Oleh: Pdt. Andreas Loanka
BGA dari Kisah Para Rasul 4:1-22
Berani karena benar adalah prinsip yang harus dipegang. Kendatipun untuk itu ada resikonya.
Petrus dan Yohanes melakukan hal yang baik. Mereka dipakai Tuhan untuk menyembuhkan seorang pengemis yang lumpuh sejak lahir di dekat gerbang Bait Allah (Kis. 3:1-8). Semua orang yang berada di sekitarnya menjadi takjub dan tercengang-cengang, karena mereka sendiri melihat bahwa orang yang tadinya lumpuh tersebut ketika itu bisa berjalan sambil memuji Allah (Kis. 3:9-10). Karena orang lumpuh yang sudah sembuh itu terus mengikuti Petrus dan Yohanes, maka semua orang banyak yang keheranan tersebut datang mengurumi mereka di Serambi Salomo. Kedua rasul itu memakai kesempatan tersebut untuk memberitakan Kabar Baik. Mereka membicarakan tentang Yesus Kristus yang telah mati dan bangkit untuk pengampunan dosa dan keselamatan manusia (Kis. 3:11-26).
Ternyata ada juga orang-orang yang tidak suka dengan apa yang mereka lakukan dan beritakan. Mereka tiba-tiba didatangi imam-imam dan kepala pengawal bait Allah serta orang-orang Saduki (Kis. 4:1). Orang-orang itu sangat marah karena Petrus dan Yohanes memberitakan bahwa dalam Yesus ada kebangkitan dari antara orang mati (Kis.4:2). Mereka menangkap kedua rasul itu dan menahan mereka sampai hari berikutnya, kemudian membawa mereka ke hadapan Sanhedrin untuk diperiksa (Kis. 4:3-4).
Golongan imam kepala yang mengusai Sanhedrin kebanyakan adalah orang-orang Saduki. Orang-orang Saduki tidak percaya adanya kebangkitan orang mati. Merekalah yang paling keras menentang khotbah kedua rasul itu, sebab keduanya menegaskan bahya Yesus telah bangkit, yang dengan sendirinya menyangkut prinsip umum kebangkitan, suatu hal yang ditolak oleh orang-orang Saduki (lihat Kis. 23:8). Itu sebabnya mereka menangkap dan mengadili rasul-rasul itu.
Kedua rasul tersebut tidak gentar menghadapi pengadilan Sanhedrin. Mereka tidak takut, karena mereka bertindak benar dan tidak melanggar hukum yang berlaku. Di hadapan Sanhedrin dan orang banyak yang datang, mereka masih berani bersaksi tentang Yesus (Kis. 4:5-10). Bahkan mereka berani menegaskan bahwa “keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan yang olehnya kita dapat diselamatkan” (Kis. 4:12).
Pengadilan Sanhedrin tersebut tidak menemukan kesalahan hukum apapun pada rasul-raul itu, lagi pula orang yang dulunya lumpuh hadir di situ (Kis. 4:13-17). Kesembuhan orang lumpuh itu adalah bukti yang kuat dalam menangkis tuduhan-tuduhan yang ditujukan kepada kedua rasul itu. Pengadilan itu tidak bisa memutuskan untuk memenjarakan mereka.
Setelah berunding, mereka memutuskan untuk melarang mereka berbicara dan mengajar dalam nama Yesus (Kis. 4:18). Tapi para rasul dengan bijak menjawab mereka: “Silahkan kamu putuskan sendiri manajah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah” (Kis. 4:19). Kedua rasul itu berketetapan hati utk lebih taat kepada Allah dan terus bersaksi bagi Yesus, serta menyampaikan tentang apa yang mereka telah lihat dan dengar (Kis..4:20).
Pemimpin agama hanya bisa mengancam rasul-rasul itu dengan keras, tetapi tidak memenjarakan dan menghukum mereka. Mereka akhirnya membebaskan kedua rasul itu, sebab mereka tidak mendapati kesalahan apapun pada mereka dan takut kepada orang banyak.
Para rasul ditangkap dan diadili meskipun mereka melakukan hal yang baik dan tidak berbuat salah. Tapi mereka tidak takut pada ancaman manusia, melainkan mau lebih taat pada Tuhan. Pada akhirnya, karena pertolongan Tuhan, mereka beroleh kelepasan.
Salam dan doa dari
Pdt. Andreas Loanka
GKI Gading Serpong