Oleh: P. Adriyanto
“Janganlah hatimu iri kepada orang-orang yang berdosa, tetapi takutlah akan Tuhan senantiasa. Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.”
*Amsal 23:17~18*
Kemarin ibu Emilia Estrelita mengirim sebuah video kepada saya yang mengisahkan seekor burung gagak. Gagak ini selalu mengeluh dan menyesali nasibnya yang jelek karena warna bulunya yang hitam. Pada suatu hari ia melihat seekor angsa yang bulunya putih mulus sedang berenang. Berkatalah si gagak, wah bulumu sangat indah, pasti orang senang kepadamu. Si angsa ternyata juga mengeluh, aku juga sedih mengapa buluku putih semua, tidak seperti burung kakatua yang bulunya berwarna putih dan kuning.
Pergilah si gagak kepada burung kakatua dan memberi pujian dan keluhan yang sama, namun kakatua mengatakan bahwa ia juga sangat sedih karena bulunya tidak seindah burung merak.
Terbanglah burung gagak ke kebun binatang untuk menjumpai burung merak. Di luar dugaan si gagak, burung merak pun mengeluh, katanya :”akibat buluku yang indah, maka aku sangat menderita karena selalu dikurung disini, tidak bisa bahagia sepertimu gagak yang bisa terbang bebas ke mana-mana.
Banyak orang yang seperti para burung di atas, yang selalu menyesali dirinya dan iri terhadap orang lain.
Orang-orang ini tidak pernah bersyukur kepada Tuhan atas anugerah dan berkat-Nya, dan selalu membanding-bandingian dengan orang lain yang dinilai lebih sejahtera, lebih cantik, lebih sukses, dan lebih-lebih yang lain. Mereka tidak pernah melihat ke bawah betapa lebih banyak orang-orang lain yang dalam kondisi yang bahkan lebih jelek daripada mereka.
Sebagai manusia kita jangan membiasakan diri untuk banyak mengeluh dan menggerutu, tapi kita harus memuji Tuhan dengan rasa syukur, karena Tuhan ingin kita untuk bersyukur.
*”mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah.”*
*1 Tesalonika 5:18*
Kita harus belajar untuk senantiasa bersyukur kepada Tuhan atas segala berkat-Nya.
Firman menasehati kita untuk memuji Tuhan dengan hati yang gembira.
*”Marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya.”*
*Ibrani 13:15*
Agar kita tidak terperangkap dengan rasa iri, kebiasaan membanding-bandingkan dengan orang lain dan selalu mengeluh, maka kita harus belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan.
*”Aku telah belajar mencukupinya diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam setiap keadaan dan dalam segala hal tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam keadaan kenyang, maupun dalam keadaan lapar, baik dalam keadaan berkelimpahan maupun dalam keadaan berkekurangan. Segala hal dapat kutangung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”*
*Filipi 4:11~13*
Berdasarkan nasehat dari rasul Paulus di atas, dapat kita simpulkan bahwa dalam keadaan apapun kita harus senantiasa mengandalkan Tuhan yang memberi kekuatan kepada kita.
Rasa iri, tersebar secara luas dalam aspek kehidupan kita, baik di tempat kerja, keluarga maupun di lingkungan warga. Kita jangan termakan dengan rasa iri yang dihembuskan oleh iblis, kita harus belajar bersyukur bila ada rekan sekerja dan tetangga yang memperoleh kehidupan yang lebih baik.
Amin.