Oleh: Witness Lee
2 Petrus 1 : 5 – 7
Jangan sekali-kali menjadi bayi tua, sebab itu akan mendukakan Roh Kudus dan merugikan diri sendiri. Setiap orang Kristen yang telah dilahirkan kembali harus mendambakan pertumbuhan dan perkembangan. Janganlah melalui hari-hari kita dengan sia-sia, sehingga selamanya kita tidak bertumbuh.
Mengapa seseorang menjadi bayi terus dan tidak dapat dewasa ? Karena orang Kristen yang bersangkutan tidak berselera terhadap masalah rohani. Mereka mengira asal sudah beroleh selamat sudah cukup, mereka tidak damba terhadap tuntutan rohani; atau karena mengetahui syaratnya, yakni harus membayar harga yang terlalu besar, maka mereka tidak Sudi membayarnya. Ada juga yang tertipu, mengira telah bertumbuh dewasa karena memiliki pertumbuhan rohani.
Orang Korintus menyombongkan diri, mengira betapa tinggi dan besarnya pengetahuan dan hikmat yang mereka miliki. Paulus bersyukur kepada Allah karena mereka memiliki _”segala macam pengetahuan”_ (1 Kor. 1:5). Bila Paulus memberitakan ajaran-ajaran rohani kepada mereka, mereka dapat mengerti sepenuhnya. Namun semua itu hanya dalam pikiran belaka! Walaupun mereka sudah tahu, namun mereka tidak mendapatkan kekuatan melalui, dan mereka tidak dapat menyatakannya dalam kehidupan mereka. Mereka bisa memberitakannya kepada orang lain, tetapi mereka sendiri belum menjadi orang rohani! Pengetahuan rohani yang sejati bukan berupa pikiran-pikiran yang dalam dan misterius, melainkan pengalaman riil yang diperoleh. Semua pengetahuan harus teruji dalam pengalaman kita baru tersusun di atas diri kita.
Untuk mengalami pertumbuhan dan perkembangan, kepandaian tidaklah berguna, kegairahan untuk mengenal kebenaran juga tidak cukup, yang berguna ialah suatu hidup yang patuh secara mutlak kepada Roh Kudus. Jika tidak, semua hanyalah diterima atau diberikan dari dan kepada otak. Pengetahuan yang demikian tidak mungkin membuat orang bertumbuh. Kekurangan orang-orang yang demikian bukanlah ajaran-ajaran rohani yang lebih banyak (sebab rasul menganggap hal ini tidak usah dikatakan), melainkan suatu hati yang taat, yaitu mau menyerahkan hidupnya kepada Roh Kudus, menuruti perintah-Nya, dan menempuh jalan salib. Demikianlah kita baru dapat teruji.
(Witness Lee, 1905 – 9 Juli 1997)