Jakarta, Suarakristen.com
a. Komoditas termahal di dunia sekarang bukan emas, namun racun dari kalajengking. Harganya 10,5 juta USD/mililiter = 145 M per liter. Komoditas yang super mahal lainnya californium 252, zat kimia yang dipakai untuk eksplorasi minyak = 27 juta USD/gram = 375 M per gram.
b. Namun tetap saja komoditas termahal adalah waktu. 1988 belum ada handphone, irama hidup terasa pelan sekali. Di era sosmed sekarang irama hidup terasa sangat cepat. Sekarang di manapun kita berada langsung bisa menggunakan berbagai teknologi modern.
c. Di era ini, potensi produktivitas untuk bisa mengisi waktu semakin tinggi. Namun nyatanya banyak yang tidak memanfaatkan potensi ini dengan baik.
d. Jika waktu menjadi komoditas termahal maka musuh nomor satu kita adalah yang namanya buang-buang waktu. Contohnya: cara kerja yang bertele-tele, gaya yang njlimet dan muter-muter, rantai birokrasi yang panjang, rantai perijinan, rantai prosedur yang berbelit-belit, ini sudah waktunya ditinggalkan. Masih banyak, di Pusat dan di daerah yang masih membuang waktu.
e. Jika mindset dan pola pikir masih seperti ini maka akan kita akan sulit maju.
f. Minggu lalu saya meluncurkan Making Indonesia 4.0, ini upaya pemerintah untuk menanggapi revolusi industri ke-4. Yang cepat akan mengalahkan yang lambat, ini kuncinya.
g. Kita bisa kalah dengan Laos dan Kamboja jika terjebak pada rutinitas dan tidak berani melakukan lompatan-lompatan. Saat ini ekspor kita sudah kalah dengan vietnam, malaysia, thailand.
h. Jika ada investasi utamanya yang berorientasi ekspor jangan dihambat. Kita sudah sangat terbiasa dengan rutinitas, diskusi dan debat tidak selesai-selesai, birokrasi yang bertele-tele.
i. Orientasi kita bukan prosedur, orientasi kita seharusnya adalah hasil. Kita masih terlalu sibuk dengan yang sepele dan tidak berguna.
j. Saya di ASEAN summit ditunjukkan bahwa Singapura mau mengintegrasikan e-payment, e-wallet. Membayar sudah tanpa cash. Ini akan diintegrasikan di seluruh ASEAN. Saya bilang : nanti dulu. Enak dia, rugi di kita. Karena GDP kita 40% dari seluruh GDP ASEAN. Jika aplikasi paltformnya yang pegang kita maka kita setuju. Kita tidak mau dijadikan pasar saja.
k. Oleh karena itu, dalam musrenbangnas ini saya mengajak K/L dan Pemda untuk benar-benar dan sungguh-sungguh dalam melakukan efisiensi. Lakukan perencanaan yang fokus, prioritas jangan banyak-banyak, 1,2,3 cukup.
l. Jangan berorientasi pada proyek, harus ada fokus, dan skala prioritas. Dorong penyederhanaan supaya semua semakin singkat dan cepat, dan jika sudah siap di-online kan jangan buang-buang waktu. Perlu ada sinkronisasi pusat dan daerah. Jangan sampai ada pelabuhan tidak ada jalannya, ada sekitar 30 pelabuhan. Ini karena ketidaksinkronan antara perencanaan pusat dan daerah.
m. Hati-hati dengan perencanaan, jangan ada lagi museum di tengah hutan. Ada waduk tidak ada irigasinya. Saya sudah lihat sendiri.
n. Maka marilah kita rencanakan dengan sebaik-baiknya. Baik di K/L dan di lembaga, di BUMN, jangan ada ketergantungan kepada APBN dan APBD saja. Gunakan public private partnership, limited concession scheme, obligasi daerah jika daerah siap. Tahapan pembangunan kita agar bisa dilalui dengan lebih cepat.
o. Tahapan besar pembangunan kita: pertama: investasi di bidang infrastruktur, kedua : investasi di bidang SDM.