TEKNOLOGI DI ZAMAN PERJANJIAN LAMA., MENDEMONSTRASIKAN KEMAHAKUASAAN ALLAH

0
3267

Oleh: Weinata Sairin

“Dan engkau angkatlah tongkatmu dan ulurkanlah tanganmu ke atas laut dan belahlah airnya, sehingga orang Israel akan berjalan dari tengah-tengah laut ditempat kering” (Keluaran 14: 16)

Pada tahun 1970an seorang Alfin Toffler dalam sebuah bukunya berbicara tentang apa yang ia sebut dengan “gelombang peradaban”.
Gelombang I, th 800 SM – 1500 SM.
Gelombang II, th 1500 SM – 1970 M
Gelombang III, th 1970-2000

Menurut Toffler ketiga gelombang itu memiliki ciri dan karakter sendiri-sendiri.
Pada Gelombang 1, terjadilah pembaruan, manusia tidak lagi menjadi nomad tetapi sudah menetap.
Pada Gelombang 2 manusia mulai mengenal industri. Kehidupan menjadi lebih dinamik dan gaduh karena produk dunia industri yang dikenal manusia.
Pada Gelombang 3 manusia memasuki era komunikasi.

Itulah tiga gelombang peradaban yang disebut Toffler, sebuah pemikiran yang cukup populer pada kurun waktu lebih dari 30 tahun yang lalu. Di negeri kita tiga gelombang peradaban itu dalam kenyataan tidak terjadi secara bertahap, berurutan. Oleh karena faktor geografis, demografis dan berbagai faktor lainnya ada wilayah-wilayah negeri ini yang justru masih hidup pada gelombang pertama, namun serentak dengan itu ada wilayah yang sudah berada pada gelombang dua atau gelombang tiga.

Apa yang dinyatakan Toffler lebih dari 30 tahun yang lalu, kita terus rasakan peningkatannya khususnya dalam bidang teknologi informasi dalam beberapa tahun terakhir ini. Menurut info terakhir, pengguna internet di negeri ini berjumlah 63 juta orang. Masyarakat menjadi amat akrab dengan media sosial : facebook, tweeter, line, telegram, whatts app, instagram dengan berbagai dampak ikutannya baik positif maupun negatif. Negara pengguna facebook terbesar adalah Amerika, Brazil, India dan Indonesia. Sedangkan negara pengguna tweeter terbesar adalah Amerika, Brazil, Jepang, Inggris dan Indoneia.

Baca juga  Kemenpan RB Pastikan ASN IKN Perkuat Tata Kelola Birokrasi

Kemajuan teknologi informasi dan teknologi digital telah mengubah manusia. Relasi antar manusia makin luas dan cepat, melintas batas negara. Dunia menjadi sebuah “desa besar” yang perkembangannya bisa dipantau setiap detik oleh para pengguna smartphone dan sejenisnya, dari lokasi tempat ia berada. Perkembangan teknologi melahirkan dualitas yang serentak : aspek positif dan negatif.

Suka atau tidak suka kita kini hidup dalam era yang disebut Toffler gelombang teknologi, gelombang peradaban yang ketiga dalam skemanya Alfin Toffler. Orang hidup dan menghidupi dunia digital : buku nyanyian Gereja, Alkitab semuanya ada dalam format elektronik/digital. Aspek praktisnya bisa sangat menolong umat, cuma belum dikaji lebih jauh apakah ada dampak positifnya bagi pemantapan spirutualitas umat. Dampak yang real dirasakan terutama adalah menurunnya produk Alkitab cetak dan Buku Nyanyian Gereja cetak karena agak tergantikan dengan hadirnya versi elektronik.

Jauh sebelum Toffler bicara tentang gelombang peradaban, khususnya gelombang ketiga yang memfokus pada bangkitnya teknologi sebagai bagian dari kemajuan peradaban umat manusia, ada peristiwa besar yang terjadi dalam sejarah kemanusiaan yaitu pembebasan umat Israel dari perbudakan di Mesir. Saat itu belum ada teknologi sebagaimana yang kita kenal sekarang. Lebih dari limaratus ribu umat Israel dipimpin oleh Musa keluar dari dunia gelap perbudakan membelah Laut Teberau. Dan dengan kuasa Allah, Musa memimpin tugas besar itu dengan “teknologi tongkat”

Kita tahu bahwa peristiwa “Allah membebaskan Israel dari Mesir” adalah credo Israel, sebab itu mendapat tempat yang sentral dalam sejarah Israel. Rumusan itu diulang sekitar 120 x dalam Perjanjian Lama sebagai cermin bahwa peristiwa itu sangat penting dalam sejarah Israel.

Kekuatan Allah, kuasa dan powerNya melebihi kekuatan teknologi apapun. Allah memberi instruksi kepada Musa, Musa taat pada Allah dan konsisten melaksanakn instruksi itu, lewat sebuah tongkat, Musa melumpuhkan kekuatan Israel melewati sebuah drama kolosal air laut terbelah, dan air itu juga yg kemudian menghabiskan cerita tentang tentara serta kereta kuda orang Mesir.

Baca juga  Seluruh Korban Kecelakaan di Km 58 Teridentifikasi, Jasa Raharja Serahkan Santunan kepada Ahli Waris

Tindakan Allah yang maha perkasa itu dimaksudkan untuk menunjukkan kemuliaan Allah kepada Firaun dan orang Mesir (ay 17,18). Orang Mesir ketakutan terhadap Allah Israel sehingga mereka mengajak untuk lari meninggalkan orang Israel (ay 25).

Kuasa Allah mengatasi kuasa teknologi yang “dinubuatkan” futurolog Alfin Toffler. “Teknologi tongkat, tiang awan dan tiang api” yang kita baca dalam Keluaran 14 medemonstrasikan kepada kita bahwa Allah yang kita kenal adalah Allah yang membebaskan, Allah yang berkuasa atas kedahsyatan laut, Allah yang anti establishment, Allah yang mengantarkan manusia menatap cakrawala masa depan. Allah yang membebaskan Israel dari perbudakan Mesir itu adalah Allah yang telah membebaskan umat manusia dari perbudakan dosa melalui Yesus Kristus. Mari kita terus setia kepada Allah Sang Pembebas itu agar dalam dunia masa kini kita mampu memberi yang terbaik bagi banyak orang terutama mereka yang terbelenggu karena penyakit, pendidikan, kemiskinan, ketidak-adilan, dan sebagainya. Teknologi terus berkembang dari zaman ke zaman, manusia harus menggunakan teknologi itu untuk memuliakan Allah dan mengembangkan peradaban yang luhur yang memberi ruang bagi eksistensi manusia.

Selamat Merayakan Hari Minggu.God bless.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here