pergi kesitu untuk menyediakan tempat bagimu”_ (Yoh. 14:2)

Hari-hari raya Gerejawi di negeri ini mendapat perhatian yang amat besar dari seluruh umat Kristen dan Katolik di Indonesia. Bahkan di wilayah, seperti di Indonesia Timur yang kekristenannya amat kental, hari liburnya bisa ditambah dari apa yang sudah ditetapkan secara nasional. Berdasarkan kebutuhan khusus di wilayah itu Pemda menerbitkan ketentuan tentang penambahan hari libur tersebut. Sebagai warga Gereja kita bersyukur bahwa ada beberapa hari raya Gerejawi yang ditetapkan sebagai hari libur nasional oleh Pemerintah, diluar hari Minggu. Bisa dicatat hari raya itu adalah Hari Natal 25 Desember, Hari Jumat Agung/Wafat Yesus Kristus, Hari Kenaikan Yesus Kristus ke surga. Hari Paskah-Kebangkitan Yesus Kristus dari kematian, Pentakosta-Hari Pencurahan Roh Kudus, biasanya terjadi bersamaan dengan Hari Minggu jadi dimensi liburnya tidak terlalu terasa.

Sebuah peristiwa historis yang masih tetap membekas dalam kehidupan umat kristiani adalah tatkala Pemerintah RI melalui Menko Kesra telah _memundurkan_ Hari Kenaikan Yesus Kristus dari tanggal 29 Mei 2003 menjadi 30 Mei 2003, dari hari Kamis yang sudah standar, ke hari Jumat. Sikap kritis dalam wujud surat saat itu disampaikan oleh Majelis Pendidikan Kristen di Indonesia (MPK) dan Majelis Nasional Pendidikan Katolik (Pdt Weinata Sairin dan Bruder Heribertus Soemarjo) kepada Pemerintah yang meminta agar pemunduran hari raya Gerejawi itu tidak diberlakukan. Menurut Menteri Agama saat itu, hari-hari raya keagamaan yang ritual adalah Idul Adha, Nyepi, Waisak, Idul Fitri dan Hari Natal; sedangkan yang seremonial adalah Tahun Baru Imlek, Tahun Baru Hijriah, Wafat Yesus Kristus, Maulid Nabi Muhammad SAW, Kenaikan Yesus Kristus dan Isra Miraj. Penetapan tentang pemunduran hari raya keagamaan itu dan kategorisasi hari raya yang ritual dan seremonial itu menimbulkan tanda tanya besar. Penetapan hari raya keagamaan itu menjadi ranah Majelis Agama dan bukan menjadi urusan pemerintah. Pemerintah tidak dalam posisi dan tidak memiliki kewenangan memilah hari raya keagamaan itu antara yang seremonial dan ritual. Pemerintah memundurkan hari raya itu hanya karena pertimbangan ekonomis yaitu agar terjadi masa libur yang lebih panjang (Jumat sd Minggu) sehingga banyak turis bisa berlibur ke Bali, sebab wisatawan ke Bali menurun jumlahnya sesudah peristiwa Bom Bali.

Baca juga  Ravelware Technology; Satu-Satunya Startup Deep Tech Indonesia di Top-100 Most Innovative Companies Entrepreneurship World Cup 2024

Pada masa itu MPK dan MNPK melalui surat yang dikirimkan meminta agar Pemerintah tidak mengulangi policy yang salah itu pada masa-masa mendatang dan kedua lembaga itu menyatakan bahwa lembaga-lembaga pendidikan yang menjadi anggota kedua lembaga tetap akan meliburkan para peserta didik tanggal 29 Mei 2003.

Kita bersyukur bahwa menurut catatan sejak peristiwa tahun 2003 itu tidak terjadi lagi pemunduran dan atau pemajuan hari raya Gerejawi oleh negara/pemerintah karena secara hakiki tupoksi pemerintah tidak menyentuh aspek (teologis) seperti itu yang menjadi ranah dari Agama-agama/ Majelis Agama. Andaikata peristiwa itu terjadi di zaman maraknya medsos/IT seperti sekarang ini, agaknya bisa terjadi kegaduhan nasional, paling tidak menjadi _viral_ di dunia maya.

