Hanya Satu Senar

0
1037

Mazmur 108; Roma 8:28-31

”Aku mau bersyukur kepada-Mu di antara bangsa-bangsa, ya TUHAN, dan aku mau bermazmur bagi-Mu di antara suku-suku bangsa”

Mazmur 108:4

Niccolo Paganini, seorang pemain biola yang terkenal di abad 19, memainkan konser untuk para pemujanya yang memenuhi ruangan. Dia bermain biola dengan diiringi orkestra penuh.

Tiba-tiba salah satu senar biolanya putus. Keringat dingin mulai membasahi dahinya tapi dia meneruskan memainkan lagunya. Kejadian yang sangat mengejutkan senar biolanya yang lain pun putus satu persatu hanya meninggalkan satu senar, tetapi dia tetap main. Ketika para penonton melihat dia hanya memiliki satu senar dan tetap bermain, mereka berdiri dan berteriak, “Hebat, hebat.”

Setelah tepuk tangan riuh memujanya, Paganini menyuruh mereka untuk duduk. Mereka menyadari tidak mungkin dia dapat bermain dengan satu senar. Paganini memberi hormat pada para penonton dan memberi isyarat pada dirigen orkestra untuk meneruskan bagian akhir dari lagunya itu.

Dengan mata berbinar dia berteriak, “Paganini dengan satu senar.” Dia manaruh biolanya di dagunya dan memulai memainkan bagian akhir dari lagunya tersebut dengan indahnya. Penonton sangat terkejut dan kagum pada keajaiban ini.

Hidup kita dipenuhi oleh persoalan, kekuatiran, kekecewaan dan semua hal yang tidak baik. Secara jujur, kita seringkali mencurahkan terlalu banyak waktu mengkonsentrasikan pada senar kita yang putus dan segala sesuatu yang kita tidak dapat ubah.

Apakah kita masih memikirkan senar-senar kita yang putus dalam hidup kita ? Apakah senar terakhir nadanya tidak indah lagi ? Jika demikian, jangan sekali-kali melihat ke belakang, majulah terus, mainkan senar yang tinggal satu senar itu.

Jadi bila kita tetap memainkan senar itu maka kita akan belajar mengucap syukur kepada Tuhan. Mungkin Tuhan mengijinkan kita hanya memainkan satu senar, dan kita merasa hidup kita tidak berarti lagi. Kita tidak lagi cantik seperti dulu. Kita tidak sesempurna seperti dulu. Dan kita tidak lagi mendapatkan penghargaan seperti dulu. Dan kita hanya memainkan satu senar. Tetapi kalau kita tetap menaikkan syukur kepada Tuhan, maka kita akan melihat karya Allah semakin disempurnakan dalam kehidupan kita.

Renungan :

Belajarlah mengucap syukur kepada Tuhan dalam segala hal. Kita tidak perlu membandingkan diri kita dengan orang lain, sebab setiap orang memiliki keunikan sendiri-sendiri dan Tuhan sanggup menyempurnakan karya-karya dalam hidup kita.

Karya Allah semakin sempurna ketika kita merasa tidak berdaya.

Selamat pagi dan selamat berkarya dengan apa yang  kita miliki dan dalam kondisi apapun.

Tuhan Yesus menyertai, menolong dan memberkati. Halleluyah. Amin

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here