Oleh: Stefanus Widananta
Aku melihat seorang fasik yang gagah sombong, yang tumbuh mekar seperti pohon aras Libanon; ketika aku lewat, lenyaplah ia, aku mencarinya, tetapi tidak ditemui.
Mazmur 37;35-36
Pendaftaran caleg sudah ditutup oleh KPU, banyak orang berlomba menjadi caleg dari partai politik, mulai dari artis, tokoh-tokoh terkenal, profesional di bidangnya, sampai dengan menteri
Sejak jaman old, manusia cenderung ingin menjadi penguasa dan berkuasa.
Dan kita hidup di dunia yang gila kuasa, bukan saja di panggung politik, tetapi juga dalam gereja.
Pemazmur melihat bahwa manusia itu sebenarnya ringkih, fana, seseorang bisa saja memiliki kuasa yang begitu besar dan kuatnya, seperti pohon aras Libanon, yang kokoh, kuat dan tak tergoyahkan, namun sebentar saja lenyap, tidak ada lagi.
Di bagian lain Pemazmur mengatakan bahwa manusia sama seperti angin, hari-harinya seperti bayang-bayang yang lewat.
Namun, sayangnya banyak orang tidak menyadarinya, ketika seseorang memiliki kuasa atau kekuasaan, tanpa disadarinya, ia seringkali mengandalkan kekuatannya sendiri dan mengabaikan kekuasaan Tuhan.
Tidak sedikit orang yang ketika terpilih menjadi anggota legislatif bersikap seperti seorang “majikan atau bos” dan rakyat atau konstituennya hanya dijadikan sebagai bawahan dan obyek belaka.
Yesus mengajarkan kita untuk menjadi pemimpin atau penguasa yang melayani, Dia mengatakan, “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya”.
Kristus adalah teladan pemimpin atau penguasa yang melayani, Dia datang ke dunia bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani.
Kalau kita diberi kesempatan untuk memiliki kuasa atau berkuasa atau menjadi pemimpin, biarlah kekuasaan yang kita punya dipakai untuk melayani sesama agar mereka boleh menyaksikan Kristus hidup di dalam kita.
Tuhan Yesus memberkati.