“Jadi ketahuilah bahwa bukan karena jasa-jasamu Tuhan Allahmu memberikan kepadamu negeri yang baik itu untuk diduduki. Sesungguhnya engkau bangsa yang tegar tengkuk!”.(Ulangan 9:6)
Dalam kehidupan sehari-hari kita acap mendengar kata “jasa” atau bahkan menggunakan kata itu. Secara umum kata “jasa” dimaknai sebagai “suatu perbuatan baik, berguna atau bernilai yang dilakukan bagi orang lain, negara atau lembaga”. Seorang pemimpin dianggap berjasa di komunitasnya, misalnya, tatkala ia berhasil mendorong lahirnya minat baca bagi segenap anggota komunitas sehingga akhirnya di komunitas itu didirikan perpustakaan. Membaca kemudian menjadi budaya dan aktivitas yang amat menonjol di dalam komunitas itu bahkan ada banyak lembaga lain yang kemudian belajar tentang bagaimana metode yang efektif agar setiap orang senang membaca buku, dari komunitas itu.
Seorang kepala desa disuatu kampung terpencil, dihormati sekali sebagai orang yang amat berjasa oleh karena pada suatu masa ada wabah penyakit yang menyerang desa itu, sang kepala desa mengundang keponakannya seorang dokter dari kota dan dengan tekun berhasil mengatasi wabah itu.
Dari pengalaman empirik dan banyak literatur yang kita baca banyak sekali orang yang berjasa diberbagai bidang, sehingga ada pihak lain yang tertolong dan bisa menjalani kehidupan dengan lebih baik oleh karena jasa-jasa yang dibuat oleh banyak orang dari berbagai macam bidang.
Didunia kerja kita mengenal adanya dua jenis pekerjaan, yaitu pekerjaan yang “menghasilkan barang” dan pekerjaan “menghasilkan jasa” . Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Setiap orang memerlukan kebutuhan pokok antara lain makan, minum, pakaian. Pekerjaan yang menghasilkan barang misalnya berjualan, tukang kayu, petani, peternak. Pekerjaan yang menghasilkan jasa antara lain guru, dokter, polisi, sopir.
Kata “jasa” acapkali juga kita dengar dalam hubungan dengan pengurbanan para pahlawan bangsa di masa lalu dalam mengusir penjajah dari bumi Indonesia. Pengurbanan para pahlawan bahkan hingga mereka gugur dalam berjuang membela negara akan selalu dikenang dan dihargai oleh seluruh warga bangsa dari zaman ke zaman, dari generasi ke generasi. Hari Pahlawan yang diperingati secara nasional setiap tanggal 10 November adalah salah satu wujud nyata bagaimana kita sebagai bangsa benar-benar menghargai para pahlawan yang telah berjuang bagi kemerdekaan bangsa. Apakah secara pribadi seseorang dapat membanggakan atau menceritakan jasa-jasanya? Dalam pengalaman praktis hal itu bisa saja terjadi. Dalam suasana agak marah seseorang lepas kontrol dengan menyatakan : “Kamu tak ingat ya dulu, jika bukan saya yang membiayai kuliah kamu, kamu tidak akan jadi direktur seperti sekarang ini? Kamu harus ingat jasa-jasa saya!”
Kadang-kadang seorang terdakwa “tega” dan “berbesar” hati mengungkapkan jasa-jasa yang telah ia lakukan selama ia jadi pemimpin. Ia ungkapkan itu di ruang pengadilan sekaligus memohon agar ia mengalami keringanan dalam hal tuntutan jaksa yang mengadili perkaranya.
Ayat Alkitab yang dikutip dibagian awal tulisan ini menegaskan bahwa bukan karena jasa mereka umat Israel bisa memasuki Tanah Perjanjian. Dalam Kitab Ulangan 9 : 1-6 yang perikopnya diberi judul oleh LAI “Orang Israel diperingatkan supaya jangan membanggakan jasanya” diungkapkan dengan cukup keras agar Israel tahu diri, jangan *lebay* seolah-olah dengan jasa mereka, mereka bisa memasuki tanah Kanaan. Bukan karena jasa-jasa mereka, kebaikan dan prestasi mereka tetapi semata-mata karena tindakan anugerah Allah. Allah sumber kekuatan Israel, umat Israel sendiri lemah baik fisik maupun iman. “Figur sentral” dalam pembebasan Israel dari Mesir hingga mereka masuk Tanah Kanaan adalah Allah, bukan kuasa lain.
Pengingatan Musa kepada umat Israel bukan tanpa alasan. Sebagai pemimpin umat yang berhikmat Musa faham sekali psikologi umat : umat yang labil spirit keagamaannya, umat yang sering tergoda pada lingkungan, pada sesuatu yang kasat mata, umat yang skeptis tentang Allah mereka, umat yang acap merasa “paling”, umat yang “fragile”, sering cekcok di lingkup internal, umat yang tak sadar dan tak mampu mengemban misi sebagai umat pilihan. Pengingatan Musa agar umat tidak membanggakan jasa mereka amat cerdas, tepat dan relevan. Pengingatan itu akan menyadarkan umat tentang kediriannya yang punya misi khusus sehingga mereka tidak terjatuh mnjadi umat yang terkontaminasi dunia.
Firman Allah dalam Ulangan 9 yang dikutip diawal bagian ini tetap penting bagi kita di era milenial. Kita tak boleh membanggakan jasa, walaupun kontribusi kita dalam kehidupan ini amat besar. Kita ada seperti kita ada sekarang ini hanya karena anugerah Allah dalam Yesus Kristus dan bukan karena jasa, prestasi, kemampuan, talenta, kompetensi kita. Kita juga diselamatkan oleh iman kepada Yesus Kristus bukan hasil usaha kita (Ef. 2:8). Keselamatan yang Yesus anugerahkan kepada kita dan semua umat yang percaya kepadaNya, menjadi sumber motivasi dan sumber energi yang tak pernah kering bagi kita untuk mngukir karya terbaik bagi Allah dan umat manusia di ruang-ruang sejarah.
Selamat Merayakan Hari Minggu. God Bless
*Weinata Sairin.*