“Siapa mengejar kebenaran dan kasih akan memperoleh kehidupan, kebenaran dan kehormatan”. (Amsal 21:21)
Dunia yang kita hidupi sekarang ini bukan lagi sebuah dunia yang nyaman, indah, mempesona dan memukau. Dunia kita tengah berangkat menjadi sebuah dunia yang bukan saja heboh, gaduh tetapi juga yang kriminal penuh begal, bau asap mesiu menyengat, penuh intrik dan teror, berlimpah berita hoax, pembunuhan karakter, ujaran kebencian dan hujatan serta berbagai realitas lainnya yang hadir mengoyak dunia yang ramah.
Pesan para orang tua kita yang bersumber pada ajaran agama bahwa kita harus hidup saling mengasihi dan harus menyatakan kebenaran tanpa takut, nyaris tak nampak lagi dalam kehidupan dunia (sekuler). Sikap permusuhan timbul karena faktor sara, aliran/denominasi keagamaan; sikap takut menyatakan kebenaran karena “ewuh pakewuh”, tenggang rasa lebih mengedepan, dan merambah juga kedalam komunitas kristiani. Masyarakat bersama-sama rajin menshare berbagai berita yang adalah *hoax* dan mengembargo berita yang benar dan valid.
Seorang Gibran bisa saja berkata seperti itu, namun harus kita tegaskan bahwa kebenaran teologi kristiani, kebenaran tentang Yesus Kristus, dsb adalah sebuah _kebenaran absolut_ yang tidak bisa diganggu gugat.
Ditengah-tengah adanya krisis tentang *kebenaran* dan *kasih* dalam dunia sekuler yang bisa berimbas kepada komunitas kristiani, maka narasi Kitab Amsal 21:21 menghadirkan sebuah perspektif yang baru. Menurut Amsal siapa yang mengejar kebenaran dan kasih ia akan memperoleh kehidupan, kebenaran dan kehormatan. Menarik digunakan kata kerja “mengejar” disini. Itu berarti seseorang harus aktif bergerak meraih dan mendapatkan ‘kebenaran’ dan ‘kasih’. Ia tidak hanya berdoa dengan berkobar-kobar memohon Tuhan menganugerahkan ‘kebenaran’dan ‘kasih’, ia tidak santai dan duduk manis mengharapkan dua hal itu terjadi. Kita harus mengejar, kita harus berlari cepat, kita harus lobby dan membangun akses, mengembangkan aliansi strategis dan bersinergi, berkolaborasi dengan banyak pihak agar kedua hal itu diperoleh.
Yesus berbicara tentang kebenaran dan kasih dengan amat gamblang. Menurut Yesus kepada bath nyak orang pada zaman itu “jika kamu tetap dalam firmanKu kamu benar-benar muridKu dan kamu akan mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu (Yoh 8 : 31,32). Kebenaran yang Yesus katakan itu adalah ajaranNya, firmanNya, yang tentu berbeda dengan “kebenaran” yang dikenal masyarakat di zaman itu. Bahkan Yesus lebih *maju* dan tegas lagi dengan menunjuk diriNya sebagai kebenaran sehingga orang tidak misinterpretasi lagi tentang apa itu “kebenaran”. Yesus menegaskan ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup..’ ( Yoh. 14:6). Kebenaran itu bukan lagi konsep, gagasan, filosofi, kebenaran itu telah *menubuh*, menjadi tubuh; dan berada dalam tubuh Yesus Kristus. Ini adalah sesuatu yang baru yang _novum_ yang amat bermakna bagi kita umatNya. Kebenaran tidak lagi absurd, tekstual, tetapi telah mewujud dalam diri seorang Yesus. Dengan kebenaran absolut yang Ia miliki maka Ia juga mewujudkan kasih yang sempurna bagi umat manusia.
Menurut Amsal jika kita mengejar kebenaran dan kasih maka kita akan memperoleh kehidupan, kebenaran dan kehormatan. Ketiga unsur yang disebut Amsal itu juga cukup penting bagi kehidupan kita ditengah dunia sekarang. Kehidupan yang berpijak pada iman kepada Allah, kebenaran yang kita imani dalam Kristus dan kehormatan sebagai anak Tuhan di tengah kekinian dunia akan membuat pribadi kita kuat dan matang dalam berhadapan dengan dunia yang tidak ramah.
Mari kita mengejar kebenaran dan kasih dalam hidup kita dan mengartikulasikan kebenaran dan kasih itu pada kehidupan konkret ditengah masyarakat majemuk Indonesia.Gereja dan komunitas Kristen harus melakukan itu dengan konsisten sehingga lebih banyak orang di negeri ini termotivasi untuk mengejar dan memberlakukan kasih dan kebenaran dalam dunia nyata.
Selamat merayakan hari Minggu. God bless.
*Weinata Sairin.*