Kisah Para Rasul 27:27-44
Oleh: Reinhard Samah Kansil, M.Th
Jika engkau tak setia pada perkara yang kecil, bagaimana mungkin akan dipercayakan perkara yang besar kepada mu, wahai orang yang banyak berdalih?
Karya Kodrati
Menurut Paulus, dalam Nas kita hari ini, orang biasanya mengagumi kedaulatan Tuhan ketika menyaksikan keajaiban-Nya. Bagi Paulus, kedaulatan Tuhan bukan hanya berarti bahwa Tuhan campur tangan secara adikodrati, melainkan bahwa Ia berkarya juga secara kodrati melalui manusia. Maka kedaulatan Allah bukan merupakan alasan bagi manusia untuk berdiam diri. Di dalam kondisi yang kritis saat itu, kehadiran awak kapal sangat diperlukan.
Sebab itu Paulus meminta kepada perwira dan prajuritnya supaya menahan para awak kapal agar tidak kabur dan menghindar dari tanggung jawab (ay. 31-32). Keamanan para penumpang juga melibatkan upaya mereka sendiri, misalnya dengan makan, meringankan muatan kapal, berupaya agar kapal dapat sampai ke pantai, berenang atau mengapung dengan papan untuk sampai ke pantai (ay. 33-44).
Kedaulatan Tuhan memang bukan alasan bagi manusia untuk tidak berusaha, tetapi jaminan bahwa usaha manusia di dalam Tuhan tidak sia-sia. Paulus sendiri tidak mengharapkan mukjizat, ia juga tidak pernah memintanya. Bila Tuhan menemui dia melalui malaikat-Nya, itulah inisiatif Tuhan sebagai bagian dari penggenapan rencana-Nya. Tujuannya adalah menyelamatkan Paulus dan penumpang kapal lainnya. Jadi kedaulatan Tuhan berkaitan dengan penggenapan kehendak-Nya.
Kita bisa melihat bahwa untuk kepentingan Injillah maka Paulus dan penumpang lainnya selamat. Paulus selamat agar ia dapat pergi ke Roma dan mewartakan Injil di sana. Para penumpang selamat agar mereka mengalami kuasa Injil yang menyelamatkan orang berdosa, seperti mereka telah diselamatkan saat itu.
Mari kita simak ulang perjalanan hidup kita. Bila segala sesuatunya telah terjadi dan berjalan hingga saat ini, semua itu tidak lepas dari campur tangan Tuhan yang berdaulat. Namun ingat juga, bahwa semua itu terjadi bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri. Melalui kita, orang lain dapat mengetahui dan merasakan sendiri kedaulatan Tuhan di dalam hidupnya. Sampaikan kesaksian kita pada mereka!
Iman Seorang Anak
Seorang guru Sekolah Minggu memberi setiap anak laki-laki dalam kelasnya sebuah Alkitab Perjanjian Baru dan mendorong mereka masing-masing untuk menuliskan namanya di sebelah dalam sampul depan.
Beberapa minggu kemudian, setelah berulang kali mengajak mereka menerima Kristus sebagai Juruselamat, ia meminta mereka yang telah menerima Kristus untuk menuliskan kalimat berikut di bawah namanya: “Saya menerima Yesus”. Seorang anak menulis kalimat berbeda, “Saya mengharapkan Yesus.” Ketika bercakap-cakap dengannya, sang guru menyadari bahwa si anak paham betul yang ditulisnya. Ia tidak hanya percaya kepada Tuhan untuk menerima keselamatan, tetapi juga mengharapkan Dia untuk menyertainya sepanjang waktu dan untuk menggenapi semua janji-Nya.
Pernyataan anak lelaki itu menghadirkan sebuah tafsiran sederhana, namun luar biasa tentang arti iman yang sejati.
Kita melihat iman pengharapan Rasul Paulus. Ia sedang menjadi tahanan yang dibawa dengan kapal menuju Roma ketika sebuah badai dahsyat menerpa dan mengancam menghancurkan kapal besar itu. Sepanjang malam, malaikat Tuhan memberi tahu Paulus bahwa mereka semua akan selamat. Ia tahu sabda Tuhan dapat dipercaya. Maka di tengah badai, ia berkata, “Aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku”. Dan begitulah yang terjadi.
Seharusnya, tidak mengherankan bila Allah menepati janji-Nya. Perkataan-Nya memang patut diharapkan!
MARI MELAKUKAN SEGALA PERKARA YANG BESAR BAGI ALLAH
HARAPKAN SEGALA PERKARA
YANG BESAR DARI ALLAH.
#Salam_WOW