Pada saat itu, tahun 2003 sejauh catatan yang ada, hanya MPK dan MNPK/KWI yang mempersoalkannya secara kritis. Di masa depan lembaga-lembaga kristiani harus lebih tampil mengedepan menyampaikan suara kenabiannya dengan mengacu pada ketentuan perundangan apabila terjadi sikap/policy dari manapun yang cenderung tidak respek terhadap agama-agama, apalagi jika secara jelas eksistensi agama direduksi demi pencapaian target di bidang ekonomi. Sakralitas dan sifat agama yang transenden itu tidak bisa direduksi dan atau dikorbankan demi kepentingan apapun.

Apa makna esensial dan fundamental dari Hari Kenaikan Yesus Kristus ke surga? Dengan merujuk kata-kata Yesus dalam Injil, kenaikanNya ke surga itu bukan _biasa-biasa_ saja; bukan peristiwa yang rutin. KenaikanNya itu adalah bagian dari grand skenario Keselamatan yang Allah telah tetapkan bagi setiap orang yang percaya kepadaNya. KenaikanNya ke surga bukan _ujug_ujug_ bukan sebuah improvisasi atau mencari sensasi publik agar jadi _viral_ di medsos! (sic !). Yesus kepada para murid sudah menjelaskan berulang-ulang bahwa Ia akan menjalani jalan sengsara, merangkul derita, disalib, mati, bangkit dan naik ke surga (Mat 16:21; Yoh 3:13). Namun mindset murid-murid selalu berbeda, otak mereka yang terbatas tak mampu merekam semua cerita itu dengan baik. Petrus misalnya tak suka mendengar bahwa Yesus sang idola dan hero itu akan menderita dan dibunuh.Ia menegur Yesus agar cerita _melo_ seperti itu tidak dijadikan wacana (Mrk 8 : 31-32).

Baca juga  Ardelya Craft Resmikan Butik Pertama di Bandung, Rayakan 15 Tahun Dedikasi dalam Seni Kriya Indonesia

Dalam konteks seperti itu kenaikan Yesus ke surga menjadi surprise bagi para murid. Mereka terperangah, mereka mengalami sesuatu yang _amazing_, mereka kaget. Mereka _ignore_ terhadap ungkapan Yesus pada waktu-waktu yang lalu; mereka tidak fokus dan tidak _tune in_ dengan hal-hal transendental.

Dalam konteks kita di zaman ini peristiwa Kenaikan Yesus memberi inspirasi beberapa hal :
1. Kenaikan Yesus ke surga adalah pemuliaan terhadap Yesus yang sejak awal kehadiranNya amat hina, lahir di kandang, dihujat, dinista hingga akhirnya mati di kayu salib.

2. KenaikanNya bukan cerita fiksi, fiktif atau dongeng. Peristiwa itu real dan konkret. Ia yang naik itu adalah Ia yang turun dari surga (Yoh 3:13; Yoh 6:62)

3.Gereja-gereja mensyukuri Hari Kenaikan Yesus hari yang _memuliakan_ Yesus. Ia memiliki kuasa dan kemuliaan, Ia tidak lagi hina. Kekristenan yang acap dicekam stigma minoritas dan marginal mengalami kekuatan baru dengan peristiwa Kenaikan Yesus. Gereja tak boleh terbelenggu oleh locus, dunia yang kini dan disini tapi harus berorientasi ke masa depan menuju _civitas dei_ yang Allah sediakan. Dalam menuju civitas dei itu Gereja mengukir karya terbaik ditengah dunia, memuliakan Allah dan merawat umat manusia dengan penuh kasih.

Selamat Merayakan Hari Kenaikan Yesus Ke Surga. God bless.

*Weinata Sairin*.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here